ALWAYS.
Klik tanda bintang sebelum baca...
Happy Reading.
* Sorry for typo.
🍁🍁🍁
James duduk dengan gelisah bersama Papa, sejak tadi ia selalu memperhatikan ponselnya, sudah enam kali ia menghubungi Nadine tapi tak ada jawaban. Bahkan Nadine tak menelponnya kembali seperti biasa jika perempuan itu tak mendengar suara ponsel karena sedang melakukan sesuatu.
"James, kamu kesini ngajak Papa makan atau nyuruh Papa liat kamu kaya cacing kepanasan gitu?" Papa sadar bahwa James sedang terlihat aneh, sejak tadi hanya memperhatikan ponselnya tanpa menyentuh sedikitpun makanan yang ada diatas meja. "Katanya mau ngomong, trus kenapa kamu jadi keliatan gak tenang gitu sih?"James mencoba fokus pada ucapan Papa. "James juga bingung Pa, perasaan James mendadak gak enak,"
"Emang kenapa? Kamu ribut sama Nadine?" Papa jadi sedikit penasaran sekarang."Gak Pa, kami baik-baik aja, tapi James gak tau kenapa dari tadi Nadine gak angkat telpon James,"
"Mungkin Nadine lagi sibuk," Papa mencoba membantu James agar sedikit merasa tenang.
"Iya kali Pa, tapi James takut Pa,"
"Takut?" celetuk Papa mengerutkan keningnya. "Takut kenapa?"
James mulai gusar lagi. "Entahlah Pa, James merasa akan kehilangan sesuatu," sahut James, perasaan yang ia rasakan sekarang sama persis seperti yang ia rasakan saat Yassi memisahkannya dari Nadine.
"Udah deh James jangan mikir macem-macem, makan aja dulu nanti kamu coba hubungi Nadine lagi," nasehat Papa akhirnya.
☆☆☆
Tifany berbalik arah dari rumah Nadine, bukan ia tak mau menolong tapi Tifany mendengar suara tangisan Mimi. Ia kembali kerumahnya untuk menenangkan Mimi yang mungkin saja kaget karena sepertinya suara teriakan Mama terdengar oleh Mimi yang baru saja tertidur. Tifany juga berinisiatif untuk menelpon James.
Salah satu cara membantu Nadine adalah menghubungi James.
Tapi begitu melihat Mimi menangis Tifany hanya memegang saja ponselnya. Ia lupa.
"Kamu dengar tidak saya bicara? Apa kamu bisu? Sebutkan berapa yang kamu mau?" lantang Mama lagi masih dengan nada tinggi pada Nadine, bahkan sekarang lengan Nadine sudah mulai memerah akibat dicengkram oleh Mama dengan kuat.
Kepala Nadine terpaksa mendongak karena ulah Mama, ia hanya menjawab Mama dengan gelengan lemahnya, "Hikss... hiks... saa-ya tidak mau apa-apa tante," jawab Nadine akhirnya beriringan dengan suara isakkan tangis yang setengah mati ia tahan. "Saa-kkiit tante...," rintih Nadine meminta Mama melepaskan lengannya yang mulai terasa perih akibat kuku jari Mama yang panjang mulai memasuki kulitnya.
Mama menghempaskan lengan Nadine kesamping, ia bisa mendengar suara Nadine yang merintih karena sakit. "Kamu tidak mau uang?" sombong Mama. "Heh..." decakan kesal Mama menertawakan Nadine. "Ternyata pintar juga kamu, menolak uang dari saya karena kamu pikir akan mendapatkan lebih banyak dari anak saya!" sambung Mama terus memojokkan Nadine. "Gadis polos yang licik," kedua tangan Mama sekarang melipat didepan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WIFE IS MY LIFE
FanfictionPeringkat Cerita # 1 dalam Jamesreid # 2 dalam Nadinelustre # 1 dalam JaDine (06/10/2018) Jangan lupa follow akun aku yah biar gak ketinggalan ceritanya. Hanya sekedar karangan cerita aja . Jangan dibaperin, karena ini karangan abal-abal aku...yan...