Suara tangisan masih menyelimuti Nada ketika dua orang sahabatnya itu ikut kehujanan menghampirinya.
Echa dan Aurel mendapatkan kabar dari Nita jika Nada pergi ke rumah sakit sendirian. Pada saat itu sepulang dari sekolah mereka langsung bergegas ke rumah sakit. Dan setibanya di sana, mereka malah melihat Nada tersungkur di halaman serta kehujanan.
"Nada, lo kenapa?" tanya Echa khawatir sambil berjongkok. Nada tidak menjawab, ia masih saja sesenggukan.
Aurel memegang bahu Echa mengisyaratkan agar mengajak Nada masuk ke mobil agar tidak kehujanan. Echa mengangguk. Lalu mereka berdua menggamit tangan Nada, mengajaknya ke parkiran. Untung hari ini Echa membawa mobil ke sekolah. Karena berhubung mobilnya tidak dipakai oleh mamanya, dan dari pagi langit juga terlihat mendung.
Mereka bertiga sekarang sudah berada di dalam mobil, dengan Nada duduk di tengah. Gadis itu masih saja menangis, tidak menghiraukan kedua temannya.
"Nada lo kenapa sih? tolong jujur ke kita karena kita khawatir banget sama lo," ujar Aurel cemas.
Perlahan Nada mulai membuka mulutnya. Namun, keadaan dirinya yang sesenggukan membuat bicaranya tersenggal-senggal.
"Kenapa Cha, Rel? kenapa lo gak bilang ke gue kalau Ito mukulin Kevin sampai dia harus dikeluarin dari sekolah?"
Echa dan Aurel mematung. Mereka berdua memang merahasiakan masalah ini dari Nada, sebab Nada masih merasa terpukul dan mereka tidak ingin membuat dia bertambah sedih.
"Nad, gue sama Aurel gak bermaksud-"
"Gue yang salah, gue yang bodoh, nggak seharusnya Ito kena imbas dari kebodohan gue, Cha, Rel," Nada terisak dengan air mata membanjir.
"Nad," Aurel mengusap punggung Nada.
"Gue udah hancurin semua yang Ito punya, ini semua salah gue, gue memang cuman pembawa sial buat Ito." Nada berteriak.
"Nada, lo yang tenang, ini bukan salah lo, hei dengerin gue," Echa merengkuh wajah Nada agar menatapnya.
"Nada, kak Ito nglakuin ini semua itu karena dia sayang sama lo, dia ngebelain lo karena gak rela Kevin berani kurang ajar sama lo, percaya sama gue, kak Ito gak bakal nyalahin lo apalagi anggep lo sebagai pembawa sial."
"Tapi itu dulu Cha, sekarang udah nggak," ujar Nada tercekat.
Echa dan Aurel menatapnya cengo. "Maksud lo Nad?" tanya Aurel menyipit.
"Ito udah sama Sybil sekarang, dan dengan bodohnya gue baru sadar kalau ternyata selama ini gue cinta sama Ito."
Nada merasa sesak ketika mengeluarkan kata demi kata. Hatinya serasa dihunjam oleh ribuan penyesalan membuatnya tertohok.
Echa dan Aurel menenangkan Nada sambil menyenderkan kepala di bahunya. Walaupun dalam benak mereka masih tidak paham akan apa yang Nada ucapkan, tapi biarlah yang terpenting Nada harus lepas dari kesedihannya dulu.
***
Hari ini Ito sudah boleh pulang. Ia lega meskipun bagian kepala dan tangannya masih terasa sakit. Kepalanya ada yang bocor dan harus dijahit, sedangkan lengannya tergores parah entah waktu itu terkena apa, dan juga masih banyak luka-luka lebam yang lain.
Meski Ito sekarang sudah berada di rumahnya, tapi tetap saja semuanya terasa membosankan dan menyebalkan. Apalagi sekarang ia harus tinggal sendiri di rumah, karena mamahnya harus menghadiri meeting yang penting.
Ito menyenderkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit atap dengan nanar. Perasaan akan rindu Nada semakin membuncah, tetapi ia tidak tahu harus bagaimana. Semuanya terasa samar tidak jelas arahnya. Nada pasti tahu jika dirinya sakit, namun mengapa ia tidak menjenguknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...