54. Munafik (1)

1.1K 64 0
                                    

1 part tapi aku buat 2 bagian.

"Jangan jatuh cinta sebab itu sulit, karena ketika kamu mendendam, cintamu malah akan semakin bertambah."

  ***

Sudah tiga hari ini Nada dekat dengan Kevin. Dan sudah tiga hari pula ia bersekolah dengan lelaki itu. Semua berawal dari pengembalian topi lalu berlanjut saling menukar nomer ponsel.

Gadis dengan kuncir kudanya itu berjalan sambil tertawa. Dia berjalan beriringan bersama Kevin yang sedang menceritakan keluh kesahnya sebagai anak IPS.

Kata Kevin, anak IPS itu sering dianggap rendah oleh guru-guru. Akibat banyak yang berpresepsi jika anak IPA itu jenius sedangkan anak IPS itu anak anti rumus. Karena yang penting bisa ngitung duit jadi hal-hal lainnya udah gak penting.

Dan menurut Kevin anak IPA itu orang yang paling kurang kerjaan. Jika anak IPS berkecimpung di dunia peruangan yang penting sedangkan anak IPA? bakteri sama jamur aja pakai diurus segala. Alhasil di sepanjang perjalanan Nada tidak dapat berhenti tertawa.

Nada telah sampai di depan kelasnya. Lalu Kevin beranjak pergi sambil melambaikan tangan. Nada membalas lambaian tangan itu. Ia sebenarnya tidak terlalu suka diperlakukan seperti ini oleh Kevin. Mereka kan hanya berteman, tetapi Kevin selalu mengantarkannya menuju kelas.

Nada menghampiri bangkunya, dan kedua temannya yang sedang duduk di bangku masing-masing itu menyambutnya dengan tatapan pedas.

"Udah jadian sama kak Kevin?" tanya Aurel sinis.

Nada yang masih berdiri berhenti sesaat. "Jadian apa, gue sama Kevin cuma temen," balasnya datar.

Nada duduk di bangkunya dengan wajah sinis, kemudian Echa yang tadi duduk mengarah ke samping kini kembali mengarah ke depan.

"Gue sebagai temen lo cuma mau yang terbaik buat lo Nad, jadi kalau lo emang suka sama kak Kevin, gue cuma mau ngingetin hati-hati, gue ngomong gini soalnya lo masih terlalu polos, jadi terkadang lo itu gak sadar sama orang yang sekedar mau main-main," titah Echa sambil menatap ke arah Nada. Sedangkan Nada hanya mengangguk samar tanpa memandangnya, apalagi memikirkan ucapannya.

***

Ini baru pelajaran pertama. Namun, Nada sudah harus dilanda musibah, gara-gara ia lupa membawa tugas makalahnya yang hari ini menjadi hari terakhir pengumpulan. Alhasil, jadilah ia terjemur di bawah paparan sinar matahari yang terik.

Ia menghadap bendera sambil menekuk tangannya, hormat. Gadis itu mencebik. Sudah tadi pagi seusai sarapan ia belum sempat minum, sekarang ia malah harus mengeluarkan banyak cairan.

Nada hormat sambil sesekali mengelap keringatnya di dahi. Dengan susah payah ia meneguk air ludahnya yang kini terasa mengering.

Tanpa Nada sadari, dari arah lain, terdapat sepasang mata yang tak lepas menatapnya. Sepasang mata sendu, namun diselimuti oleh kebencian. Siapa lagi dia jika bukan Ito.

Sebenarnya niat awal Ito ingin pergi ke toilet untuk membasuh mukanya yang berkeringat sehabis latihan basket. Namun, saat ia berjalan tatapannya tak kunjung lepas dari gadis yang ada di tengah lapangan itu.

Ia berhenti dan mengamati gadis itu dari kejauhan. Ia ingin tidak perduli, tetapi justru hati dan pikirannya semakin menuntut untuk perduli. Dan sialnya kebetulan ia membawa sebotol air mineral yang baru dibelinya dari kopsis. Mungkin ini sebuah kebetulan yang memang tuhan telah rencanakan sebelumnya.

Ito berpikir sejenak, tidak mungkin ia bisa memberikan minumannya secara langsung. Dengan gelagapan Ito mencegat siapa saja orang yang lewat. Hingga terdapat seorang siswa kelas 10, berhenti di depannya.

"Nama lo siapa?"

"Agus bang, kenapa?"

"Gus, tolong kasihin minum ini ke cewek yang lagi hormat di depan bendera itu ya, dan buat ongkirnya nih gue kasih goceng," Ito bicara cepat-cepat sambil menyodorkan minumannya dan selanjutnya ia memberi Agus selembar uang lima ribuan.

Agus tersenyum sambil mencari gadis yang dimaksud Ito. "Itu cewek lu ya bang, cakep juga," celetuknya sambil terkekeh. "Eh bang, tapi mana boleh, ntar kalo gue ikut dihukum begimane? lanjutnya.

Ito berdecak sambil mendorong bahu Agus. "Udah gece, gak bakalan dah lu kena hukum, gue yang jadi jaminannya," balas Ito meyakinkan hingga kemudian Agus menurut.

"Woi Gus, tapi jangan bilang kalau dari gue ya," teriak Ito dan Agus yang belum jauh mengacungkan jempolnya.

Agus telah berada di samping Nada. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan aman. Dirasa aman, ia menyodorkan botol itu ke Nada.

"Minum dulu, biar gak haus," ujarnya membuat Nada menoleh dengan mata membulat.

Tanpa berpikir panjang, Nada langsung mencomot botol itu. Berhubung ia kan memang sangat haus.

"Thanks ya," ujarnya sambil tersenyum. Dan sebelum Nada meneguk minumannya.

"Nanti gue sampein ke bang Ito ya, soalnya itu dari dia," sergah Agus membuat mata Nada membelalak.

Agus pergi dan Nada masih cengo melihatnya. Ia tak mengira jika Ito masih bisa berbaik hati dengannya. Hingga tanpa sadar Nada menyudutkan bibirnya membentuk senyuman. Ia meneguk minuman itu tentu dengan perasaan senang.

Sedangkan Ito yang tidak tahu jika Agus telah berkhianat, masih pada posisinya menatap Nada lekat-lekat. Ia memperhatikan gerak-gerik Nada meneguk minumannya, sambil tersenyum miris.

"Ternyata yang dibilang Cemeng itu bener ya Nad, mungkin gue emang udah bener-bener cinta sama lo. Karena dengan mudahnya gue bisa jatuh cinta tanpa alasan dan gue gak tahu kenapa sampai detik ini gue gak bisa bener-bener benci sama lo padahal udah berulang kali lo bikin hati gue patah."

***NEXT***

Geser ke atas!

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang