38. Serba Salah

1.4K 80 6
                                    

Nada menguap dan mengerjapkan mata beberapa kali hingga ia baru tersadar jika dirinya berada di atas kasur sekarang. Yang ia ingat semalam ia menangis di lantai dan sepertinya ia juga ketiduran di sana.

Dan yang ia tahu sewaktu tidur ia bermimpi jika Ito datang dan menggendongnya. Tuhan, tapi sepertinya itu bukan mimpi, melainkan kenyataan yang terjadi.

Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, Nada melompat dari kasur dan bercermin di kaca lemari. Nada berdecak sebal. Lantaran dirinya benar-benar terlihat kacau, dengan mata bengkak, rambut acak-acakan, dan satu lagi kamar yang terlihat seperti kapal pecah.

Nada berjongkok dan menutup matanya dengan kedua tangan. Sumpah, ia benar-benar kehabisan wajah jika harus bertemu dengan Ito atas apa yang telah terjadi.

Tidak ingin berlarut-larut, gadis itu mulai memunguti bantal yang tergeletak di lantai. Ia mulai merapikan kamarnya, dan membuang sampah yang berserakan di mana-mana.

Setelah kamarnya dirasa bersih dan rapi, ia mulai mengedarkan pandangannya untuk memeriksa. Tak sengaja, tatapannya berhenti pada suatu kantung plastik yang berada di atas nakas.

Nada mendekat dan membuka isinya. Dan ternyata isinya adalah 2 botol kiranti dan satu kaplet obat pereda nyeri datang bulan.

Gadis itu bernapas gusar, ia benar-benar ingin melupakan kejadian itu. Karena Pasti dirinya terlihat sangat menyeramkan kemarin. Dan tunggu saja, setelah ini Ito pasti akan semakin gencar mencibirnya.

***

Nada duduk termangu di ruang tamu dengan tumpukan buku matematika di meja. Pagi-pagi begini, seusai mandi, ia harus bergelut dengan rumus-rumus matematika. Jika saja bukan karena Aurel dan Echa men-spam chat dirinya menyuruh belajar, ia pasti kini sedang bersantai di depan televisi.

Nada masih berkutik dengan rumusnya, sampai kedatangan pria bertubuh tinggi tegap itu mengagetkannya.

Ito meletakkan buket buah-buahan di atas meja, lalu duduk di sofa dengan santainya.

"Pagi, macan!" sapanya dengan senyum manis dibuat-buat.

Nada mengumpat dalam hati. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Yang kini ia inginkan hanyalah berlari ke kamar, tapi jika ia melakukannya, Ito malah akan semakin merasa menang nantinya.

Nada menatap Ito tajam menampilkan seringainya.

"Ngapain kesini?" tanyanya berpura-pura jutek, padahal aslinya ia merasa begitu malu.

Ito menyunggingkan senyum. Ia pikir Nada akan merasa sangat malu terhadap dirinya. Namun, mungkin dugaannya salah karena gadis itu tetap bisa bersikap jutek.

"Awalnya cuma pengen jengukin lo, tapi ternyata lo juga lagi belajar, jadi mungkin kita bisa memulai pembelajaran seperti biasa sekarang."

Nada hanya menatap Ito sekilas ketika dia sedang menjawab pertanyaannya. Demi apapun, ia harus melupakan kejadian kemarin, karena ia sangat butuh Ito sekarang.

Waktu SD Nada adalah pengagum angka, namun, entah kenapa ia kini berubah menjadi pembenci angka. Apalagi jika itu berhubungan dengan trigonometri.

Nada mengembuskan napas kasar, akibat melihat soal dalam buku paketnya. Ia sebal, karena tidak tahu sama sekali cara mengerjakannya.

"Ito, ini gimana cara ngerjainnya?" tanya Nada akhirnya walaupun ia sempat ragu.

Ito beralih duduk di dekat Nada. Ia menggeser buku paket itu dan mulai membaca soal yang tadi Nada tanyakan.

Nada menatap Ito sendu. Ia mengamati gerak-gerik Ito membaca, dari arah samping. Awalnya biasa saja, namun, detik-detik berikutnya ia merasakan ada sesuatu yang membuncah dalam dirinya.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang