55. Mata Bengkak

1.2K 59 0
                                    

"Tahukah kamu? Semalam tadi, aku menangis mengingatmu, mengenangmu. Mungkin hatiku terluka dalam, atau selalu mengukirkan kenangan kita."

Audy - Menangis Semalam

***

Terkadang seseorang harus merasa kehilangan dulu, baru setelah itu ia bisa menghargai atas kehadiran orang yang memang lebih berarti. Itulah yang sedang Nada rasakan sekarang. Kehilangan tiga orang yang sangat berarti hanya untuk satu orang asing.

Kejadian tadi benar-benar membuatnya hancur. Ia tidak pernah membayangkan akan jadi seburuk ini nasibnya.

Perkataan Aurel masih terngiang-ngiang di kepalanya sampai sekarang. Apa benar ia sudah terlewat bodoh? Apa benar ia cemburu jika Ito dekat dengan wanita lain?

Nada berdiri menghadap jendela kamarnya sambil menutup wajah. Air mata yang sedari tadi telah menetes kini keluar secara lebih deras.

Nada tak tahu kenapa saat memikirkan Ito, hatinya serasa ditikam oleh ribuan pisau. Ito adalah mentari baginya. Mentari yang sekarang telah hilang akibat terhalang awan hitam yang menggumpal. Nada lah yang telah menyebabkan awan itu datang, tanpa tahu bagaimana cara untuk mengusirnya sekarang.

Terpampang jelas di ingatannya, bahwa hanya Ito yang mampu membuat setiap dukanya menjadi suka. Hanya Ito yang mampu memberi warna pada lembar-lembarnya yang kosong. Dan hanya Ito yang mampu sabar meladeni sifatnya yang keras kepala dan kekanak-kanakan.

Nada tenggelam akan ingatan kenangannya bersama Ito. Mata hazel itu kini menatap sendu rintik hujan di luar yang menimpa kaca tapi serasa menimpa wajahnya. Mungkin semesta sengaja menurunkan hujan, agar suasana sendu kini berubah menjadi lebih kelam. Apalagi hujan sangat berkaitan dengan yang namanya kenangan.

Tubuh Nada bergetar merasakan kepiluan yang sangat dalam serta udara dingin yang menusuk tulang semakin menambah parah. Kenangan selalu mengikutsertakan rasa rindu yang tiba-tiba datang meneruah di benak Nada.

Satu yang Nada pastikan sekarang, yaitu rindu sosok Ito yang selalu berada di sampingnya. Hujan di luar semakin deras. Dan kini Nada terduduk kaku di bawah sambil menangis tiada henti.

"Maafin gue To, gue tahu gue terlalu bodoh buat yakinin perasaan gue ke elo, sampai akhirnya sekarang gue baru sadar, sadar kalau ternyata gue bener-bener cinta sama lo!" teriak Nada dengan suara bergetar.

Nada terisak parah. Dan suara isakan itu tenggelam dalam derasnya hujan yang ikut melebur dalam duka gadis itu.

***

Matahari telah menampakkan sinarnya. Gadis itu terbangun dalam keadaan sangat kacau. Sepasang matanya bengkak, akibat semalaman ia gunakan untuk menangis.

Nada mendengus. Ia tidak perduli dengan matanya, segera ia mengambil handuk dan bergegas mandi.

Seusai berpenampilan serapih mungkin, Nada keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk bersarapan. Untung saat ia keluar ayahnya telah berangkat kerja, jadi ia tidak perlu mendapatkan interogasi darinya.

Nada duduk di kursi dengan malas. Setelah itu ia melahap sarapan yang telah disiapkan ibunya dengan kepala menunduk. Matanya bengkak, dan ia enggan jika ibunya sampai melihat.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang