9. Murid Baru

2.1K 151 34
                                    

"Jangan dekat-dekat dia, bahaya, bisa meletus."

****

Seperti biasa. Ruang kelas X IPA 1 terlihat masih lengang dan sepi jika bel masuk belum berbunyi. Paling hanya ada beberapa anak yang sedang piket dan mereka si pemalas yang sedang mengerjakan PR. Ya, contoh saja Nada.

"Cha pinjem PR lo dong, gue kemarin males ngerjainnya." pinta Nada seusai meletakkan tas di meja.

Echa menoleh ke arah sumber suara. "Ah, elo Nad, perasaan nggak cuma kemarin lo males, tapi kemarin-kemarinnya juga." Lalu meletakkan buku tulis matematikanya di atas meja Nada.

Nada membalas dengan seringainya. Ia tidak mengelak perkataan Echa, karena yang dia ucapkan benar adanya. Sebenarnya bukan karena alasan malas ia tidak mengerjakan PR. Tapi lebih tepatnya, ia masih belum paham dengan materi yang diajarkan, sehingga ia selalu kesulitan dalam mengerjakan PR.

"Jadi lo terima tawaran Bu Dinda kemarin Nad?"

"Belum tahu, gue masih bingung." Nada mengedikkan bahunya.

Kemarin alasan Bu Dinda menyuruh Nada menemuinya adalah ia ingin menawari Nada untuk ikut lomba bernyanyi seriosa. Namun, ia menyuruh Nada untuk memikirkannya terlebih dahulu, dan nanti sepulang sekolah Nada harus memberikan keputusan.

"Menurut gue ya Nad, mending lo terima aja, kapan lagi kan lo bisa nunjukin bakat lo ke orang-orang!" ujar Echa meyakinkan.

"Bener Nad. Pokoknya nih ya jangan sampai si nenek gayung itu yang maju. Baru gini aja gayanya udah selangit, apalagi nanti waktu ikut lomba." Aurel yang ada di belakang ikut menyanggah dengan wajah nyinyirnya.

Nada membalas tertawa. Ia teringat waktu MPLS dulu, dimana ada kejadian yang membuat Aurel mati-matian membenci Sybil. Saat itu Aurel tidak sengaja menabrak Sybil. Tapi Sybil tidak terima dan mengucapkan kata-kata yang membuat Aurel sakit hati 'Bodi udah tipis kaya triplek, jalan aja banyak gaya'. Alhasil setelah kejadian itu Aurel menaruh dendam dedemit kepada Sybil.

Bel masuk berbunyi. Semua siswa berbondong-bondong masuk ke dalam kelas. Tak terkecuali siswa kelas X IPA 1. Mereka bergegas masuk ke dalam kelas. Diikuti Bu Ratna dengan seorang murid baru di belakangnya.

Bu Ratna mempersilahkan murid baru itu untuk memperkenalkan diri.

"Nama saya Bromo Nitinegoro. Saya pindahan dari SMAN 5 Bandung."

Sontak perkenalan murid baru itu membuat seisi kelas tertawa.

"Eh buset, adiknya Vicky Nitinegoro sekolah sini yak!" cibir Aurel.

"Bromo? udah kaya nama pulau aja nama lu!" Jay tertawa sarkastis.

"Anjay, nama gunung pea bukan nama pulau, gak lulus SD lo ya?" Bima yang duduk di belakang ikut menyahut.

"SD mah lulus. Sensor yang nggak lulus." Lantas perkataan Jay itu membuat seantero kelas tertawa terbahak-bahak.

"Nying, ketahuan lo ya sukanya nontonin bokep!" cibir Echa.

"Diam! kebiasaan kalian ini, semuanya dijadikan bahan bercandaan," sewot Bu Ratna dengan mata melotot.

"Bromo, silahkan kamu duduk di kursi yang kosong!"
suruh Bu Ratna.

"Saya maunya duduk di situ Bu!" tunjuk Bromo pada bangku Lala yang bersebrangan dengan bangku Nada. "Mata saya minus, kalau duduk di belakang papan tulisnya nggak kelihatan," pintanya dengan nada santai.

Langsung hal tersebut membuat Jay teriak tak terima. "Bohong lo, bilang aja lo mau modusin calon pacar gue kan, awas lo murid baru berani modus gue bully lo sampai lulus!"

"Jaelani kamu pilih diam atau ikut saya ke kantor BK?" Bu Ratna menyentak sambil memperlihatkan tatapan mengerikannya. Menjadikan nyali Jay menciut.

Setelahnya, Lala beranjak pindah ke belakang dan Bromo kini menempati bangkunya di samping Nada. Bebarengan itu Bu Ratna berlalu pergi ke kantor BK.

"Nama gue Bromo, elo?"

Nada menatap kikuk Bromo. Mungkin benar yang dikatakan Jay, jika Bromo berniat memodusinya. Karena setelah Bromo duduk, ia mengajaknya berkenalan dan memperlihatkan senyum tanpa artinya.

"Nada," ucapnya singkat dan membalas jabatan tangan Bromo.

Tanpa disangka, Jay datang dari arah belakang menghempaskan tangan Bromo dari Nada.

"Jangan dekat-dekat dia Nad, bahaya, bisa meletus!" Jay melirik Nada sebelum menatap sengit Bromo.

Lalu ia melanjutkan. "Gue gak main-main, lo deketin dia lagi, gue bully lo sampai lulus!" Jay berkata seolah dia telah memiliki Nada. Membuat Nada mengernyitkan mata, tak mengerti dengan pikiran Jay.

"Dan gue suka permainan," balas Bromo menyeringai, menerima tantangan dari Jay.

Nada menutup matanya dalam-dalam. Apa-apaan semua ini. Dipikir Jay itu siapanya. Melarangnya untuk dekat dengan laki-laki lain. Mengaku-ngaku sebagai calon pacarnya. Sumpah. Nada telah kehabisan muka menahan rasa malu.

"Arhg! kapan lo mati Jay!"

***TBC***

Baca yo!

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang