Bagian 43 - Satu Ciuman yang Panas

9.6K 286 0
                                    

"Kami pergi," dan Soji menarik paksa Takiro untuk meninggalkan mereka berdua.

Hening. Tidak ada satupun kata terucap. Baik Hana maupun Ryuji hanya berdiri dan memandang satu sama lain.

"Aku akan pergi duluan," Hana berbalik namun Ryuji menangkap tangannya.

"Duduk, kita butuh bicara," dan Hana menurut.

Keheningan kembali terjadi. Hana sudah duduk nyaman di sofa empuk sedangkan Ryuji hanya berdiri dan bersandar pada tembok di belakangnya. Jarak mereka cukup jauh, namun tatapan mereka tak lepas satu sama lain.

"Jika kamu tidak berbicara, maka aku akan pergi," Hana berniat bangkit namun Ryuji akhirnya bersuara.

"Apa yang kamu inginkan?"

"Apa?"

"Kamu mendengar jelas pertanyaanku."

Hana menghela napasnya, "Aku hanya butuh tempat tinggal dan wali sampai aku legal dimata hukum."

"Hanya itu?"

"Ya, emas yang aku berikan padamu adalah untuk semua itu."

"Bagaimana dengan uang? Menjadi wali berarti aku harus memenuhi semua kebutuhan hidupmu."

Hana menggeleng, "Kamu tidak perlu melakukannya. Aku bisa menghidupi diriku sendiri. Aku hanya butuh tempat tinggal dan wali, itu cukup untukku. Emas yang aku berikan adalah untuk membayar--" Hana menjeda perkataannya, "--bisa dibilang untuk membayar sewa aku menempati rumah ini."

"Berapa lama kamu mendapatkan legalitas hukum? 17 atau 21?" Ryuji bertanya karena ia tidak terlalu mengerti hukum negara Hana.

Hana berpikir sejenak, "Tujuh belas. Aku akan tinggal di sini sebulan sesudah aku berumur tujuh belas."

"Itu berarti--"

"Enam bulan aku akan berada di sini," Hana memotongnya.

Ryuji mendekat dengan cepat, ia memegang kedua bahu Hana dan mencengkramnya, membuat gadis itu terkejut.

"Apa kamu pikir ini sebuah permainan? Kenapa kamu santai sekali membicarakan hal ini semua? Terlebih dengan orang asing yang baru kamu temui."

"Karena aku tidak punya pilihan," Hana melepaskan cengkraman tersebut.

"Aku bukan orang bodoh yang meminta bantuan ke sembarang orang. Sejak awal, kamu bukanlah orang biasa. Semua tato dan wajah menyeramkan milikmu itu membuat aku yakin setidaknya orang asing ini akan bisa membantu dan melindungiku."

"Bukan hanya bantuan, tapi aku juga butuh perlindungan yang kuat. Aku membicarakan tentang hukum di sini, karena bagaimanapun aku hanya seorang gadis dibawah umur, aku butuh seseorang yang sudah memiliki legalitas hukum untuk menjadi waliku," jelas Hana.

Ryuji tertawa terbahak-bahak seraya menghempaskan dirinya ke sebelah Hana. Wajahnya bahkan berubah merah karena tawa yang tak tertahankan.

"Apa kamu sadar membicarakan hukum dengan seorang yakuza? Aku bahkan bukan sembarang yakuza--" Ryuji menatap Hana, "--aku adalah anak ketua yakuza."

Pupil mata Hana membesar, tangannya menutup mulutnya yang terbuka lebar. Ia terkejut.

"Kejutan..." ucap Ryuji.

Namun, Hana merubah ekspresinya dengan segera, membuat Ryuji terdiam.

"Kamu pikir aku akan benar-benar terkejut? Yakuza biasa tidak akan mungkin memberikan emas sebanyak itu dengan mudah, atau bahkan saling menembak di lorong gedung. Jangan lupa para pria dengan setelan jas hitam yang mengarahkan pistolnya kepadamu. Jelas sekali kamu bukan seorang yakuza biasa," jelas Hana.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang