40. Merindu (1)

1.2K 75 0
                                    

[1 part tapi aku buat jadi 2 bagian]

Tak terasa, hari ini akan menjadi hari terakhir para murid masuk sekolah untuk menerima raport. Mereka datang ke sekolah bersama orang tua masing-masing, ya hitung-hitung sebagai ajang silaturahmi para guru dengan wali murid.

Setelah 3 hari berturut-turut acara lomba turnamen antar kelas itu diadakan. Kelas XI IPA 1 lah yang menjabet menjadi juaranya. Di susul oleh kelas XI IPS 2 sebagai juara 2, dan kelas X IPA 1 sebagai juara 3.

Sebenarnya jika waktu pengambilan raport, para murid tidak harus masuk. Namun, berhubung hari ini adalah waktu pengumuman pemenang sekaligus pemberian hadiah, maka mereka semua diwajibkan untuk masuk.

Semua murid berkumpul di lapangan basket, bersama dengan kepala sekolah, dan guru-guru TU. Sedangkan guru-guru yang lain, berada di dalam ruang kelas untuk membagikan hasil raport kepada para orang tua.

Sedari tadi Nada bernapas gusar sambil menekuk wajahnya. Ia takut jika dirinya mendapat peringkat paling bawah. Berhubung yang datang untuk mengambil raportnya adalah ayahnya, dan jika itu sampai terjadi bisa-bisa ia akan langsung habis di tangannya.

"Nad, kenapa deh lu?" tanya Echa tiba-tiba membuat Nada terperanjat.

"Gak apa-apa kok," balasnya dengan senyum terpaksa.

Kepala sekolah mulai bergerak di tengah-tengah lapangan dan mulai membuka pidatonya.

Sedangkan para murid ada yang mendengarkan, dan ada sebagian pula yang malah bergurau.

Selesai membaca pidato singkatnya, kepala sekolah langsung memulai acara pemberian hadiah kepada para pemenang. Dan para tim dari kelas yang menang, langsung memposisikan dirinya di samping kepala sekolah.

Juara pertama mendapat piala dan juga uang 1 juta rupiah. Juara kedua mendapat piala yang lebih kecil dan juga uang 750 ribu. Sedangkan juara ketiga mendapat piala kecil, dan uang 500 ribu.

"Kak Ito itu keren parah ya Nad, udah ganteng, jago main basket, pinter lagi, masa nih ya semester kali ini dia jadi juara 1 lagi, padahal kan waktu kelas 10 dia udah juara 1 mulu," celetuk Aurel tanpa memandang Nada.

Nada maupun Echa langsung mengalihkan pandangan mereka menatap Aurel.

"Raport kan baru aja dibagiin Rel, lo tahu dari mana?" tanya Nada curiga.

"Ya ampun gak percayaan amat sih sama gue, nih gue lihatin snapgram-nya kak Alif!" balas Aurel dengan penekanan. Selanjutnya ia menyodorkan ponselnya ke arah Nada dan Echa bergantian. "Kak Alif dapet juara 3, dan yang dapet juara 1 nya ya kak Ito," jelas Aurel dan Nada hanya manggut-manggut.

Nada menopang dagunya sambil menatap Ito sendu. Ito memang pantas mendapat juara 1, karena ia memang pintar. Lagipula Ito kan juga sudah mendapat gelar murid teladan dari sekolah ini, jadi pasti tidaklah sulit untuk mendapatkan juara baginya.

Acara pembagian hadiah telah selesai. Dan para murid segera beranjak mencari kelas masing-masing untuk menemui orang tua mereka.

Aurel dan Echa juga sudah sangat tidak sabar untuk pergi ke kelas. Namun, berbeda dengan Nada yang masih terpaku di tempatnya.

"Ayo Nad, lo kenapa sih sebenernya kok dari tadi murung terus?" titah Aurel.

Nada masih tetap diam membisu.

"Kalau ada masalah, cerita dong Nad, jangan malah kaya gini," Echa mendekat ke arah Nada sambil mencak-mencak.

"Sebenernya gue itu takut kena marah ayah gue kalau semisal nilai gue jelek," jawab Nada akhirnya membuat Echa dan Aurel geleng-geleng kepala.

"Gak usah takut Nad, karena yang penting kan lo jujur dan gak nyontek waktu ulangan," ujar Echa teduh.

Aurel menggamit tangan Nada, dan Echa juga turut menggandengnya. Mereka bertiga mulai berjalan menuju ke kelas.

Saat sampai, ayah Nada telah keluar dari kelas dengan membawa raport. Ritme jantung Nada pun mulai berdetak tak seperti biasanya.

Nada semakin mendekat, dan ayahnya langsung menyodorkan selembar kertas berisi daftar ranking. Ia langsung menerimanya dan membukanya perlahan.

Matanya langsung berbinar ketika melihat namanya ada pada barisan ke-sepuluh. Nada menjerit dan tertawa kegirangan. Karena jujur, ia tak menyangka jika dirinya bisa masuk ke dalam 10 besar.

Echa juga tak kalah senang, karena dirinya berhasil menjabet juara 1. Dan Aurel juga turut bahagia karena dia mendapat juara 5.

Nada, Echa dan Aurel berpelukan dan tertawa bersama. Hingga akhirnya Nada pamit duluan karena ayahnya tidak bisa berlama-lama.

Nada dan ayahnya berjalan beriringan menuju parkiran. Dan saat ia sampai di parkiran motor, tak sengaja ia bertemu dengan Ito dan Cemeng sedang duduk di atas motor.

Nada tersenyum sumringah. Lalu ia menyuruh ayahnya untuk ke mobil duluan, karena ia ingin bicara dengan Ito sebentar.

"Ito!" panggil Nada dan yang dipanggil menoleh.

Cemeng mengisyaratkan Ito untuk segera menemui Nada. Lantas Ito langsung bergegas turun dari motor dan mendekat ke arah Nada.

Ito menatap aneh orang di depannya. Karena semenjak tadi gadis itu terus-terusan tersenyum padanya. Saat Ito telah berdiri tepat di hadapannya, barulah Nada membuka suara.

"Gue bener-bener gak nyangka bisa masuk 10 besar, thanks Ito, ini semua berkat lo!" ujar Nada kegirangan dengan menampakkan senyum paling manisnya.

Ito membalas senyum Nada, senang. Dan tak berselang lama gadis itu malah berpamit untuk pulang.

"Yaudah gue balik duluan ya, bye Ito!" Nada semakin berjalan menjauh sambil melambaikan tangan.

Sedangkan Ito kini hanya bisa membalas lambaian tangan Nada.

"Gue kasih tahu ya To, kalau lo emang gak ada niat seriusin Nada, mending lo jauhin dia deh, kasihan tuh anak, kelihatan masih polos banget," celoteh Cemeng saat Ito kembali duduk di atas motornya.

"Lo ngomong apa sih Meng?" sergah Ito tidak serius.

"Sebenernya gue kemarin gak sengaja lihat lo lagi pelukan sama Sybil, dan gue gak habis pikir aja To kok lo bisa tega-teganya mainin Nada dari belakang."

Ito menatap Cemeng tajam. "Gue gak pelukan sama Sybil, dia yang meluk gue." Ito membuang mukanya ke arah lain. "Lagian gak mungkin gue mainin Nada dari belakang, gue kan nggak ada apa-apa juga sama dia."

Cemeng menajamkan matanya menatap Ito.

"Sebenernya gimana sih perasaan lo ke Nada, To?"

Ito bungkam. Ia sendiri masih tidak tahu bagaimana perasaan yang sebenarnya pada Nada.

"Jujur gue sendiri masih gak tau Meng, kadang gue pikir gue emang suka sama dia, tapi gue juga takut salah mengartikan, karena jangan-jangan perasaan gue ini cuma sebatas perasaan kakak sama adiknya, ya berhubung gue kan udah lama temenan sama dia," jelas Ito lirih.

"Efek jomblo dari lahir tuh ya gini, urusan cetek aja gak tahu," Cemeng geleng-geleng kepala.

"Lo mau tahu kapan saat seseorang benar-benar udah jatuh cinta?"

Ito hanya membalas dengan mengangkat kedua alisnya, sedangkan Cemeng langsung membuka suara.

***Next***

Geser ke atas

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang