63. Akhir yang?

1.8K 102 4
                                    

Gadis dengan atasan putih dan rok berwarna maroon sepanjang lutut itu melangkahkan kaki ragu. Setelah kurang lebih seminggu tidak menampakkan diri di sekolah, hari ini Nada memutuskan untuk sekolah. Langkahnya ragu-ragu apalagi ketika sampai di koridor semua mata menatapnya nyalang.

"Eh lihat deh, itu tuh cewek yang udah bikin kak Ito dikeluarin dari sekolah," bisik seorang siswi yang sedang duduk di kursi panjang.

"Seriusan lo? gue pikir cantiknya ngalahin kak Sybil, eh ternyata anjlok banget woi," sahut siswi yang lain.

Nada berhenti sesaat. Ia tidak ingin menghiraukan ucapan siswi itu, tapi tetap saja matanya selalu merasa penasaran. Kedua siswi itu membulatkan mata menatap Nada. Tatapan itu membuat Nada merasa tertikam hingga sekujur tubuhnya merasa panas-dingin. Lalu dengan cepat ia menundukkan kepala, mulai berjalan lagi sambil melinting tali ranselnya yang menggantung.

"Woi," seru Aurel sambil merangkul bahu Nada.

Gadis itu membelalak karena tersentak. Lalu Aurel dengan semangat mengajak Nada berjalan lagi.

"Kenapa sih Nad cemberut terus, lo kan udah janji kalo pas masuk sekolah bakalan senyum nggak sedih lagi," ujar Echa menggamit tangan sebelah kanan Nada.

"Iya, ini juga mau senyum kok," lirih Nada kemudian memaksa membuat lengkungan di wajahnya.

"Senyum itu yang lebar, kalau tipis-tipis ntar gak ada cowok yang liyat." Dengan jahil Aurel menyentuh dua sudut bibir Nada, memaksanya untuk tersenyum lebar.

"Apa sih Rel, gue juga gak mau dilihatin cowok," dengus Nada sambil menghempaskan tangan Aurel.

"Yakin gak mau? kalau kak Ito juga tetep gak mau?" goda Aurel.

Mendengar nama Ito, Nada jadi ingat mimpi buruknya semalam. Semburat rasa sedih mulai muncul lagi, namun, dengan cepat ia menepisnya, berhubung hari ini ia hanya akan tersenyum.

Mereka bertiga telah berada di ambang pintu kelas. Dan tidak diduga tiba-tiba Jay telah berada di samping pintu, berhasil mengagetkan mereka.

"Pagi, Nada!" sapa Jay dengan senyuman ciri khasnya.

Mereka sempat terkejut, bahkan Aurel langsung memukul bahu Jay keras.

"Setan, pagi-pagi ngagetin gue aja lu genderuwo!" seru Aurel mencak-mencak.

"Muke gile, apa lo bilang, genderuwo? muka udah ganteng kaya Reza Rahardian malah dibilang kaya genderuwo, yang ada muka lo tuh kaya Elly Sugigi," tungkas Jay balik.

Aurel tidak terima, ia melinting lengan bajunya lalu menggebrak meja keras.

"Wah lu pagi-pagi bikin masalah ya sama gue, udah ngaku-ngaku mirip Reza Rahardian lagi, Reza jadi-jadian baru itu bener."

"Lo jadi cewek ngeselin banget sih, gue cuma mau nyapa Nada ya gak ada urusan sama lo-"

Alih-alih sekarang Aurel dan Jay malah bertengkar. Diam-diam Echa menggamit tangan Nada, mengajaknya pergi ke bangku.

"Udah yuk Nad, biarin lah ntar juga bakalan jodoh mereka," sergah Echa.

Nada tersenyum samar melihat mereka berdua. Dari dulu Aurel dan Jay memang suka bertengkar, bahkan hanya untuk hal yang sepele. Entah kenapa Nada malah bahagia melihat hal itu, sebab ia merasa mendapat hiburan pagi-pagi.

***

Bel istirahat telah berbunyi. Echa dan Aurel telah bersemangat untuk pergi ke kantin membalas rasa laparnya yang melanda.

Mereka berdua telah berdiri, tetapi Nada masih bersikukuh di bangkunya. Sejujurnya, Nada juga rindu makan di kantin tetapi ia masih belum siap untuk bertemu banyak orang. Ditambah lagi orang-orang itu pasti juga akan menggunjingnya.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang