Dengan penuh keyakinan, Nada mulai bernyanyi. Dan benar saja, lambat laun ia merasa biasa saja bahkan ia merasa seperti bernyanyi saat latihan.
Waktu terus berjalan hingga ia telah selesai bernyanyi. Penampilannya ditutup oleh tepuk tangan meriah dari penonton dan suara sorak ramai dari pendukungnya.
Nada turun dari panggung dan disambut hangat oleh Dinda.
"Penampilan kamu bagus sekali Nada, ibu yakin kamu pasti menang!" seru Dinda sambil memeluk Nada.
Nada tersenyum samar. Ia tidak yakin akan menang, lantaran ia merasa banyak penampilan peserta lain yang lebih bagus darinya. Dan berhubung ini adalah lomba bernyanyi seriosa SMA se-kota Jakarta, pasti sangat kecil peluang dirinya untuk menang. Lagipula ini juga adalah lomba pertamanya.
Para peserta lomba sudah selesai menunjukkan bakatnya. Dan kini para juri sedang menghitung jumlah suara, untuk menentukan siapa yang akan menang pada lomba ini.
Nada berdiri di backstage, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia benar-benar merasa gugup karena ini adalah saat yang sangat menentukan dirinya. Nada terus memejamkan mata, hingga ia merasakan bahunya bersandingan dengan seseorang.
Nada membuka mata, dan mendongakkan kepalanya ke arah samping.
"Ito kok lo bisa di sini?" Nada terperanjat. Karena, yang ia tahu penjaga backstage melarang penonton untuk masuk ke dalam.
"Apa sih yang nggak gue bisa? bikin lo suka sama gue aja gue bisa," ujarnya percaya diri.
Nada membulatkan matanya. "Gue nggak suka sama lo!" sangkalnya.
"Kalau gak suka kenapa nyariin?" Ito tersenyum kecut sedangkan Nada terlihat salah tingkah.
"Gue gak nyariin," balasnya terbata.
"Gak usah bohong Nad, pipi lo makin merah nanti."
Nada memukul keras bahu Ito. "Gue gak bohong," ujarnya dan Ito hanya membalas dengan senyuman.
Dari kejauhan, Sybil mendengus kasar memandang Ito dengan Nada yang sedang bercanda. Sejak awal ia memperhatikan gerak-gerik Ito, yang terlihat aneh. Tidak biasanya Ito memaksa jadi supporter dalam lomba, karena yang ia tahu Ito lebih mementingkan pelajaran daripada hal-hal seperti ini. Tapi mungkin kali ini berbeda, karena Nada lah yang jadi peserta lomba.
Pemandu acara mulai menaiki panggung untuk membacakan nama pemenang. Dan lagi Nada merasakan jantungnya berdebar sangat cepat.
"Gue takut To, gue takut bikin Bu Dinda kecewa karena dia sangat berharap gue menang," ujar Nada dengan suara sedikit tercekat.
"Kalah atau menang dalam lomba itu biasa Nad, dan lo gak perlu takut bikin Bu Dinda kecewa karena yang penting lo udah berusaha semampu lo!" ujar Ito dengan menatap teduh Nada.
Pemandu acara akan mengumumkan nama pemenang dari juara 3. Nada berdoa dalam hati, ia berharap semoga saja namanya akan disebut nantinya.
Ito memandang Nada lekat-lekat. Gadis itu sangat terlihat resah, hingga tubuhnya bergetar. Ito menggenggam tangan Nada, ia merasakan dingin dalam tangan mungil itu dan membiarkan rasa gugup ikut menjalar ke dirinya.
"Juara 3, diraih oleh Jesellyn Angel Margaretha dari SMAN 55 Jakarta."
Suara tepuk tangan bergemuruh dan itu malah membuat Nada semakin kacau.
"Juara 2, diraih oleh Aisyah Putri Prahadini dari SMA Tunas Bangsa."
Dan sekarang tinggal juara 1 yang akan diumumkan. Jika nama Nada tidak disebut berarti ia harus berlapang dada menerima kekalahan.
Nada merasakan dadanya sangat sesak, hingga ia menggenggam tangan Ito kuat-kuat, sambil memejamkan matanya.
"Juara 1, diraih oleh," si pemandu acara menjeda bicaranya membuat jantung semua orang berdebar-debar.
"Kalyca Ruhua Nada dari SMA Merah Putih."
Rasanya seperti mimpi, Nada mengembangkan senyumannya sambil memeluk Ito erat. Dari sepersekian detik, Ito ingin waktu berhenti. Baru kali ini, Nada memeluknya dan entah kenapa ia merasa sangat senang.
Bu Dinda dan semua anggota OSIS menatap keduanya bahagia. Mereka menduga Ito dan Nada adalah sepasang kekasih, dan tentunya mereka akan menjadi best couple di SMA Merah Putih.
"Thanks Ito, ini semua berkat Lo!" bisik Nada pada Ito. Lalu setelahnya, Nada pergi ke panggung untuk menerima hadiah dan juga piala.
****
Lomba telah usai, Bu Dinda, anggota OSIS dan juga para supporter telah meninggalkan gedung Saba Buana. Dan kini yang tertinggal hanyalah Ito dengan Nada.
"Gue menang dan lo harus nepatin janji lo!" celetuk Nada pada Ito.
Ito tersenyum miring. "Oke, siapa takut," balasnya.
Nada berdiri di depan gedung menunggu Ito mengambil motornya. Dan tak lama kemudian, Ito datang, namun Nada malah mengernyitkan matanya.
"Naik motor bebek?" tanya Nada dengan penekanan.
"Sebenarnya naik motor bebek itu jauh lebih romantis daripada naik motor ninja tau Nad," Ito menjawab modus, bersamaan itu Nada naik ke atas motor dan memakai helmnya.
"Lo berani modusin gue, gue santet lo!" desis Nada.
Sedangkan Ito mengulum senyumnya. "Gak apa-apa, santet aja, asal pakai cinta nyantetnya," Ito tertawa nyaring dan Nada memukul bahu Ito dari belakang. Segera Ito mulai melajukan motornya meninggalkan gedung.
Nada dan Ito mengarungi jalanan dengan senyum merekah di wajah keduanya. Dalam perjalanan, Ito membahas banyak hal yang tidak penting dan itu malah membuat Nada tertawa.
Di atas motor bebek, dengan disaksikan oleh Patung Pancoran, jalanan ramai, gedung-gedung tinggi, dan matahari sore, Nada dan Ito tertawa bersama.
"Ito kenapa berhenti?" tanya Nada bingung karena tiba-tiba Ito menepikan motornya di pinggir jalan.
Ito tersenyum samar. "Sori Nad, gue lupa belum ngisi bensin," jawabnya enteng sambil terkekeh.
Nada mendesah sambil memukul bahu Ito. Ia mendumel tanpa berhenti.
Hingga akhirnya mau tidak mau Nada mendorong motor Ito. Dan itu semua disaksikan oleh indahnya senja di langit.
***TBC***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...