3. Kuku-kuku

2.9K 253 53
                                    

Suara sorak ramai terdengar ketika kakak OSIS menyuruh peserta MPLS meletakkan tangannya di atas meja untuk memperlihatkan kuku-kuku mereka.

"Kuku yang panjang dikenai hukuman squat jump 50 kali dan memotong kukunya hingga rapi." Sontak hal tersebut membuat semua orang ricuh dan kebingungan.

"Kuku yang kotor atau pakai kutek dikenai hukuman squat jump 70 kali dan membersihkan kukunya hingga bersih."

"Mampus gue!" Kata-kata itulah yang Nada dengar dari barisan bangku paling belakang, yang mana adalah barisan dari wanita-wanita centil bermake-up tebal dengan kuku berwarna-warni.

Nada menghembuskan napasnya lega, untung saja kemarin ia tidak lupa memotong kukunya, dan soal kutek ia paling anti memakai benda seperti itu.

Jay mengangkat tangannya, tanda ingin bertanya kepada kakak OSIS "Kalau nggak punya kuku, hukumannya apa kak?" tanyanya dengan polos.

"Goblok amat sih lu, waktu SD nyogok berapa sampai bisa dilulusin?" cibir Gilang sambil menoyor kepala Jay dari belakang.

Jay memutar badannya hingga menghadap Gilang. "Lo pengen banget gue tanya ya? kan gue nanya sama kakak OSIS, kenapa lo jadi ribet sendiri, dasar jones baperan kurang belaian!" balas Jay sarkastis.

"Lawakan lo receh banget Bang!" tambah Aurel pada Jay.

"Sejak kapan gue jadi abang elu? inget ya gue bukan Bang Toyib."

"Garing, Jay, garing."

"Kresss."

"Dih nape lu? cacingan ya?"

"Dasar otak ayam, kan tadi kata lo garing. Garing kalo dimakan kan bunyinya kresss!"

"Peduli setan." Aurel memutar bola matanya malas, lalu terfokus lagi dengan kakak OSIS yang sedang berlalu-lalang di depannya.

****

Nada telah menginjakkan kakinya di pelataran kantin. Tentu ia tidak sendiri, ada Aurel dan Echa menemaninya. Namun, karena Echa harus memesan makanan terlebih dahulu, dan Aurel mendadak sakit perut hingga harus ke toilet, alhasil tinggalah Nada sendiri menunggu di kursi yang disediakan di sana.

1-3 menit, Nada mulai bosan. Lalu ia memilih untuk membaca buku novel yang tadi dibawanya. Lamat-lamat ia mulai hanyut dalam cerita bacaannya.

Namun, matanya tiba-tiba merasa jengah melihat kertas putih itu terlalu lama, hingga ia melemparkan pandangannya ke arah lain.

Pandangannya tertuju pada dua gadis yang sedang bertengkar di hadapannya itu. Gadis itu sama seperti Nada, yaitu murid baru yang sedang dalam kegiatan MPLS.

"Ifah, aku lagi nggak napsu makan, jangan paksa aku buat makan dong!" ujar gadis itu pada gadis yang diyakini Nada bernama Ifah itu.

"Bebi, kamu kan punya maag, kamu harus makan dong!" ujar Ifah memaksa.

Awalnya Nada tidak tertarik sama sekali dengan obrolan mereka. Namun, dari sisi lain, muncullah Ito mendekati meja mereka, dan entah kenapa Nada kini merasa sedikit penasaran, hingga ia menutup buku novelnya asal, dan melihat gerak-gerik Ito.

"Iya bener itu, orang kalau punya penyakit maag nggak boleh telat makan!" sergah Ito sambil menyuruh Ifah bergeser hingga ia duduk di tengah-tengah mereka.

"Kak Ito." Bebi terperanjat kaget dan hanya bisa melongo melihat Ito yang kini jaraknya sangat dekat dengan dirinya.

"Oh ya, nama kamu siapa tadi?" Ito bertanya sambil berpikir.

"Bebi, kak," jawab Bebi cepat.

"Beb, jadi kamu kenapa nggak mau makan? nanti kamu sakit lho, apa perlu aku suapin biar kamu mau makan?"

Pipi Bebi langsung merona, ketika Ito memberikannya perhatian. Seorang Ito, pria yang sangat diidolakan oleh kaum hawa di SMA Merah Putih, memberikannya perhatian. Bebi tak kuasa menahan rasa ingin berteriak.

"Ayo aa!" Ito menyendok makanan di depannya dan meluncurkan suapannya pada Bebi.

Menjijikan. Itulah kata yang mewakili perasaan Nada saat ini. Rasanya seperti sedang melihat Drama Korea, namun pemerannya bukan si tampan Ji Chang Wook Oppa, melainkan Ito yang wajahnya sangat menyebalkan.

Tanpa sadar, tatapan sengit Nada tertangkap oleh Ito. Membuat Ito berdiri, bersiap untuk memaki Nada.

"Kenapa? lo mau juga gue suapin?" ujar Ito sekeras-kerasnya hingga membuat semua mata menatap ke arah Nada.

Tentu hal tersebut membuat Nada sangat malu. Ia langsung mendelikkan wajahnya dalam novel. Sumpah serapah dan segala macam umpatan, lolos dari mulutnya. Namun, suaranya yang pelan membuat ia saja yang dapat mendengar.

Nada yang tadi menutup wajahnya dengan novel, menurunkannya dengan harapan semua mata sudah berhenti memandanginya.

Namun, ia malah langsung terlonjak kaget, karena yang ia dapatkan adalah wajah Ito yang sedang ditopang dagu tepat di depannya.

Nada mengedarkan pandangannya ke arah lain, dan yang ia lihat adalah mata-mata tanpa arti terus menatap dirinya. Apalagi tatapan mata Bebi, seperti akan menikamnya sekarang juga.

"Jadi lo mau gue suapin juga?" pertanyaan Ito barusan membuat Nada berdecak sebal.

"Woi, jawab kali, punya mulut kan." Ito yang tidak digubris oleh Nada mengamuk.

"Siapa juga yang mau disuapin sama lo-" ucapan Nada langsung terpotong oleh Ito.

"Elo."

"Gue belum selesai ngomong, maksud gue, gue nggak mau disuapin sama lo. Lo ngapain sih di sini, udah pergi jauh-jauh dari gue!" Nada berniat untuk mengusir Ito, namun Ito malah semakin jadi menggodanya.

"Yakin, nyuruh gue jauh-jauh dari lo, nanti lo kangen lagi sama gue!"

Nada memutar bola matanya malas, ia tidak menjawab gombalan Ito dan memajang wajah muramnya.

"Kenapa Nad? Lo masih marah sama gue soal kejadian tadi pagi." Ito berkata terus terang. "Gue minta maaf deh!" pintanya memelas.

"Jadi setelah tahu kalau yang lo kenain bola itu kepala gue, lo baru minta maaf?" Nada beralih menatap Ito. "Gak habis pikir aja gue kalo misalnya yang kena kepala orang lain," sinisnya sambil membuang muka.

"Mood gue tadi pagi lagi gak enak Nad, makanya gue malah marah-marah."

"Enteng ya lo ngomong, lo pikir deh, gimana perasaan orang yang udah lo jedotin kepalanya pakai bola, bukannya lo minta maaf tapi malah lo bentak-bentak." Nada menghela napas.

"Makanya kurang-kurangin sombong lo!" sinisnya kasar.

Ito mendelikkan senyumannya. Karena justru omelan Nada-lah yang membuatnya rindu.

"Lo ngomong seolah-olah gue jahat banget jadi orang, sekali lagi gue minta maaf Nad!"

Kini Ito menatap intens manik mata hazel gadis itu, ia ingin bicara serius sekarang.

"Sebenernya gue mau nanya sesuatu sama lo Nad," Ito memberi jeda bicaranya membuat Nada menatapnya menduga-duga, "kenapa lo pindah ke jakarta?"

"Dih, suka-suka gue lah, mau gue pindah ke Jakarta, kalimantan, ke bulan sekalian bukan urusan lo!" Nada menjawab dengan nada tinggi dan nyolot.

"Gue serius Nad, nggak bercanda. Sebenernya gue cuma mau mastiin aja."

"Mastiin apa?"

"Lo pindah ke Jakarta bukan buat minta pertanggung jawaban ke gue kan?"

Pletak, Nada menjitak kepala Ito keras-keras.

"Maksud lo ngomong gitu apa? emang gue udah lo apain sampai-sampai gue minta tanggung jawab, dasar gak waras!"

"Lo bener-bener nggak inget sama kejadian kita 8 tahun yang lalu Nad?"

Deg.

Nada terdiam dan mencoba mengingat-ingat lagi masa lalunya.

***TBC***

Di mulmed visualnya Ito.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang