Seusai menjalani hukuman, Nada ingin pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya yang berpeluh keringat. Namun, saat ia sampai di depan sebuah kelas, tiba-tiba ramai orang berkerumunan di koridor membuatnya merasa curiga.
Nada menilik sebentar, lantas matanya langsung membulat ketika melihat Sybil dengan pakaian cheerleadernya tengah digendong oleh seorang pria bertubuh tegap, yang tak lain adalah Ito.
Ito menggendong Sybil masuk ke dalam UKS, diikuti oleh teman-teman Sybil yang juga mengenakan pakaian cheers.
Nada mematung tidak percaya akan apa yang dilihatnya barusan. Hingga ia menunggu sebentar di kursi panjang depan kelas itu. Lantas setelah orang-orang berhamburan keluar dari UKS, dengan langkah cepat ia mengintip dari jendela.
Walaupun harus berjinjit-jinjit, Nada tidak gentar, ia terus berusaha agar dapat melihat keadaan di dalam.
Di dalam UKS hanya ada Sybil dan Ito. Sybil yang telah sadar dari pingsannya membuat Ito ingin pergi, tetapi tiba-tiba gadis itu malah menahan tangannya.
Ito mendengus. Ia sebenarnya malas berduaan dengan Sybil tapi kasihan juga gadis itu jika ia tinggal.
"Lo sakit apa sih Bil?" tanya Ito kemudian, bebarengan dengan Sybil berganti posisi menjadi duduk.
"Gue gak sakit To," jawab Sybil datar.
"Terus kenapa lo tadi tiba-tiba pingsan? Lo pura-pura?" tanya Ito sinis.
"Gue banyak pikiran To, dan tadi gue udah gak kuat," balas Sybil sekenanya, membuat Ito mengernyitkan mata.
"Kenapa lagi sih Bil, apa yang lo pikirin?" tanya Ito sedikit geram.
Lantas Sybil menoleh ke arahnya dengan tatapan mata sayu.
"Orang tua gue cerai To," ucapnya terisak, dan tanpa ragu ia langsung memeluk tubuh Ito yang berdiri tegap di sampingnya.
Ito merasa tergagap. Tentu ia turut merasa sedih akan masalah yang ditimpa Sybil. Apalagi, Sybil juga tidak tinggal bersama orang tuanya. Mungkin kali ini ia harus menjadi orang yang lebih terbuka lagi untuk Sybil. Melupakan masa lalu dan menjalani yang sekarang.
Dengan lembut Ito membalas pelukan Sybil. Serta tangan kanannya perlahan menuju puncak kepala gadis itu, mengelus lembut rambut pirang miliknya.
Nada yang melihat, langsung membuang muka dengan wajah keras. Baru ia akan bahagia, tetapi ia harus dihantam kenyataan yang menyakitkan.
"Gue pikir setelah ini kita bisa baikan lagi To, tapi kayanya mau kita baikan atau nggak, udah gak ada artinya lagi buat lo."
***
Echa dan Aurel tengah menghabiskan waktu istirahatnya di kantin. Mereka hanya berdua, karena Nada pergi bersama Kevin ke perpustakaan.
Memang sejak Nada dekat dengan Kevin, mereka sudah jarang lagi makan bertiga di kantin. Apalagi Nada terkadang juga lebih memilih istirahat berdua dengan Kevin.
Echa dan Aurel dengan sabar menunggu pesanan datang. Hingga tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Ito sendirian.
"Boleh gabung?" tanya Ito mengejutkan.
Echa mengangguk dan Aurel yang menjawab. "Boleh kok kak," balasnya ramah.
Selanjutnya, Ito memposisikan dirinya duduk di samping Aurel. Echa dan Aurel merasa sedikit cengo. Karena biasanya ada Nada, tetapi sekarang tidak.
"Nada sama Kevin?" tanya Ito datar. Dan dengan ragu Echa menjawab.
"Iya kak," balasnya ragu. Aurel dan Echa jadi tak enak hati. Pasti Ito dan Nada sedang ada masalah dan itu semua menyangkut Kevin.
"Mereka berdua sekarang deket ya?" tanya Ito sendu.
Echa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya gitu kak," balasnya enggan.
Aurel merasa benar-benar geram. Ito sangat terlihat terpukul dan itu semua pasti akibat ulah Nada. Dia jadi merasa tak tega melihat Ito. Hingga ia mengganti topik pembicaraan, agar suasananya berubah.
"Kak Ito gak makan?" tanya Aurel bebarengan pesanan mereka datang.
"Nggak, udah makan tadi," balas Ito sedikit tersenyum.
Aurel dan Echa mengangguk. Selanjutnya mereka mulai menyendok makanan masing-masing hingga suara Aurel memecah suasana.
"Siomay spesialnya mbak Mini, enak banget gila!" teriak Aurel heboh.
"Masa sih, nyicip dong," ujar Echa seraya menyendok makanan milik Aurel.
"Kak Ito mau cobain gak? Enak lho kak ini itu menu barunya mbak Mini?" tanya Aurel mendelik dan Ito hanya tersenyum.
"Gak usah," tolaknya sopan.
Dengan cepat Aurel menyendok siomay, lalu melayangkannya pada arah mulut Ito.
"Cicipin dulu kak, enak tau." Aurel memaksa dan dengan malas Ito membuka mulutnya, hingga suapan itu pun akhirnya terlahap.
Nada yang baru tiba dan tak sengaja melihat adegan itu, lantas mendekat dengan langkah kaki cepat. Ia mengambil sembarang gelas yang ada di meja dan melemparkan isinya pada Ito, hingga baju pramuka laki-laki itu menjadi basah kuyup.
"Lo boleh mainin semua cewek sesuka lo, tapi gak buat temen gue."
Nada memandang Ito dengan wajah keras. Sedangkan laki-laki itu yang merasa terkejut atas tindakan Nada, langsung berdiri dengan wajah marah sekaligus sendu.
"Sebenernya mau lo apa sih Nad?" tanya Ito pelan dan Nada tidak menjawab.
"Lo nyuruh gue pergi, gue pergi, tapi kenapa sekarang jadi lo yang kaya gak bisa jauh dari gue?" tanya Ito dengan mata sayu, sedangkan Nada masih mematung menatapnya.
"Kalau kaya gini yang sebenernya gak bisa dipegang omongannya itu siapa Nad? Gue atau lo?"
Selesai bicara Ito pergi. Kali ini ia sama sekali tidak menyentak Nada, karena semenjak kejadian waktu di kantin belakang gudang itu, Ito merasa menyesal atas apa yang telah ia lakukan.
Kini tinggallah Nada yang mematung dengan kedua temannya, Aurel dan Echa.
Aurel sudah tidak bisa menahan emosinya. Lalu ia berdiri dan mendekat ke arah Nada.
"Kalau lo cemburu bilang Nad, tapi gak kaya gini caranya norak tau gak," teriak Aurel membuat Nada mengerjap.
"Gue tuh udah sabar-sabarin lo ya Nad, tapi lo tuh nggak pernah ngaca, lo tuh sebenernya suka kan sama kak Ito? Cuman lo kegedean gengsi buat bilang, dan sekarang lo gelagapan liyat kak Ito sama cewek lain?" sentak Aurel.
"Bagus sekarang lo udah gak deket lagi sama kak Ito, karena lo terlalu bodoh buat orang sebaik dia."
Echa menahan tangan Aurel, agar ia berhenti berteriak. Namun, Aurel malah semakin jadi emosinya.
"Gak usah belagak sok polos, karena sebenernya lo itu tolol bukannya polos," Aurel mendorong-dorong bahu Nada dan Echa langsung menengahinya.
Aurel menghempas tangan Echa yang menahannya.
"Sekarang lo pilih deh Cha, lo pilih temenan sama dia atau sama gue, karena gue gak sudi punya temen munafik kaya dia," cercah Aurel pedas. Sedangkan mata Nada kini telah berkaca-kaca.
Echa bingung, ia tidak ingin kehilangan dua sahabatnya itu sejujurnya. Jika ia memilih Nada pasti Aurel akan marah besar, dan malah akan sangat sulit lagi untuk membujuknya.
Akhirnya, Echa memilih Aurel. Aurel segera menarik tangan Echa mengajaknya pergi. Sedangkan Nada langsung berlari pergi sambil menyeka air matanya, dan itu semua disaksikan oleh semua pasang mata di sana.
***TBC***
Komen next, dong!! ^_^
Baca yang atas dulu genks!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...