"Buka topengmu! Jangan sok lugu.
Aku benci melihat wajahmu yang selalu membuatku rindu."***
Mungkin kejadian itu tidak pernah Nada lupakan. Karena jujur itu adalah pertama kalinya Nada merasakan parahnya dibully.
Dulu ia hanya melihat kejadian seperti itu di sinetron, dan ternyata rasanya benar-benar sakit. Sakit tidak hanya ditubuh, tetapi mentalnya juga ikut merasakan sakit karena ditindas habis oleh Sybil.
Nada duduk melamun di lobby sekolah, ia masih tak percaya dengan apa yang terjadi.
Setelahnya, Ito datang, membawa baju ganti untuk dirinya.
"Ganti dulu Nad, gue gak mau lo kedinginan!" Ito duduk di sebelah Nada sambil memberikan kaus hitam polos. Nada hanya menatapnya sendu, mulutnya masih ia bungkam.
"Ini baju ganti gue kalau abis latihan basket, tadi gue ambil dari loker!" jelas Ito lagi.
Akhirnya Nada menerima, lalu ia bergegas pergi ke toilet.
Ito masih setia menunggu Nada. Pikirannya kalut. Dari tadi Nada hanya diam. Dia tidak bicara sepatah kata apapun, dan itu benar-benar membuatnya khawatir. Ito mengacak rambutnya, ia menyesal, karena harusnya tadi ia langsung menyusul Nada ketika Echa memberitahunya.
"Ayo pulang!" ujar Nada lirih. Ia berdiri di samping Ito, tanpa menatap orang yang diajaknya bicara.
Lantas tak sengaja, mata Ito menangkap luka nanar pada tangan Nada.
"Duduk!" suruh Ito pada Nada. Baru saat itu, Nada menatapnya. Ito terlihat seperti orang marah, hingga akhirnya Nada menuruti perintah Ito.
Ito mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, dan Nada hanya mengamati gerak-gerik Ito.
Selanjutnya, Ito meraih tangan Nada, dan menempelkan plester di luka yang dilihatnya tadi. Nada meringis, karena rasanya begitu perih.
"Sybil ngapain lo?" tanya Ito lirih. Nada membisu, ia tidak menjawab.
"Sybil ngapain lo Nada?" tanya Ito sedikit keras.
"Gue gak apa-apa Ito," jawab Nada membentak.
"Sybil ngapain lo?" untuk yang terakhir kali Ito bertanya, ia bertanya tak kalah membentak seperti Nada.
Nada terpojok, akhirnya ia menjawab dengan lirih. "Sybil nyiram gue pakai air es, dia nampar gue, dan dia hampir mau mangkas rambut gue."
"Terus tangan lo?" tanya Ito khawatir.
"Itu gak sengaja To, waktu gue mau kabur, Sybil narik tangan gue dan kukunya malah ngegores kulit gue," jelasnya telak.
Nada membuang muka. "Jangan laporin Sybil To!" celoteh Nada.
Ito menatap heran gadis itu. "Nggak, gue tetep bakal laporin dia, dia udah nglakuin perbuatan kriminal Nad-"
"Jangan laporin Sybil Ito!" potong Nada sambil menatap tajam Ito.
"Tapi kenapa Nad? dia udah ngancem lo?" tanya Ito dengan penekanan. Ito merasa ambigu.
"Ini bukan salah Sybil Ito, tapi ini salah gue, gue udah rebut kebahagiaannya dia," jelasnya sendu.
"Lo ngomong apa sih Nad?"
"Gue udah rebut kebahagiaan Sybil To, gue udah rebut elo dari dia, dan gue juga udah rebut lomba itu dari dia."
Ito merengkuh wajah Nada agar menatapnya. "Gak ada satu apapun yang lo rebut dari Sybil Nada, dan ini juga bukan salah lo," ujar Ito teduh.
"Tapi Sybil gak bahagia To, dia gak punya siapa-siapa, dia gak punya keluarga yang selalu ada buat dia, dia gak punya teman yang benar-banar peduli sama dia."
Nada memegang tangan Ito yang ada di pipinya. "Gue udah cukup beruntung punya keluarga, teman yang sayang sama gue, sedangkan Sybil?"
Nada terisak, ia menatap Ito dengan mata berkaca-kaca. "Setelah sesuatu yang paling berharga milik Sybil direnggut oleh orang lain, dia butuh dukungan To, dia butuh teman, dia gak butuh dijadikan musuh, jadi jangan bersikap memusuhi Sybil terus-terusan Ito."
Air mata Nada telah mengalir ke pipinya hingga mengenai tangan Ito. Dan saat itu juga, Ito benar-benar merasa hancur. Bisa-bisanya setelah kejadian tadi, Nada masih bersikap baik pada Sybil. Ito membawa Nada dalam pelukannya. Dan suara isakan Nada menjadi satu-satunya pengisi suara dalam heningnya suasana sekolah.
***
Akibat kejadian kemarin, Nada jadi tidak masuk sekolah karena demam. Dan Ito juga terlihat kacau karena tidak tidur.
Semalaman Ito memikirkan Nada hingga hampir membuatnya gila. Ia tak habis pikir dengan cara pola pikir Nada. Kenapa gadis itu bisa sangat labil dalam bersikap. Terkadang bersikap sangat dewasa, tapi kadang juga bersikap kekanak-kanakan.
Akhir-akhir ini Nada telah memenuhi pikiran Ito. Bahkan parahnya ia merasa ingin selalu berada di dekat Nada.
Ito telah berada di depan kelasnya. Dan tak ia sangka, Sybil tengah duduk di kursi panjang depan kelasnya.
"Ito gue mau ngomong!" Sybil menyergah ketika melihat Ito sudah tiba. Ia sengaja duduk di sana, untuk menunggu Ito.
"Gue gak bakal laporin lo," ujar Ito lirih. Sybil tersenyum, ia tahu Ito pasti tidak akan setega itu dengannya.
"Ini karena Nada, kalau dia gak minta gue buat gak laporin lo, mungkin sekarang lo udah angkat kaki dari sekolah ini," jawabnya sambil menatap pedas Sybil.
"Gue harap lo minta maaf ke Nada, karena apa yang terjadi sama lo gak ada hubungannya sama dia," Ito masuk ke dalam kelas dan Sybil mematung.
Ito berhenti, ia berpikir sejenak. Entah kenapa, perkataan Nada kemarin selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Lalu akhirnya ia memutuskan untuk keluar lagi. Mungkin tidak ada salahnya ia menuruti permintaan Nada.
"Kalau lo ada masalah lo bisa cerita ke gue, tapi jangan berbuat kriminal lagi Bil," ujarnya datar.
Sybil yang tadi menunduk, mendongakkan kepalanya. Ia mengembangkan senyumnya tak percaya dengan apa yang Ito ucapkan.
"Lo maafin gue To?" tanyanya berseri-seri. Ito mengangguk samar sebagai jawaban.
"Jadi kita temenan lagi?" tanya Sybil kemudian.
"Asal lo gak gangguin Nada lagi," telak Ito lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.
***TBC***
Sybil Mauryn Wijaya
Kalian ada yang susah baca nama Sybil ya? itu bacanya biasa Sibil Maurin Wijaya gitu cuman aku buat pakai huruf y biar keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...