22. Gara-gara Ito

1.5K 105 0
                                    

"Ada dua pilihan dalam mencintai seseorang. Jika tidak bisa memiliki berarti harus siap merelakan."

***

Nada berdecih sebal ketika memasuki ruang kelasnya. Suasana hati dalam dirinya berubah menjadi kacau akibat seluruh pasang mata yang ada di kelas meniti ke arahnya.

Ia tidak perduli. Dengan santai ia melenggang, duduk di bangkunya.

"Gak ada angin, gak ada hujan, kok lo tiba-tiba bisa jadian sama kak Ito?" Echa yang baru datang langsung menghunjam Nada dengan pertanyaan.

"Tahu, dulu bilangnya kak Ito buaya, nape sekarang dipacarin?" Aurel ikut menyudutkan Nada.

Sebelumnya Nada duduk menghadap ke depan. Lalu ia segera menghadap ke samping ke arah dua temannya itu.

"Sumpah, gue nggak pacaran sama Ito, kalian percaya deh sama gue!" Nada memohon. Ia tidak ingin kedua temannya itu salah paham atas dirinya dan Ito.

"Santai aja kali Nad, lo pacaran sama kak Ito kita malah seneng lagi," ujar Echa mengelus bahu Nada.

"Iya Nad, tadi gue cuma bercanda, pokoknya nanti istirahat lo harus ngasih kita PJ," rengek Aurel sambil menyengir.

Nada menggertakkan giginya. Jika saja semalam Ito tidak melakukan hal bodoh, pasti semua tidak akan salah paham seperti ini.

"Jadi yang di story lo semalem itu bener Nad?" Tanpa basa-basi, Jay yang baru masuk ke kelas menodong Nada dengan pertanyaan.

Nada terperangah. Lamat-lamat ia menghadap orang yang berdiri di sampingnya.
Melihat Jay, Nada jadi teringat peristiwa kemarin saat ia dihukum. Rasanya ia ingin sekali melampiaskan rasa marahnya. Namun, malah berbanding terbalik dengan apa yang ia katakan.

"Iya, artinya mulai sekarang lo kudu jauh-jauh dari gue," ucapnya mantap sambil memandang tajam wajah Jay.

Jawaban Nada membuat Jay mematung sesaat hingga ia membalas. "Oh, gue harap lo selalu bahagia Nad," ujar Jay sendu.

"Ya jelas lah, gimana Nada gak bahagia coba, punya pacar ganteng, pinter, baik lagi!" ujar Aurel ikut geram atas apa yang terjadi pada Nada kemarin.

"Udah Rel, kasihan Jay makin panas nanti jadinya!" bujuk Echa ke Aurel.

Kemudian Jay berlalu pergi. Tatapannya kosong, tubuhnya seperti kehabisan banyak energi hanya karna mendengar jawaban dari mulut Nada.

Melihat Nada kini telah dimiliki orang lain membuatnya kecewa. Namun, ia harus berlapang dada menerima. Karena nyatanya hanya ada dua pilihan dalam mencintai seseorang. Jika tidak bisa memiliki berarti ia harus siap merelakan.

***

Nada lega sekarang. Karena Jay maupun Bromo sudah tidak mengganggunya lagi. Bahkan Bromo tidak duduk bersebrangan lagi dengannya. Tadi pagi, sewaktu Bromo datang ia meminta Lala untuk kembali duduk di depan, dan ia malah duduk di belakang. Bisa dibilang dugaan Jay benar waktu itu, karena faktanya Bromo tidak minus seperti yang pernah ia katakan.

Tapi Nada juga tidak senang seratus persen. Karena teman-teman di kelas selalu men-ciyeinya dan meminta PJ. Bisa dikata, kejahilan Ito tadi malam ada manfaat dan kerugian untuknya. Apapun itu, Nada sangat-sangat membenci Ito sekarang.

"Cha, Rel, sumpah gue sama Ito itu nggak jadian!" rengek Nada sambil mengaduk-aduk baksonya.

"Gue nggak percaya, jangan gitu lah Nad, bohong dosa tau," timpal Echa yang ada di sampingnya.

"Terus gue mesti gimana biar kalian percaya?" Nada mulai frustasi.

"Lo aneh deh Nad, bersyukur kali punya pacar kaya Kak Ito, coba nih ya kalau gue jadi elo, udah gue borgol tuh tangan Kak Ito sama tangan gue, biar dia gak bisa deket-deket sama cewek lain." Aurel ikut berpendapat.

Echa melempar Aurel dengan tisu. "Untung Nada bukan lo Rel, bisa-bisa Kak Ito malah stres kali kalau punya pacar over protektif kaya lo," cibirnya sembari tertawa.

Nada semakin cemberut. Ia tidak suka dibilang pacarnya Ito. Echa melihat Nada sambil tersenyum tipis. "Kalau lo gak jadian sama Kak Ito, terus story lo semalem itu apa?"

Nada menghela napas sebelum menjelaskan. "Semalem itu gue cerita ke Ito, kalau gue kesel digangguin terus sama Jay dan Bromo, terus gue nggak sadar kalau dia ternyata ngebajak hp gue dan bikin story kaya gitu."

"Jadi yang bikin story lo itu Kak Ito Nad?" Aurel ternganga tak percaya.

"Tapi kok lo bisa berduaan sama Kak Ito?" Echa ikut ternganga.

"Sebenarnya Ito itu temen kecil gue waktu di Surabaya, dan tiap malem Ito datang ke rumah buat ngajarin gue."

"What?!" ucap Aurel dan Echa bersamaan. Sedangkan Nada melanjutkan makannya dengan santai.

***

Nada termangu duduk di ruang tamu. Ia sebenarnya masih tidak siap untuk bertemu Ito, akibat kejadian kemarin, yang benar-benar membuatnya malu di kelas.

Ia mengeluarkan buku matematikanya. Membuka buku paket, lalu mulai mengerjakan soal-soal yang kiranya ia bisa. Nada berjanji, akan mendiamkan Ito malam ini. Jadi lebih baik, ia menyibukkan diri dengan menjawab soal.

"Jadi sekarang udah rajin!"

Ito yang baru datang langsung menyuarakan suaranya. Sedangkan Nada hanya meliriknya sesaat.
Ito menempatkan dirinya, duduk berhadapan dengan Nada. Gadis itu tetap diam, bahkan tidak memandang ke arahnya sama sekali.

"Nad!" panggil Ito. Nada diam, dan masih serius menulis rumus matematika.

Ito menatap lekat-lekat Nada. Jujur, gadis itu terlihat lebih menggemaskan ketika sedang marah.

"Kok lu cantik sih Nad!"

Dalam sekejap, Nada menghentikan aktivitasnya dan menatap Ito nyalang. Setelahnya ia kembali serius, menyalin rumus.

"Kalau gue suka sama lo gimana?"

Deg. Tiba-tiba saja degup jantung Nada berdetak dengan cepat. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Yang pasti, ia merasa sangat gugup sekarang.

"Tapi nggak jadi deh, habis lo jorok banget jadi cewek, dulu ada belek di mata, sekarang upil lo keluar."

Sial. Ito benar-benar selalu membuatnya malu. Gelagapan Nada mencari ponselnya, dan menggunakannya untuk bercermin.

Ito setan, orang nggak ada apa-apa juga di hidung gue.

Nada yang tadi menunduk, mendongakkan kepalanya menatap Ito. Ia terkejut, melihat sebatang coklat silverqueen sudah ada di hadapannya.

"Sori kalau gue selalu jahilin lo yang akhirnya bikin lo kesel, dan soal kemarin, gue cuma pengen lo gak digangguin lagi sama temen lo Nad, jadi jangan marah ya!" pintanya lembut.

Tanpa sadar, Nada sedikit menyunggingkan senyumnya. Lalu menarik coklat itu dari tangan Ito.

"Tiap hari aja lo bikin gue kesel, biar tiap hari juga gue makan coklat gratis," ucap Nada sarkastis.

Ito melebarkan senyum, dengan sederet gigi putihnya. "Kalau gitu senyum dong, jangan cemberut terus!" pintanya.

"Bodo." Nada memasang wajah judesnya.

"Jangan bilang lo pengen bikin gue kesurupan gara-gara lihatin muka lo yang horor itu." Ito mencibir.

"ITO!! lo pikir gue mba kunti apa?!" teriaknya.

***TBC***

G.night

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang