Hari ini hari sabtu. Dan berarti hari ini adalah hari terakhir berlangsungnya pelajaran sebelum ujian dimulai. Nada melangkahkan kaki gontai menuju kelas, sebenarnya ia belum siap untuk ujian. Tapi apa boleh buat, siap tidak siap ia harus menjalaninya.
Saat kedua kakinya telah memasuki kelas, ia menatap terheran-heran. Hampir semua temannya sedang membaca buku, dan mencatat hal-hal penting guna persiapan untuk ujian hari senin nanti.
Nada semakin kecil hati. Bisa jadi nanti ia yang mendapat peringkat paling bawah jika tidak segera mempersiapkan diri seperti mereka.
Lalu ia bergerak menuju bangkunya diikuti Jay yang juga baru masuk ke kelas.
Jay mendekati meja Aurel. Lalu ia meletakkan sesuatu di atas sana.
"Loh ini kan dompet gue, kok bisa ada sama lo sih?" tanya Aurel dengan nada nyolot saat melihat dompetnya.
Nada dan Echa yang mendengar Aurel berteriak langsung membalikkan badan ke arahnya.
"Jay, dompet Aurel kok bisa ada sama lo?" tanya Echa lagi.
"Kemarin yang udah nyopet dompet lo itu abang gue, terus dia nyuruh gue balikin ini ke elo, tapi sumpah Rel, abang gue udah nyesel dia minta maaf banget sama lo, dia nglakuin itu terpaksa karena bener-bener lagi kepepet, tapi lo tenang aja isi dompet lo masih utuh kok sama duitnya juga," jelas Jay lirih.
Aurel menyipitkan matanya. Sedangkan Nada dan Echa melongo menyimak penjelasan Jay.
"Eh, Rel, tapi ini gimana sih cerita sebenernya, kok lo bisa sampai dicopet, sama abangnya Jay lagi?" tanya Echa dengan dahi berkerut.
Aurel tidak menanggapi Echa. Karena ia masih mencerna penjalasan Jay tadi. "Bentar Jay, tadi lo bilang, yang nyopet dompet gue itu abang lo? lo pasti bohong kan ini?" Aurel menyeringai tak percaya.
"Gue gak bohong Rel, buat apa juga kalau gue bohong."
Nada dan Echa semakin bingung, hingga mereka memandangi Aurel dan Jay bergantian.
"What the hell, orang yang nyopet dompet gue aja gantengnya kebangetan Jay, gak mungkinlah kalau dia abang lo!"
"Serah lu deh, mau percaya apa nggak," balas Jay membentak kemudian berlalu dari sana.
"Hei guys, gimana gue bisa percaya sama Jay coba, kalau diibaratin artis nih ya Dimas Anggara yang gantengnya, ganteng banget punya adik kaya Dede Sunandar, kan gak mungkin banget gitu!" seru Aurel sambil meriyipkan matanya.
Nada menghela napas panjang lalu menatap Aurel. "Ya ampun Rel, bisa aja kali, kan satu darah bukan berarti wajahnya harus mirip-mirip banget kan?"
"Tapi tetep aja gak mungkin Nada," Aurel bersikeras, lalu ia melanjutkan. "Sumpah ya, kalau kemarin gue berangkat sekolah gak naik angkot pasti gue gak bakalan deh ketemu sama tuh abang ganteng!" celetuknya.
"Kalau dia beneran abangnya Jay, berarti gue harus melakukan pendekatan dulu sama adiknya," ucapnya dengan diri sendiri membuat Nada dan Echa saling menatap nyalang bergantian.
"Yuhu, calon adik ipar gue!" teriak Aurel seraya bergerak keluar dari bangkunya.
Nada dan Echa telah kehabisan kata-kata. Hingga mereka membenarkan posisi duduknya dan kembali menatap ke depan kelas.
***
Berhubung hari senin sudah ujian, malam ini Ito akan menggembleng Nada habis-habisan. Sebenarnya ini adalah malam minggu, dan Nada biasanya mempergunakan waktu ini untuk bersantai, tapi Ito tidak ingin salah langkah. Karena lebih baik mempersiapkan dari awal daripada Nada akan menyesal nantinya akibat membuang-buang waktu.
Ito juga turut membawa buku-bukunya ke rumah Nada, mungkin di sela-sela waktu mengajar, ia bisa menyicil membaca buku untuk mempersiapkan ujiannya.
Laki-laki itu segera turun dari motor dengan menggendong tas ransel berwarna hitam yang dipenuhi buku-buku. Ia mulai mengetuk pintu rumah Nada, dan tak berselang lama ada gadis kecil yang membukakan pintu.
"Bang Ito, ayo masuk bang!" pinta Ney lalu Ito menurut.
"Ayah sama ibu lagi gak di rumah Ney? kok rumah lo sepi banget?" tanya Ito saat Ney sedang menutup pintu.
Ney berjalan ke ruang tamu dan diikuti oleh Ito di belakangnya. "Iya bang, ayah sama ibu lagi kondangan ke tempat temen ayah, jadi Ney di rumah cuma sama mba Nada!" jelasnya sambil mengisyaratkan Ito untuk duduk di sofa.
"Terus kakak lo di mana Ney?" tanya Ito sambil mengedarkan pandangannya ke sisi-sisi ruangan.
"Ada kok bang, mba Nada ada di kamar," balasnya. "Kamarnya ada di lantai dua, bang Ito panggil sendiri aja ya, soalnya Ney gak berani, yaudah ya bang Ney mau ngegame di kamar dulu!" setelahnya Ney berlalu pergi. Dan Ito masih merasa ambigu dengan jawaban itu.
Ito mencoba mencerna kembali perkataan Ney tadi. Tapi ia masih tidak mengerti, apa alasan dia sampai tidak berani pergi ke kamar kakaknya sendiri.
Sudahlah, Ito tidak ingin berpikir keras, mungkin saja Ney tidak berani karena kakaknya kelewat galak dari Kak Ros upin-ipin sekalipun.
Kemudian Ito segera menaiki anak tangga dan mulai mencari kamar Nada. Pilihannya jatuh pada pintu kedua dari tangga. Karena pada pintu itu terdapat banyak sticker bergambarkan lambang not balok dalam musik.
Segera ia mengetuk pintu itu dan memanggil nama Nada. Namun sayang, sudah hampir 3 menit ia mengetuk, tapi tidak kunjung juga si empunya membukakan pintu.
Ito jadi merasa penasaran. Apalagi jika dikait-kaitkan dengan penjelasan Ney tadi. Ia benar-benar tidak dapat menunggu lagi, lalu ia membuka kenop pintu itu dengan perlahan.
Saat pintu sudah benar-benar terbuka, Ito tidak berani mendekat, ia hanya berani memandang Nada dari ambang pintu.
"Nada, lo baik-baik aja kan?" tanya Ito khawatir melihat Nada tersujud di atas kasur dengan kamar yang sangat berantakan.
Lagi-lagi tidak ada jawaban dari Nada. Dan tak berselang lama gadis itu malah menjerit sambil meringis kesakitan.
Ya tuhan. Ito benar-benar khawatir, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan gadis itu. Tak ingin berlama-lama lalu ia mendekat ke arah Nada.
Saat Ito mendekat, Nada mendongakkan kepalanya dan itu membuatnya terkejut hingga ia berhenti melangkah.
"Please Nad jangan buat gue khawatir, lo kenapa sebenernya?" tanya Ito dengan mata sayu dan suara tercekat.
Ito semakin dibuat bingung, karena Nada malah menangis dan merintih kesakitan.
"Sakit To, gue sakit!" ujar Nada masih dengan menangis histeris.
Ito merasa kalut. Karena sebelumnya ia tidak pernah merasa seperti saat ini. Wajah Ito ikut memucat, dan keringat dingin mulai merembes dari dahinya.
"Sebelumnya gue nggak pernah ngrasa sekhawatir ini sama orang kecuali sama lo Nad,"
***TBC***
Night all!ando
Ga deng
malem semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lagu untuk Nada [COMPLETED]
Teen Fiction[Hanya sebatas cerita remaja.] SELESAI (25-07-18) Beautiful cover from @J_eliza_L Ito hanya Ito dan Nada hanya Nada, cerita ini bukan untuk diinspirasi dan dicopas. "Jangan bermain api jika tidak ingin tersulut panasnya To, jangan katakan cinta kala...