Nada mencari buku biologi, sedangkan Kevin menunggunya sambil duduk di kursi. Ia tidak minta untuk ditunggu, tetapi Kevin memaksa. Dan setelah ketemu, ia menyusul Kevin duduk di sebelahnya.
"Vin, makasih ya, untung ada lo tadi, kalau nggak gue gak tau bakal kaya apa nasib gue!" celoteh Nada sambil memandang laki-laki yang sedari tadi menatapnya itu.
"Iya santai aja," jawabnya tersenyum simpul.
"Oh iya Vin, topi lo lupa gue bawa, besok deh gue balikin!" ujarnya memohon.
Melihat Kevin, Nada jadi ingat jika kemarin ia mendapatkan DM darinya, yang meminta supaya topinya dikembalikan.
"Sebenernya lo simpen juga gak apa-apa sih, cuman gue males beli lagi kan udah mau lulus!" balas Kevin menyengir.
Nada tertawa mendengarnya. "Terus waktu upacara lo kemana? Kok lo bisa gak ikut sih," tanya Nada penasaran.
"Gue di kelas, lagi males upacara soalnya jadi gue nitip absen aja sama temen gue," jawabnya membuat mata Nada membulat.
"Emang bisa?" tanyanya tak percaya. Dan Kevin hanya tertawa sebagai jawaban.
Nada jadi berpikir, mungkin saja Kevin memang bisa melakukan hal itu. Berhubung dirinya kan cucu dari pemilik sekolah.
"Kemarin lo ulang tahun kan Nad, selamat ya kalau gitu!" ucap Kevin dengan senyum merekah.
Nada tertawa. "Iya Vin, makasih."
"Gue mau ngasih lo kado boleh gak?" tanyanya. "Tapi gak sekarang," lanjutnya lagi membuat Nada penasaran.
"Emang apa?" tanya Nada penasaran tapi ia langsung meralatnya. "Tapi gak usah deh Vin, malah ngrepotin nanti."
"Gak repot kok, jadi gue mau ngajak lo nonton konsernya Sheila On 7!" celoteh Kevin, dan mampu membuat gadis itu menatapnya tak percaya.
"Serius Vin?" tanya Nada lagi dan Kevin mengangguk.
Nada berteriak kesenangan. Dan tanpa ia tahu, itu semua disaksikan oleh pasang mata yang menyorotnya terluka.
Ito berdiri di samping pintu, sambil mengamati Nada dan Kevin yang sedang berbicara.
Ito tak percaya, jika Nada mampu mengingkari janjinya. Dulu ia kan pernah bilang jika tidak akan dekat Kevin lagi. Tapi kenyataannya sekarang dia malah duduk berdekatan dengannya, tertawa bahagia pula.
Ito melihat dengan rasa kecewa yang mendalam. Hatinya serasa ditikam, melihat senyuman yang biasa ditujukan hanya untuknya kini beralih ditujukan pada orang lain. Kekecewaan dan rasa cemburu membuncah pada hati Ito. Dan ia memilih pergi.
Nada telah selesai meminjam buku. Lalu ia bergegas kembali ke kelas. Saat dalam perjalanan, ia melihat Ito sedang berjalan di depannya.
"Ito!" Nada tersenyum, dan memanggilnya. Namun sayang, laki-laki itu hanya meliriknya sebentar dan mulai berjalan lagi.
Nada merasa aneh, karena tidak biasa-biasanya Ito seperti itu. Apalagi raut wajah Ito, seperti orang yang sedang marah dengannya.
Nada melangkahkan kaki lagi, dengan pemikiran masih tertuju pada Ito.
***
Nada duduk di bangkunya sambil cemberut. Jelas ia masih memikirkan sikap Ito yang tiba-tiba berubah kepadanya.
"Nad tadi lo ada dipalakin gak waktu lewat gang perpus?" tanya Echa.
"Iya Cha, tapi untung ada Kevin yang nolongin gue," ucapnya masih dengan memikirkan Ito.
"Jadi lo ke perpus sama Kevin?" tanya Echa mendelik.
"Cha, tadi waktu di koridor gue ketemu Ito, gue panggil tapi kok dia gak nyahut ya!" seru Nada tanpa memperdulikan pertanyaan Echa.
"Dia liyat lo sama kak Kevin kali, terus dia marah deh," balas Echa membuat mata Nada menyipit.
"Maksud lo cemburu, tapi gue sama dia kan cuma temen Cha,"
Echa geleng-geleng kepala. "Ya ampun Nad, bayangin aja nih ya, lo itu dari berangkat sekolah, makan di kantin, pulang ke rumah, sampai belajar sama kak Ito terus, kalau kak Ito gak ada rasa sama lo gak bakalan mau lah dia," balas Echa membuat Nada berpikir.
"Mending sekarang lo yakinin hati lo deh Nad, sebenernya lo suka gak sih sama kak Ito?"
Nada mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut Echa. Apa mungkin Ito menyukainya? Dan apa mungkin ia juga menyukai Ito?
Ponsel Nada bergetar. Ia langsung mengambilnya dari laci meja. Ketika membuka ternyata ada satu pesan baru dari Ito.
Ito
Gue gak bisa nganter lo balik.
Ada rapat sama Pak Adit.Nada menghembuskan napas gusar. Ada apa sebenarnya dengan Ito. Apa benar ia marah. Karena biasanya walaupun sedang sibuk, ia akan tetap memaksa untuk mengantar pulang. Lalu kenapa sekarang dia berbeda.
"Kenapa Nad?" tanya Echa segera saat melihat Nada mematung menatap layar ponselnya.
"Gak apa-apa," balasnya singkat, lalu memasukkan ponsel itu dalam tasnya.
***
Nada pulang agak terlambat. Sebab ia harus mengumpulkan tugasnya yang sewaktu pelajaran tadi belum ia selesaikan.
Semua teman-temannya sudah pulang, Echa dan Aurel juga sudah. Lalu dengan langkah panjang, ia cepat-cepat menuju ruang guru.
Siang ini Ito tidak jadi rapat. Sebab Pak Adit harus pulang karena ibunya tiba-tiba sakit. Lalu ia segera berjalan ke parkiran, dan menghampiri motornya.
Ito mengedarkan pandangan mencari Nada. Namun, suasana sekolah yang sudah sepi membuatnya jadi berpikir mungkin saja gadis itu sudah pulang.
Ito melajukan motornya dan saat sampai di samping gerbang, ada seseorang yang memanggilnya. Reflek Ito berhenti, karena ia pikir itu Nada.
"Ito, mobil gue lagi mogok boleh gak gue nebeng lo!" ujar wanita itu saat sudah mendekat.
Ito mendengus sebal, ia pikir orang itu Nada tapi ternyata Sybil.
Ito mengedarkan pandangannya lagi, mungkin saja Nada masih ada di sekitar sini.
"Ito lo cari Nada ya, tadi gue lihat dia udah pulang naik grab kalo gak salah," ucap Sybil saat melihat Ito menengak-nengok.
"Ya udah, naik," balas Ito kemudian. Membuat Sybil tersenyum, lalu langsung naik di atas motor Ito.
Ito sebenarnya enggan. Namun, ia sudah terlanjur berhenti lagipula kasihan juga Sybil.
Ito mulai melajukan motornya. Dan tanpa ia tahu, hal itu disorot oleh sepasang mata hazel milik Nada yang sedang berdiri tak jauh darinya.
"Great Ito, makasih udah bohongin gue."
***TBC***
Vote dan Komen!!!
Pengen up yang ini ada aja deh masalahnya -_-
baca yg bagian ke-1 dulu baru yg ini yah, biar gak pusyeng kek guahh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...