45. Drama Manis (2)

1.3K 103 8
                                    

"Aku mencintaimu Ratna. Amat sangat mencintaimu. Tapi maaf, aku tidak bisa mengikatmu."

Sebelumnya Ito menatap mata Nada dalam. Namun, dengan segera ia melepaskan tangan itu dan kembali duduk di kursi panjang.

"Kenapa Galih? Apa karena putri raja lebih cantik dariku?" teriak Nada tak terima sambil duduk tepat di samping Ito.

"Tidak ada seorang pun yang bisa menandingi kecantikan anak dewa, Ratna." Ito meyakinkan sambil menoleh ke arah Nada.

"Kalau begitu biarkan aku menunggumu, biarkan puluhan purnama ku lewati, biarkan ratusan tahun ku lalui, dan biarkan sampai hembus napas terakhir aku masih menantikanmu." Nada memasang wajah batunya. Kemudian Ito menatap ke arahnya lagi.

"Jangan menungguku Ratna," ucap Ito lembut.

"Ikutilah arah angin yang akan membawamu pada sosok kehangatan dan raihlah kebahagiaanmu. Aku bukan bahagiamu Ratna, pergilah, mulai hari ini aku melepaskanmu." Ito membuang muka ke arah lain.

"Setelah suka, duka kita lalui bersama. Setelah badai kita terjang berdua. Setelah kau kalahkan musuh yang menolak kehadiran kita. Sekarang kau ingin menghempasku begitu saja?" Nada mulai merasa sesak di dadanya, ia terisak dan bicaranya tercekat.

"Lalu untuk apa kata-kata manis yang kau lontarkan untukku Galih? Untuk apa bayangan indah tentang hari tua kita yang dulu sempat kau ceritakan?" air mata Nada mulai runtuh, ia berdiri dan menjauh dari Ito.

Ito merasakan hatinya benar-benar hancur. Ia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa melihat gadis yang sangat dicintainya menangis. Ito hendak mendekat ke arah Nada. Tapi sayang, sakit di jantungnya yang sebenarnya sedari tadi ia tahan, kini mulai menggerogoti lebih ganas.

Ito terjatuh baru satu langkah kaki berjalan. Dan Nada yang mendengar suara keras dari arah belakang, langsung membalikkan badannya. Ia tercengang melihat Ito yang sudah terkulai di tanah sambil menahan sakit.

"Galih kau kenapa? Ada apa sebenarnya?" teriak Nada cemas masih dengan air mata mengalir kecil di pipinya.

Gadis itu memindahkan kepala Ito di pangkuannya. Lalu ia mengusap pipi Ito perlahan.

"Badai pernah aku lawan, musuh pernah aku kalahkan, dan untuk yang terakhir kali Ratna, biarkan penyakit busuk ini yang tertawa kemenangan." Ito menahan dadanya, sambil menatap wajah gadis itu lekat-lekat.

"Mungkin sekarang aku kalah, tapi satu yang kamu perlu tahu Ratna, hatiku tak akan pernah kalah dalam mencintaimu."

Nada semakin terisak, ia tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku melepaskanmu, bukan berarti aku menghempaskanmu. Mulai sekarang hiduplah tanpa aku, temuilah sosok lain yang dapat membahagiakanmu. Tak perlu kau takut aku akan marah, karena cintaku abadi untukmu."

Tak terasa air mata Ito juga ikut mengalir, lalu ia dengan hangat mengusap air mata Nada yang membanjiri pipinya.

"Mungkin hatiku kuat mencintaimu selamanya. Namun, ragaku tak akan kuat mendampingimu selamanya. Ratna aku mencintaimu."

Saat itu juga Ito menghembuskan napas terakhir dan memejamkan mata, sedangkan Nada menangis histeris sambil memeluk Ito kuat-kuat.

"Tidak Galih, tidak!" teriak Nada tak terima.

"Jangan tinggalkan aku!" teriaknya dengan suara tercekat.

"Galih, semesta marah, langit akan runtuh dan bumi akan terguncang." Nada menatap Ito lagi, ia harap Ito akan membuka mata, tapi sayangnya itu tak akan mungkin terjadi.

"Galih!!!" Nada benar-benar merasa terisak. Lalu ia menempatkan kepala Ito di tanah.

Nada beralih mendekat ke tengah-tengah, ia berhenti tepat di samping badan Ito. Dengan perlahan ia mengambil belati yang ada di balik tubuh laki-laki itu.

"Jika kau mampu mencintaiku hingga akhir napasmu, maka biarkan aku melakukan hal yang sama untukmu. Karena tidak akan ada lagi orang yang sehangat dirimu, tidak ada lagi hati yang seluas hatimu. Biarkan belati ini yang menjadi saksi bisu cinta kita abadi. Dan semoga semesta akan berbaik hati menyatukan kita lagi di dunia yang berbeda. Galih, aku sangat mencintaimu."

Nada menancapkan belati itu tepat di dadanya. Ia terkulai tepat di atas tubuh Ito.

Tirai ditutup kembali. Dan semua penonton masih tercengang, bahkan sekarang kondisinya mereka menjadi haru biru akibat drama tersebut.

Tak khayal mereka menangis, bahkan semua guru dan kepala sekolah sudah membawa tisu di tangannya.

Nada tidak tahu ada apa dengan dirinya. Yang jelas ia merasa begitu nyata, hingga ia menangis menyebut nama Ito sambil memeluk tubuhnya erat.

"Ito! Bangun To!" isak Nada masih berada di atas dada Ito.

"Nad, Nada, gue tahu lo nyaman di pelukan gue, tapi kita mesti cepet-cepet ganti kostum ini!" teriak Ito sambil menggoyang-goyangkan tubuh Nada.

Seketika Nada tersadar. Ia langsung menjauh dari tubuh Ito.

"Udah, ayo!" Ito menggamit tangan Nada mengajaknya untuk segera pergi ke backstage.

Tidak lama setelahnya tirai dibuka lagi. Namun dengan pemandangan yang berbeda. Yaitu awan-awan putih, serta Nada dan Ito yang terlihat serasi memakai gaun dan jas.

Sang pianis segera memainkan pianonya. Lalu Ito dan Nada mulai berdansa semakin membuat semua orang berteriak histeris.

Aurel si ratu baper yang melihat saja nyaris pingsan, untung Echa langsung menenangkannya.

Setelahnya Nada mulai bernyanyi.

"Badai tuan, telah berlalu. Salahkah ku menuntut mesra? Tiap pagi menjelang kau disampingku, ku aman ada bersamamu."

Lalu mereka menyanyi bersama.

"Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu, ku di sebelahmu."

Keadaan semakin riuh. Semua orang menjerit, bahkan guru-guru yang terkesan baperan juga ikut berteriak. Kini giliran Ito yang bernyanyi.

"Badai puan. Telah berlalu. Salahkah ku menuntut mesra? Tiap taufan menyerang, kau di sampingku. Kau aman ada bersamaku."

Mereka kembali bernyanyi bersama lagi di reff lagu.

"Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu, ku di sebelahmu."

Sang pianis masih memainkan pianonya. Namun, Nada dan Ito telah selesai berdansa.

Ito masih menggenggam tangan gadis itu, dan Nada mendongakkan kepalanya menatap Ito.

Saat itu, tangan Ito beralih merengkuh wajah Nada dan tak gadis itu sangka satu kecupan manis mendarat di keningnya.

Nada merasa degup jantungnya berdetak tidak normal. Ia juga bingung karena di dalam koreo dan naskah kan tidak ada adegan cium kening.

Musik telah berhenti mengalun. Suara tepuk tangan dan teriakan pecah saat itu juga.

Sesudah itu Nada dan Ito menutup dramanya. Dan masih dengan manisnya Ito menggandeng tangan Nada, mengajaknya pergi ke backstage. Tapi anehnya kali ini Nada tidak mempermasalahkan hal itu sama sekali.

"Apa aku sedang mencintaimu, Ito?"

***TBC***

yang baca komen dong, suka atau gak suka sama part yang ini?

Lagu 1. Pelangi di matamu dari Jamrud.
Lagu 2. Sampai jadi debu dari Banda Neira.
Dan lagu ke-2 itu favoriteku banget lah. Ada di mulmed ya 2 lagunya, buat yang mau denger aja sik.

Dari awal bikin cerita ini, udah kepikiran bikin part yang ini, jadi ya gitu deh.

ps : Baca dengan tenang, dan yang mau copas atau merasa terinspirasi, maaf jangan deh ya, ini hanya cerita impian seorang jombs berekspektasi tinggi.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang