18. Menanti

1.5K 98 1
                                    

Nada termenung di atas sofa. Berganti-ganti posisi duduk, akibat resah menunggu kehadiran seseorang. Mungkin jika ia tidak meminta Ito untuk datang malam ini, ia tidak akan terlihat se-stres sekarang.

Hati dan pikirannya berkecamuk. Jika Ito tidak datang berarti ia benar-benar marah dengannya. Astaga, padahal Nada sudah bersusah payah menahan rasa malunya saat menemui Ito dan berminta maaf, lalu apa sekarang, jangan-jangan Ito ingin balas dendam atas sikapnya kemarin.

Ito lo gak dateng malem ini, gue habisin lo besok.

Nada menyenderkan tubuhnya di atas sofa. Lama kelamaan, pikiran akan Ito menghilang, dan matanya menjadi terpejam. Waktu terus berjalan. Hingga Nita menyambut kedatangan pria bertubuh tinggi tegap itu yang sekarang berdiri tepat di samping sofa.

"Woi kebo, bangun lo!" teriak Ito di samping Nada.

"Katanya mau belajar, bangun elah!" Ito menggoyang-goyangkan tangan Nada agar ia terbangun.

Nada mengerang, dan menguap beberapa kali, hingga matanya benar-benar terbuka. Lalu ia bangun dan membenarkan posisi duduknya.

"Kayak bocah bayi aja lo jam segini udah molor!" cibirnya sambil duduk di samping Nada.

"Ito!" gumam Nada sambil mengucek mata. Lalu ia melirik ke arah jam dinding yang masih berkutat diangka 8.

"Biarin, lo juga sih lama banget jadi orang!" lanjutnya.

"Gue kan sibuk ngurusin yang lain, emangnya cuma ngurusin lo doang."

"Sibuk ngurusin nenek-nenek ya To?" cibir Nada sambil terkekeh pelan.

"Iya, elo neneknya," jawabnya datar.

"Gue pikir lo gak bakal dateng!" ujar Nada sambil menatap Ito dengan mata bulatnya.

"Kalau gue gak dateng, gue gak bisa ngerjain lo dong!" balasnya mantap. "Mata lo ada beleknya tuh!" ucapnya sambil terkekeh.

Cepat-cepat Nada menutup matanya dengan tangan, lalu mencari kotoran di ujung matanya.

"Ito lo bohong ya, orang nggak ada juga beleknya!" Nada curiga karena tidak berhasil menemukan kotoran di matanya.

Ito berusaha keras menahan tawa. Ia memang telah berbohong pada Nada. Ia suka saat-saat seperti ini, ketika sangat mudah baginya untuk mengerjai Nada.

"Gue nggak bohong, suer deh, tadi tuh ada, mana warnanya ijo lagi!" Ito berbicara meyakinkan.

Nada semakin panik. Tentu ia merasa harga dirinya sangat jatuh, jika Ito sampai melihat kotoran di matanya. Nada langsung melesat ke kamarnya. Bercermin, dan terlihat di matanya memang tidak ada kotoran.

"Ito!!!" Nada teriak keras-keras sementara Ito tertawa terpingkal-pingkal.

Nada membawa tumpukan buku-buku, kembali ke ruang tamu. Wajahnya cemberut, Ito benar-benar telah membuatnya kesal, marah, malu dan lainnya.

"Jangan mentang-mentang lo udah jadi guru gue, terus lo jadi bisa sepuasnya ngerjain gue, To!" ucapnya kesal.

"Yaudah sori, gue kan cuma bercanda Nad, biar suasananya nggak canggung gitu!" balas Ito lembut.

"Mau belajar apa hari ini?" tanyanya kemudian.

"Besok gue ada remidi biologi, kita belajar itu aja."

"Ok, tapi gue punya syarat selama lo jadi murid gue!"

"Apaan deh pake syarat segala, tadi siang lo gak ngomong kalau ada syaratnya."

"Jangan ngomel dulu, ini juga ada untungnya kok buat lo."

"Emang apa syaratnya?"

"Kalau sewaktu-waktu gue ngasih lo soal, lo kudu bisa ngerjainnya sampe bener, kalau salah bakal ada hukumannya!"

"Ya gila, apa coba untungnya buat gue?"

"Kesalahan lo tuh di situ Nad, lo selalu mikir segala sesuatu dari sisi negatifnya dulu baru positifnya, coba kalau lo mikir dari sisi positifnya dulu, lo pasti bakal berterima kasih sama gue, karena hukuman itu bakal jadi penyemangat lo, supaya lo bisa ngerjain soalnya dengan benar gak asal-asalan."

"Iya deh pak guru, maklum murid baru banyak salahnya." Nada sambil memasang wajah menyesal.

"Iya nak, gak apa-apa." Ito bergaya seperti bapak-bapak.

"Apaan sih To, lo malah jadi kaya kakek-kakek kalau kaya gitu!"

"Kalau gue kakek, lo neneknya dong!"

Nada memutar bola matanya malas. Lalu setelahnya kegiatan belajar mereka mulai, dan berakhir pukul 21.30 malam.

***

Ito memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana. Ia berjalan santai, melewati koridor hingga ke kelas. Perlahan-lahan ia mulai menghampiri mejanya. Menaruh asal tasnya, lalu duduk di kursi.

"Ito, lihat deh!" Cemeng membuka buku yang ia pegang, lalu menunjukkan sebuah tulisan kepada Ito. Mata Ito menuruti arah jari Cemeng. Di sana tertulis sebuah note singkat.

"Ito semangat ya latihan basketnya, tapi jangan lupa belajarnya juga!" Cemeng membaca dengan gaya ngondek, lalu tertawa nyaring.

"Jadi kemarin gue nyuruh Siti buat ngerjain PR gue, tapi gue bilangnya ini buku lo, lo gak bisa ngerjainnya karena sibuk latihan basket," Cemeng menjelaskan sambil menyengir. "Gue pikir sih dia bakal nolak, eh ternyata dia mau, mana sambil senyum-senyum lagi waktu gue kasih ini buku, dan tau-tau dikasih note juga, eaa!" serunya mencibir Ito.

"Si Siti kayaknya cinta mati sama lo deh To, tapi gue juga ikut seneng deh, kalau gini kan PR gue bakalan aman terus," pekiknya.

"Eh curut, lo bikin harga diri gue jatuh aja," dumel Ito. "Lo juga gak bisa se-enaknya makai nama gue, kalau Siti mikir macem-macem ke gue gimana?"

"Gak bakalan deh To, semua orang satu sekolahan juga tau kalau hobi lo tuh PHP, ya kalau Siti mikir lebih ya salah dia sendiri lah!"

"DASAR CURUT!"

***TBC***

Besok masih ujian yeay!

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang