"Izinkan aku masuk ke dalam kisahmu. Maka akan ku rangkai kata-kata manis sebagai pelengkap cerita indahmu."
- Kalyca Ruhua Nada -****
Pagi yang cerah, menyambut kedatangan Nada di Sekolah. Gadis itu tersenyum sumringah karena hari ini adalah hari terakhir MPLS. Yaitu hari dimana segala macam penyiksaan akan berakhir.
Walaupun sebenarnya Nada jarang sekali dihukum oleh kakak OSIS, tapi tetap saja, ia merasa bahagia karena tidak perlu menaati perintah-perintah dari OSIS lagi.
Saat sampai di koridor, ia melihat seorang laki-laki yang memakai blazer hitam ciri khas OSIS sedang berbincang dengan seorang guru perempuan. Awalnya Nada tidak tertarik sama sekali, tapi entah kenapa ia merasa yakin jika laki-laki itu adalah Ito, hingga ia penasaran dan mendekat ke arah mereka.
"Pagi Bu Suksesih!"
"Pagi Ito, panggil nama ibu yang benar ya To, Bu Sukesih bukan Bu Suksesih!"
"Habis nama ibu susah sih, jadi mulut saya suka kesleo ngomongnya!"
"Ah, Ito, emangnya mulut itu kaki apa bisa kesleo."
"Ibu mau kemana?"
"Mau kondangan, ya mau ngajar lah Ito, pakai nanya lagi."
"Ya kirain ibu mau kemana gitu, habisnya ibu hari ini kelihatan cantik banget."
"Ah, masa sih Ito."
"Kalau gitu saya pergi dulu ya Bu, selamat mengajar BU SUSEKSIH!" Ito memberi penekanan pada kata seksi seraya pergi berlari.
"Ito!" teriak Bu Sukesih. "Untung anak pintar dia, kalau tidak sudah saya laporkan ke guru BK," dumelnya.
Satu hal baru lagi tentang Ito yang diketahui oleh Nada. Yaitu, Ito suka genit sama tante-tante.
****
Sandal jepit, piyama Doraemon berwarna biru, dan rambut panjang terurai. Itulah penampilan Nada saat ini yang sedang berada di meja makan untuk makan malam bersama di rumah Ito.
Kejadian itu berawal dari Nada yang tidak mau diajak oleh ibunya pergi makan malam di rumah Ito. Ibunya yang tidak terima terus memaksa Nada. Hingga Nada membuat kesepakatan jika ia mau ikut asal tidak harus berganti baju, lantas ibunya pun menyetujuinya.
"Ayo, Nak Nada, makanannya ditambah lagi. Tante hari ini memang sengaja masak banyak," Ucap Iren--mamah Ito.
"Iya Tante, ini udah cukup kok." Nada tersenyum simpul.
"Oh iya, Nak Nada sekarang sekolah di mana?" tanya Iren.
Nada terdiam sejenak. "Di SMA Merah Putih Tan," jawabnya ragu.
"SMA Merah Putih? bagus dong. Nada sama Ito kan satu sekolah, berarti Nada berangkatnya bisa bareng Ito terus." Iren menyimpulkan.
Ito yang tak terima membalas. "Mamah apaan sih, Ito kan bukan tukang ojek, mending Ito jemput pacar Ito daripada dia."
"Emang kamu punya pacar? udah lah To, nggak usah cari alasan, toh sekolahan kamu searah juga kan sama Nada!" telak Iren.
"Nggak perlu repot-repot Jeng Iren, Nada biasanya diantar jemput ayahnya kok," balas Nita menengahi.
Nada tersenyum senang. Untung ibunya tidak setuju. Karena jujur, melihat wajah Ito malam ini saja membuat ia ingin menimpuk kepalanya, apalagi jika harus melihat wajahnya setiap pagi.
Nada tidak mau Tuhan.
****
Kini Nada dan Ito tengah berada di minimarket. Mereka disuruh membeli tepung roti, gara-gara ibu Nada dan mamah Ito ingin membuat resep kue baru.
Nada mencari rak dimana tepung roti itu terpajang. Sedangkan Ito mengikutinya dari belakang. Ito yang tidak melakukan apa-apa merasa jengah, hingga ia menjahili Nada, dan mengusiknya untuk menjawab pertanyaannya yang belum terjawab.
"Nad, lo belum jawab pertanyaan gue!" desaknya, "sebenernya apasih alasan lo pindah kesini?" Ito semakin mendesak Nada.
"Lo apaan sih To, kepindahan gue kesini nggak ada urusannya sama lo!" Nada yang semakin jengah dengan Ito terus berjalan menjauhinya. Hingga tak lama kemudian, ketemulah tepung roti yang sedang ia cari.
Nada berhenti berjalan lalu mengambil tepung itu.
"Apa susahnya jawab sih Nad," ucap Ito tepat di samping wajah Nada.
Nada yang terkejut menjauhkan dirinya dari Ito. Namun, yang terjadi ia malah menabrak rak yang ada di sampingnya hingga kaleng-kaleng Sarden berjatuhan.
"Lo gila ya To! dasar mesum! lo mau cium gue kan!" Nada membentak Ito yang telah membuatnya kesal setengah mati.
"Dih najis, mending gue cium nenek-nenek daripada cium lo!" Ito memajang wajah tak bersalahnya.
Selang beberapa detik, datanglah pegawai minimarket menghampiri Nada dan Ito.
"Mas, kalau lagi marahan sama isterinya jangan di sini dong!" kata pegawai itu berhasil membuat Nada dan Ito mematung.
"Isteri?" kata keduanya bersamaan.
"Iyalah, ya kali mas sama mbaknya kalau pacaran keluar rumah pakai baju tidur!"
Refleks, Ito menatap baju yang Nada kenakan, Nada pun turut menatap bingung bajunya.
"Tuh kan barang-barangnya jadi penyok, pokoknya nggak mau tau ini ya, mas sama mbaknya harus ganti!" ucap si pegawai sambil mengambil kaleng sarden yang jatuh kedalam keranjang.
Kira-kira berjumlah 10 kaleng sarden yang harus Nada dan Ito ganti. Setelah itu mereka pergi ke kasir dengan saling menyalahkan.
"Jadi semuanya 200 ribu!" kata penjaga kasir.
"Elo, bayar!" Bentak Nada pada Ito.
"Kok gua? yang jatuhin kan elo!" kelak Ito.
"Kalau aja lo gak bikin gue kaget, nggak bakal kaya gini jadinya."
"Ekhem." si penjaga kasir berdeham menengahi.
Dan akhirnya Ito mengalah dan membayar belanjaannya.
"Sekarang giliran lo yang bawa belanjaannya," suruh Ito pada Nada.
"Kok gue, lo aja."
"Jadi isteri yang patuh dong sama apa kata suami." Ito sambil merangkul Nada.
"Dasar Ito Sukito, si otak mesum!" teriak Nada sambil menginjak kaki Ito.
"SAKIT BEGO!!!"
***TBC***
Yang di mulmed visualnya Sybil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...