11. Satu Kelompok

1.8K 125 31
                                    

Nada membuka tempat makan bertuliskan tupperware miliknya. Nasi goreng dengan telur mata sapi adalah sarapan favoritnya. Tadi pagi ia tidak sempat makan di rumah, karena ayah Nada harus sampai bandara lebih pagi dari biasanya.

"Tumben sarapan di sekolah Nad!" Echa menyergah dengan Aurel di belakangnya.

"Iya, gak keburu soalnya tadi di rumah."

Mata Aurel berkerling ketika melihat telur mata sapi yang dibawa Nada. "Gue mau telurnya dong Nad!" pinta Aurel, lalu Nada menyodorkan sendoknya.

"Pulang sekolah main ke rumah gue yuk gaes, gue punya film baru lho!" ajak Echa sembari memamerkan kaset DVD yang baru dibelinya.

"Yah, nggak bisa, gue udah ada janji sama Bu Dinda mau latihan nyanyi," lirih Nada.

Aurel membulatkan matanya sembari menatap Nada. "Jadi lo terima tawaran Bu Dinda?" tanyanya histeris. "yes, berarti si nenek gayung nggak jadi ikut lomba." Aurel tertawa girang. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana malunya Sybil ketika didepak dan posisinya malah digantikan oleh Nada.

Bel masuk berbunyi. Bu Indri datang dengan rombongan murid-murid di belakangnya. Bersamaan itu, Nada merapikan meja dan menyimpan tempat makannya di dalam laci.

Bu Indri adalah guru sejarah dan guru terdisiplin se-sekolah. Kurang dari 1 menit setelah bel masuk, Bu Indri pasti sudah ada di depan pintu.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi Bu!"

"Ibu akan membagikan lembar kerja kelompok pada kalian, dan anggota kelompoknya ibu yang akan tentukan!"

Bu Indri selalu begitu. Tanpa basa-basi pasti ia akan langsung memberikan tugas yang menumpuk. Apalagi ia juga tidak pernah memberikan jamkos pada muridnya, karena setiap ia tidak dapat mengajar pasti akan selalu ada tugas untuk mereka.

Nada berdoa dalam hati. Ia berharap dapat satu kelompok dengan Echa dan Aurel. Tapi harapannya pun pupus ketika Bu Indri menyebut.

"Bromo, Jaelani, Kalyca, kalian kelompok 5."

"Eh, gunung, lu ngapain sih ngikut-ngikut gue!" ujar Jay tidak suka.

"Yang ada elo tuh yang ngikutin gue sama Nada, ya kan Nad?" Bromo mendekat ke arah Nada hingga memancing emosi Jay.

"Eh, lu kurang ajar ya, udah gue bilang jangan deketin Nada." Jay meraih kerah baju Bromo.

"Hei, kalian berdua, mau ngerjain tugas di sini atau di lapangan?" Bu Indri memberikan pilihan. Membuat Jay menurunkan tangannya dari kerah Bromo.

"Di sini bu," jawab Jay lirih.

Inilah yang Nada benci ketika harus berkelompok dengan Bromo dan Jay. Karena yang ada pasti mereka hanya bertengkar dan ujung-ujungnya Nada sendiri yang harus menyelesaikan tugasnya.

Nada duduk di tengah-tengah mereka. Mulai membolak-balikan lembar kerja yang harus ia kerjakan. Tugasnya tidak cukup sulit, hanya disuruh menjelaskan tentang macam-macam kepercayaan dan jenis manusia purba.

"Gue aja yang nulis, lo cukup ngedikte aja sambil ngliatin gue." Bromo merebut pulpen yang dipegang Nada.

'Buk' suara stipe-x yang jatuh mengenai kepala Bromo.

"Lo nggak nyadar ya? duduk di samping lo aja bikin orang pengen muntah, apalagi ngliat muka lo." Jay memberikan penekanan pada akhir kalimat. "Udah gue aja yang nulis." Jay mengambil dengan kasar kertas HVS berisi pertanyaan itu.

Bromo mengepalkan tangannya, sembari menatap tajam wajah Jay. Nada jadi bingung dibuatnya. Ia tahu sebentar lagi emosi Bromo akan meledak. Dan ia tidak ingin itu sampai terjadi. Lalu akhirnya ia memutuskan akan mengerjakan tugasnya sendirian daripada harus kena hukum oleh Bu Indri nantinya.

"Kalau kalian berdua cuma bisa berantem, gue bisa ngerjain tugasnya sendiri, dan sekarang gue cuma minta kalian diam." Nada berteriak, membuat Jay dan Bromo memalingkan wajah ke arahnya.

Nada memungut lembar kertas dan pulpennya.

"Jangan gitu dong Nad, jangan marah ya?" bujuk Jay.

"Sini biar gue bantuin Nad!" Bromo memaksa.

Nada mulai risih dengan ocehan mereka. "Gue bilang kalian berdua diam." Nada mempertegas lagi. Kini Jay maupun Bromo hanya bisa diam mematuhi.

Nada sudah menyelesaikan tugasnya yang pertama yaitu menjelaskan tentang macam-macam kepercayaan. Ia tersenyum lega karena bisa menyelesaikannya dengan cepat. Mungkin karena 2 orang itu, mengabulkan permintaannya.

Tetapi rasa penasaran tiba-tiba muncul, lalu diliriknya ke arah Jay dan Bromo secara bergantian. Dan yang Nada dapati adalah Jay dan Bromo sama-sama sedang sibuk bermain game diponsel mereka.

Nada mengumpat tertahan. Demi mendapatkan nilai dari Bu Indri, Nada rela jari-jari tangannya seperti ingin putus karena menulis terlalu banyak, lalu apa yang mereka lakukan. Jika tidak ingat orang sabar disayang tuhan, mungkin Nada akan memukul mereka berdua.

Jay sudah lelah bermain game. Lalu ia mengintip ke depan ke arah Nada. Gadis itu masih menulis, dan rasanya tak sampai hati jika ia harus mengganggunya.

Jay membuka ponselnya lagi. Ia membuka fitur kamera, dan menghadapkannya ke arah Nada. Jay menatap kagum, tidak salah jika ia menyukai gadis itu, karena Nada benar-benar terlihat cantik meskipun ia sedang serius. Tanpa ragu Jay langsung mengabadikan gambar Nada. Setelahnya ia membuka aplikasi instagramnya, ingin mengupload foto yang baru ia dapatkan.

"Kapan lagi kan ngupload photo cewek cantik," kekehnya dalam hati.

***TBC***

Lagu untuk Nada [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang