14. Pertengkaran

1.7K 96 7
                                    

Suasana di SMA Merah Putih, tidak tampak seperti biasanya. Mungkin, karena hari ini ada acara pemilihan Ketua OSIS baru. Sehingga, murid-murid bebas berkeliaran sampai jam istirahat.

Cemeng hari ini sengaja tidak masuk. Karena, ia yakin hari ini pasti akan sangat membosankan, memilih ketua OSIS, lalu menunggu sampai penghitungan suara diumumkan.

Ito memutuskan untuk menghabiskan waktunya di perpus. Walaupun awalnya ia berniat nongkrong di kantin, tetapi berhubung Cemeng tidak masuk, maka ia membatalkan.

'Bruk' suara buku-buku yang berjatuhan.

"Eh, sori, gue yang salah, gue jalan nggak lihat-lihat." Ito minta maaf kepada Ifah.

"Iya, gapapa," balas Ifah sembari berjongkok mengambil bukunya yang jatuh. Ito tidak segan melihat gadis itu. Ia ikut berjongkok, membantunya mengais buku.
Ifah berdiri dengan 10 buku paket ditangannya. Dan lagi-lagi itu membuat Ito tidak segan melihatnya.

"Buku paket sebanyak itu, bisa bawa sendiri?" Ito bertanya sambil menatap wajah Ifah. Ifah mengangguk samar sebagai jawaban. Jujur ia sedikit tertegun dengan tatapan mata Ito.

"Gue yakin lo bisa, tapi gue nggak akan biarin lo bawa sendirian." Ito memindahkan buku yang dibawa Ifah ke tangannya.

"Kelas lo dimana?" tanyanya lagi.

"Sebelah kopsis, kelas X IPS 1," jawabnya hati-hati. Lalu Ito mengangguk paham.

"Tapi mendingan nggak usah deh kak," Ifah melarang. "Kak Ito kan kelasnya jauh, nggak searah juga sama aku," jelasnya.

Ito menyipitkan matanya, membuat Ifah menjadi gugup.
"Lo curang, lo tau nama gue sedangkan gue nggak tau nama lo," cerca Ito sambil tersenyum kecut.

"Rakryan Ito Admaja," Ito menjulurkan tangannya pada Ifah.

Ifah dilema. Ia benar-benar merasa gugup sekarang.

"Ifah. Letisiya Ifah." Ifah membalas jabatan tangan Ito dan tersenyum samar.

"Nama lo cantik, sama kaya orangnya," ujar Ito membuat Ifah tidak dapat menahan senyumnya.

"Ya udah yuk, gue anterin ke kelas, gak perlu digandeng kan?" Ito menyengir modus. Ifah geleng-geleng kepala sebagai jawaban.

Lalu mereka berdua berjalan ke arah kelas X IPS 1, sambil bercanda. Tanpa mereka sadari, Bebi telah menangkap percakapan mereka. Dan itu benar-benar telah membuatnya marah.

***

Nada duduk di kursi panjang itu sendiri sambil menikmati makanannya. Sebenarnya ada Aurel dan Echa, tapi Echa yang tiba-tiba kedatangan tamu, meminta Aurel untuk menemaninya ke toilet.

Pada awalnya, suasana di kantin seperti biasa ramai terkendali, namun tak pernah Nada duga terjadi pertengkaran yang lumayan heboh tepat di belakang kursinya.

"Dasar pelakor, udah tau kak Ito punya gue, masih aja lo embat!" Bebi berteriak ke arah Ifah.

"Jaga ya mulut lo, siapa juga yang ngrebut kak Ito, orang dianya sendiri kok yang deketin gue." Ifah seraya melipat tangannya.

Bebi tersulut emosinya, lalu ia berkacak pinggang. "Oh, jadi maksud lo, lo lebih cantik dari gue?" ia sambil membulatkan mata.

"Iya, emang, baru nyadar lo?" jawab Ifah santai.

"Dasar cabe, ngaca dong, bedak aja lo masih ngutang kan sama gue."

Pertengkaran Bebi dan Ifah seperti tidak bisa dibendung lagi. Nada mengumpat tertahan, bisa-bisanya mereka berdua bertengkar hanya karena Ito.

Ia ingin tidak peduli. Apalagi ini menyangkut soal Ito. Tetapi kenapa pertengkaran itu harus terjadi di belakangnya. Dan juga semua murid hanya bisa menonton, tanpa berani melerai. Hingga akhirnya, Nada sendiri yang turun tangan.

"Muka palsu aja bangga, dempul lo ketebelan tuh, sampai muka sama tembok aja nggak bisa dibedain." Cibir Ifah.

"Udah dong, jangan berantem, kalian nggak malu apa dilihatin orang-orang." Nada berusaha melerai.

"Wah, lo nyolot ya, butuh dikasih pelajaran ini." Tanpa ancang-ancang Bebi mengambil gelas yang ada di meja, dan langsung melemparkan isinya ke arah Ifah.

Mungkin tak masalah, jika yang terkena Ifah. Namun, Nada kini yang terlihat basah kuyup di kepalanya.

"SETAN!" teriak Nada.

Reflek, Bebi maupun Ifah langsung berlari meninggalkan kantin. Dan tentu Nada kini yang harus ketiban sial lagi.

Nada meninggalkan kantin menuju toilet. Di dalam perjalanan ia terus mengeluh sebal sambil mengumpat. Lagi-lagi ia harus ketiban sial, dan itu gara-gara Ito.

Nada membasuh wajahnya. Lalu membilas rambutnya yang basah terkena es teh.
Nada telah bersumpah serapah, jika setelah ini ia bertemu Ito, ia tidak akan pernah melepaskannya.

****

Rindu itu? Nyesek ya.

Letisiya Ifah & Bebi Shaqila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Letisiya Ifah & Bebi Shaqila

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang