20. Terkuak

1.6K 91 6
                                    

"ADUH, GUE UDAH GAK TAHAN LAGI INI!" ucap Ito sambil memasang wajah masam.

Cepat-cepat Nada membumpet hidungnya dengan tangan. "Eh, gila kalau mau kentut jangan di sini!" teriaknya.

Kevin, yang duduk di samping Ito, mulai merasa jijik dengannya.

"Nad, gue ke kelas duluan ya, udah kenyang," ucap Kevin cepat-cepat, lalu ia segera pergi meninggalkan kantin.

Nada mengangguk dengan hidung yang masih ia bumpet. Ia menilik ke arah piring Kevin. Padahal, siomay yang Kevin makan masih tersisa setengah piring, dan mana mungkin dia bisa kenyang.

"Ito, lo kalau kebelet boker ke toilet sono, jangan di sini!" dumelnya mengusir Ito.

"Siapa juga yang mau boker, orang gue gak jadi kentut," elak Ito, dengan wajah tanpa dosa.

Nada menurunkan tangannya, yang ia gunakan untuk membumpet hidung. "Sumpah lo tuh jorok banget sih, pasti si Kevin pergi gara-gara jijik sama lo!" seru Nada sambil menampilkan wajah jijiknya.

Ito memutar bola matanya malas. "Udah cepetan makan, keburu bel masuk bunyi." Lalu Ito menyuruh Nada untuk segera menghabiskan makanannya, Nada pun menurut walaupun ia sempat menggerutu.

Ito tersenyum samar. Rencananya berhasil, membuat Kevin pergi dari sini. Sebenarnya, ia tidak ingin melarang Nada untuk bergaul dengan siapapun. Tapi teruntuk Kevin, ada sesuatu hal yang tidak bisa ia jelaskan mengapa ia ingin menjauhkan Nada darinya.

***

Bel masuk berbunyi, bertepatan Ito memasuki ruang kelas. Dengan langkah panjang, ia menghampiri tempat duduknya.

"Lo bener-bener tega sama gue To, udah ninggalin gue sendiri di kantin, nikung dedemenan gue lagi?" ujar Cemeng saat Ito duduk tepat di sampingnya. "Padahal gua dulu yang nemuin itu cewek, dasar lo tukang tikung!" sentaknya tak terima.

"Eh curut, lu pikir itu anak orang, duit receh apa, bisa lo temuin segala," balas Ito nyolot. "Namanya Nada, dan asal lo tahu Meng, dia itu temen waktu gue kecil di Surabaya." Ito memperjelas.

"Waktu kecil? yang bener lu?" Cemeng ternganga tak percaya. Ito mendengus kasar sebagai jawaban. Dan tak butuh waktu lama Pak Rudi memasuki ruang kelas mereka.

***

Selalu melakukan hal yang sama, lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan bukan? ya, seperti Nada yang selalu mendapatkan nilai merah hingga nilai merah sekarang sudah menjadi kebiasaannya.

Nada menghembuskan napas kasar sambil menatap langit-langit kamarnya. Jika saja tadi Pak Dodi tidak memberikan ulangan Geografi dadakan, pasti ia tidak terlihat se-stres sekarang memikirkan remidinya.

"Nada, Ito sudah datang!" teriak Nita dari ruang tamu.

"Iya bu," jawabnya lalu membawa buku mapelnya besok dan juga novel ke ruang tamu.

Nada tidak menyambut kedatangan Ito. Justru setelah ia meletakkan buku mapelnya di meja, ia langsung menyelenderkan tubuhnya asal di atas sofa sambil membaca novel.

Nada enggan belajar hari ini. Yang ia inginkan hanya menenangkan pikirannya yang kacau, dengan membaca novel.

Ito menilik ke arah Nada curiga. Biasanya jika melihat dirinya, gadis itu akan marah-marah dengan wajah judesnya. Namun, hari ini ia malah terlihat murung tidak seperti biasanya.

"Kenapa Nad?" tanya Ito sambil menatap Nada.

Nada yang sedang membaca novel mengalihkan pandangannya ke arah Ito.

"Kenapa apanya?" Nada balik bertanya.

"Ya elo kenapa?"

Nada bingung, lalu menyipitkan matanya. "Gue? gue gak kenapa-napa." Kemudian ia melanjutkan membaca novelnya.

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang