"Untung penyesalan itu datangnya belakangan. Coba kalau di depan, pasti nggak akan ada kata penyesalan."
***
Nada harus terima jika hari ini ia pulang terlambat akibat latihan bernyanyi. Sebenarnya ia lelah. Apalagi tadi ia juga kena hukum oleh Bu Ratna. Namun, yang kebetulan bernyanyi adalah hobinya membuat rasa lelah pun lenyap.
"Ok, latihan hari ini cukup." Dinda menyudahi karena hari juga sudah semakin gelap.
"Ibu harap kamu persiapkan diri kamu ya Nad, lomba tinggal 3 minggu lagi, dan ibu mau kamu jadi yang terbaik," ujarnya penuh harap.
Nada mengangguk paham. Jujur, ia merasa takut, karena Dinda menaruh banyak harapan padanya. Padahal ini adalah lomba pertamanya. Dan pasti besar kemungkinan ia akan kalah.
Dinda keluar dari ruang musik, diikuti oleh Nada. Nada berjalan santai menuju halte, untuk menunggu ayahnya datang menjemput di sana.
Dari arah lain, Kevin yang hendak melajukan motor, mengurungkan niatnya saat melihat Nada sedang berjalan sendirian.
Setelah kejadian di aula pertunjukan, Kevin ingin menemui Nada. Namun, belum ada waktu yang tepat hingga mungkin saat ini baru waktu yang tepat.
Nada duduk termenung sambil menatap layar ponselnya. Ia sedang mencari referensi penyanyi-penyanyi seriosa di dunia. Dan saat itulah Kevin yang berjarak beberapa centi, duduk di sampingnya.
"Lo Nada kan?" ujar Kevin membuat Nada spontan menoleh ke arahnya.
Alis Nada terpaut, ia sedang berpikir siapa orang yang memanggilnya itu.
Tapi ia benar-benar tidak ingat, selanjutnya Kevin memperjelas."Gue Kevin, kita pertama kali ketemu di kafe Orylla."
"Eh, iya, sori gue lupa." Nada tersenyum kecut. Merutuki dirinya yang tiba-tiba menjadi pikun.
"Gue ulang deh perkenalannya, yang kemarin kan belum resmi," ujar Kevin sambil menyodorkan tangan.
"Kevin Rezan Naratama, cukup panggil Kevin."Nada tersenyum penuh arti, lalu menerima jabatan tangan Kevin.
"Nada, Kalyca Ruhua Nada," ucap Nada lirih.
"Nama lo unik sama kayak orangnya," celetuk Kevin.
Namun sayangnya, Nada tidak mendengar. Akibat ada suara motor kebut-kebutan yang lewat di depan mereka.
"Kenapa Vin?" tanya Nada yang tidak mendengar jelas ucapan Kevin.
"Gapapa," jawabnya sambil terkekeh.
"Btw, inisial nama kita kok bisa sama ya?" ucapnya berpikir. "Jangan-jangan kita jodoh lagi," Kevin menyenggolkan bahunya dengan bahu Nada.Nada hanya mematung. Ia tidak mengira jika Kevin termasuk cowok yang suka modus. Dan lagi, itu malah membuatnya teringat akan Ito. Nada mendengus dalam hati. Menyalahkan pikirannya yang tiba-tiba mengikut sertakan Ito di dalamnya.
"Gue cuma bercanda Nad, jangan dibawa serius gitu lah," ucapnya membenarkan. Nada hanya tersenyum tipis.
"Lo ternyata sekolah di sini juga Vin?" Nada mengganti topik pembicaraan.
"Iya, gue anak kelas 12 IPS 1, kalau lo masih kelas 10 kan? kelihatan wajahnya masih asing."
Nada terperanjat. "Kalau gitu kudunya gue manggil lo kak kan ya, jadi gak enak deh gue," ujarnya.
"Santai aja kali Nad, gue lebih suka dipanggil Kevin daripada kak kok, kan gue bukan kakak lo!" Kevin meyakinkan.
Dan tak lama setelah itu mobil ayah Nada sudah tiba, lalu menepi di depannya.
"Gue duluan ya Vin!" serunya pada Kevin. Kevin mengangguk.
"Kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi kan Nad?" tanya Kevin sebelum Nada pergi.
"Ok," jawab Nada setelah membuka pintu depan mobil.
***
Di dalam perjalanan pulang. Nada harus rela diinterogasi oleh ayahnya. Mungkin berhubung ini adalah pertama kali ayahnya melihat dirinya bersama seorang laki-laki.
"Tadi siapa Nad?" Fariz--ayah Nada bertanya. "Pacar kamu ya?" tebaknya asal.
"Bukan ayah, itu temen aku," jawab Nada mengelak.
"Bagus, kalau bisa jangan pacaran dulu, biar bisa fokus sama sekolah," peringatnya. Nada berdeham sebagai jawaban.
"Terus cowok tadi itu naksir sama kamu?"
Nada menghembuskan napas malas. "Ayah kok nanya kaya gitu sih, ya mana aku tahu coba?" Nada mengerucutkan bibirnya.
"Tadi buktinya dia pengen ngajakin kamu ngobrol lagi, tapi wajar sih kalau dia naksir sama kamu, anak ayah kan cantik."
"Terserah ayah lah," Nada memalingkan muka kesal. Sedangkan Fariz tersenyum senang.
***
Malam ini, Nada hanya ingin tidur, tidak membaca novel, nonton drakor, ataupun belajar. Mungkin karena hari ini sangat melelahkan baginya. Hingga tubuhnya pun serasa ingin remuk.
Nada haus. Lalu ia mengambil minum di dapur. Dan saat ia ingin kembali ke kamarnya, ia harus mengerjapkan mata berkali-kali karena melihat Ito ada di ruang tamu.
"Ito, lo ngapain di sini?" tanya Nada nyolot. Belum sempat Ito menjawab, Nita datang membawa minuman.
"Ini nak Ito minumnya," ucap Nita ramah. Lalu beralih ke arah Nada.
"Nada, ambil buku kamu, ibu sengaja meminta Ito datang ke rumah untuk mengajari kamu."
Nada membulatkan matanya sempurna. Tentu ia tak terima. Ibunya belum meminta persetujuan padanya, lalu tiba-tiba Ito sudah datang untuk mengajarinya.
"Dibayar berapa lo mau ngajarin gue?" sinis Nada.
"Nada! yang sopan kamu!" bentak Nita pada Nada.
"Ibu apaan sih minta Ito ngajarin aku segala, kenapa nggak guru privat atau aku ikut bimbel aja," teriak Nada sambil mencak-mencak. Lalu ia melanjutkan. "Aku capek dan aku nggak mau!" Nada berlari pergi ke kamarnya. Dan ia langsung mengunci pintu rapat-rapat.
"Nada, buka pintunya dong, kasihan Ito udah bela-belain dateng ke sini." Nita membujuk sambil mengetuk pintu kamar Nada.
"Aku nggak mau, lagian kenapa sih ibu tiba-tiba minta aku belajar?"
"Ibu sudah lihat nilai ulangan kamu banyak yang merah Nada," ujar Nita tegas.
Nada mengumpat tertahan. Ia tidak menduga ibunya sudah tahu, jika nilainya banyak yang merah. Padahal kertas ulangannya sudah ia sembunyikan di bawah kasur.
"Kalau ayah tahu, ia bisa marah besar. Dan itu berarti kamu harus bisa memperbaikinya."
Nita terus membujuk, sedangkan Nada tidak beranjak dari kasurnya. Ia tahu ayahnya pasti akan marah jika tahu nilainya merah. Namun, apa boleh buat. Hari ini ia sedang merasa sangat lelah sekaligus kesal dengan Ito. Hingga akhirnya pun Ito pulang, karena Nada tidak ingin belajar.
***TBC***
Lagi galau bgt nih sama lagunya bruno mars.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...