/07/

3.2K 211 1
                                    

"Aku cuma punya beberapa hari, Leon"

"That's okay. Tapi seminggu ini harus kita manfaatkan dengan baik Jesara"

"Tentu saja"

Leon menatap pintu ruangannya yang terbuka ketika salah seorang sekertarisnya masuk dan mengatakan ada perwakilan perusahaan RDY grup yang ingin menemuinya

Dia tidak mau terlalu mengambil pusing untuk perusahaan sekaliber RDY yang ingin mengajukan kerjasama padanya. Buatnya, itu hanya salah satu perusahaan dengan perangkap seluas samudra dan Leon tidak mau ambil pusing

"Saya sudah bilang rasanya kalau saya tidak mau mengambil..."

Fabian melemparkan begitu saja lembaran yang tadi ada ditangannya ke meja Leon, "I'm so sorry for this, Mr. Lusson tapi saya tidak pernah pulang dengan tangan kosong"

"Anda mau menghipnotis saya?" Leon menaikkan pandangannya ketika menanyakan hal itu

Fabian menaikkan satu alisnya

"Saya dengar anda seorang psikolog ternama. Hipnotis?"

Mendengar nada bicara Leon yang sama sekali tidak tertekan atau terkejut membuat Fabian terkekeh sebentar, "Anda pikir semua relasi bisnis saya, ada di alam bawah sadarnya ketika menandatangani kontrak? Lagi pula itu bukan bidang saya"

Leon bangkit dari kursinya kemudian memandang Fabian dengan tajam, "Mungkin, mengingat reputasi anda"

"Saya kesini hanya mewakili RDY..."

"Dan itu yang membuat saya curiga. Anda adalah seorang Wijaya yang saya dengar merupakan salah satu pebisnis di Indonesia. Kemudian anda punya grup anda. Phillos, jadi untuk apa repot-repot mengurusi RDY?"

Fabian menghela nafas, "Anda sudah tahu jawabannya. Anda memiliki salah satu saham di bidang infotainment, dan RDY menginginkan anda seutuhnya"

Leon hampir saja tersedak mendengar ucapan Fabian, "Baiklah... Tapi saya tidak tertarik..."

Sekali lagi, Fabian melemparkan beberapa lembar yang berada di tangannya ke atas meja Leon, "Perusahaan anda hampir bangkrut karena investasi besar-besaran dan uang tutup mulut untuk infotainment. Belum lagi beberapa artis label anda sudah memasuki usia untuk pensiun. Artis remaja anda terkena skandal, band anda..."

Bisa-bisa Fabian menyebutkan semua informasi gelap yang Leon sembunyikan sampai akhirnya Leon menggebrak meja di hadapannya. "Apa Mikail Delano tidak punya nyali untuk datang kesini?"

"Mikail Delano sekarang sedang sibuk untuk grup kami" jawab Fabian kemudian memasukkan tangannya yang bebas ke saku celananya

"Ck"

"Dan jangan lupa kalau anda juga tidak bisa menolak permintaan Mikail Delano. Lusson grup sekarang berada di bawah kepemilikkan Kay kan, Leon?"

Leon mengerutkan keningnya. Lusson grup memang sudah atas nama Mikail Delano tapi tentu saja perusahaan rekaman ini masih miliknya utuh dan belum tersentuh oleh Lusson.

"Kami hanya perlu satu tanda tangan dan sudah. Lusson berada di RDY dan kamu bisa tenang, Le"

"Lusson bukan milikku, Fabian. Hanya perusahaan ini saja..."

Fabian menghela nafas kemudian mengambil selembar kertas yang sudah berserakan di meja kerja Leon, "Marvelino Lusson. That's your name. Perlu aku jelaskan artinya apa? Dan Kay mau tanda tangan. Tinggal tanda tangan apa susahnya?"

"Coba kau bilang pada Kay itu tinggal nikmati Lusson dan jangan ganggu aku, apa susahnya?"

"He's your evil brother. That's the hardest part in this situation"

Leon tersenyum kecut, kemudian mengambil penanya dan menandatangani beberapa lembar kertas dihadapannya. "Kenapa aku bisa bersaudara dengan sidarah ular gila pecinta uang siotak gemilang seperti itu?" Gumamnya kesal

"Good boy. Kenapa tidak dari kemarin. Mau titip pesan untuk Kay?"

"Yeah, bilang padanya jangan mati dulu sebelum aku mati duluan"

Fabian mengernyitkan keningnya, "What?"

Leon menghela nafas kemudian memijit pelipisnya, "Kembali ke asalmu Fabian dan pastikan jangan kembali kesini lagi"

FortuityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang