Saat menunggu jemputan Handoko, perlahan semua orang yang sejak tadi berada di sekitar Leon menghilang, membuatnya bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya.
Tak lama, segerombolan orang dengan jenis pakaian yang sama memasuki gedung, Leon semakin curiga. Mereka kemudian memberikan jalan, Takiro dan Soji muncul setelahnya.
Takiro berkata, "彼らは我々がやってくることを知っていたが去ることを選んだ。"
(Karera wa wareware ga yattekuru koto o shitteita ga saru koto o eranda.)
(Mereka tau kita datang namun memilih untuk pergi.)Soji tidak menanggapinya, ia berjalan mendekati Leon hanya untuk berhadapan dan saling menatap.
"Kau, Leon? Bocah yang berani menantang Ryuji?" tanyanya.
Leon menaikan alisnya, ia sama sekali tidak pernah menantang Ryuji jika ia saja bisa memukulnya langsung.
Hap!
Soji mendaratkan tangannya ke bahu Leon, "Good job, boy," kemudian menyingkirkannya ke samping.
"Apa yang kau lakukan?!" serunya saat Soji mengecek keadaan wanita tersebut.
"Hmm... Masih hidup," responnya.
"女性を連れてきて、" perintah Takiro yang membuat dua orang pria maju dan membawa wanita itu.
(Josei o tsurete kite.)
(Bawa wanita itu.)"やめて!" Leon menghalangi mereka.
(Yamete.)
(Hentikan.)"Ah... Jadi apa yang dikatakan Ryuji benar, bocah ini terlalu--" Soji menjeda perkataannya hanya untuk mendekati dan berbisik di telinga Leon, "--excellent." Leon langsung memandang sinis.
Takiro melihatnya dengan serius. Saat ini, ia bukanlah Takiro yang penuh kekhawatiran dan sopan santun. Sekarang ia adalah seorang tangan kanan dari pemimpin yakuza Blackbird selanjutnya.
"私たちをブロックすることによって愚かなことをしないでください、あなたは数を超えています、そしてそれはあなたにとって死を意味します、" jelas Takiro.
(Watashitachi o burokku suru koto ni yotte orokana koto o shinaide kudasai, anata wa kazu o koete imasu, soshite sore wa anata ni totte shi o imi shimasu.)
(Jangan melakukan hal bodoh dengan menghalangi kami, kau sudah kalah jumlah dan itu berarti kematian untukmu.)Soji mengambil dua langkah mundur, tersenyum pada Leon dan berkata, "Ryuji様は例外なく彼の命令に従いたくないすべての人を排除するために命令を出しました。"
(Ryuji-sama wa reigai naku kare no meirei ni shitagaitakunai subete no hito o haijo suru tame ni meirei o dashimashita.)
(Ryuji-sama telah memberi perintah untuk melenyapkan setiap orang yang tidak mau menuruti perintahnya, tanpa terkecuali.)Leon membalas senyuman dengan senyuman, lalu memegang kepala Soji dengan kedua tangannya, "いいえ、この女性は私のものです、あなたはただそれを奪うことはできません!"
(Īe, kono josei wa watashi no monodesu, anata wa tada sore o ubau koto wa dekimasen!)
(Tidak, wanita ini milikku dan kalian tidak bisa merebutnya begitu saja!)Bam!
Ia menarik kepala Soji untuk dibenturkan ke lututnya, namun Soji dengan cepat menamengi dengan kedua tangannya. Menggunakan berat tubuhnya, ia berusaha mendorong jatuh Leon tapi bocah ini berhasil mengelak.
DOR!
Takiro berdiri memegang pistol yang sedikit terlihat mengeluarkan asap di moncongnya, ia baru saja menembak satu peluru tepat ke arah Leon berdiri.
"ブロックした人は誰でも殺す," Takiro menurunkan pistolnya, "それがRyuji様の言ったことです."
(Burokku shita hito wa dare demo korosu, sore ga Ryūji-sama no itta kotodesu.)
(Bunuh siapapun yang menghalangi, itulah yang dikatakan oleh Ryuji-sama.)*****
Bip... Bip... Bip...
Mesin monitor vital tubuh terus berbunyi, operasi masih dijalankan. Sedangkan Ryuji dan Mei masih mengamati dari ruang monitor.
"Permisi, Dok," sapa pelan seorang pria yang mengenakan jas dokter.
Mei tidak membalasnya, ia mengulurkan tangan untuk menerima dokumen yang diantarkan padanya.
"Kau boleh pergi," perintahnya. Namun dokter itu masih belum juga pergi. "Aku sudah katakan untuk tidak diganggu," jelas Mei.
Dokter itu merendahkan tubuhnya dan berbisik di telinga Mei, "Kakak anda, Tuan Hui sedang dalam perjalanan ke sini dan akan tiba dalam satu menit."
Mei langsung melirik ke arah Ryuji yang masih fokus dengan jalannya operasi. "Sial!" ucapnya pelan nyaris tak terdengar.
"Buat dia menunggu di ruanganku atau dimana pun. Jangan sampai ia menemukan Ryuji," perintah Mei.
"Baik, Dok."
Setelah mendapat perintah, dokter itu belum juga pergi. "Kau masih memiliki kabar buruk?!" tanya Mei.
"Aku tidak tau pasti. Tapi aku pikir anda akan bertanya padaku setelah membaca dokumen tersebut."
"Kau meragukan kemampuanku dalam membaca rekam medis?" Mei menjadi kesal.
Dokter itu menggelengkan kepala, "Tentu saja anda yang terbaik. Namun, silahkan baca terlebih dahulu."
Mei mendengus keras, ia bahkan membuka dokumen dengan kasar. Ia membaca semuanya, isi yang sama seperti sebelumnya kecuali ada satu dokumen tambahan yang membuatnya terdiam.
"Ryuji..." Mei memanggil namanya.
"Hmm?" Responnya tanpa sedikit pun menoleh.
"Apa kau menandatangani surat penunjukan wali?"
"Maksudmu?"
"Surat penunjukan wali. Kau walinya bukan? Apa dia memintamu menandatangani surat?"
"Tentu saja tidak, aku menjadi walinya hanya berdasarkan verbal," jelas Ryuji.
"Lalu apa dia memiliki wali lain?"
"Jika punya, maka dia tidak perlu repot-repot memintaku jadi walinya dan berakhir di meja operasi sekarang ini."
Mei semakin terdiam, ia masih memegang dokumen itu dengan penuh pertanyaan.
"Apa dia memiliki wali lain? Pertanyaanmu sudah sangat jelas. Apa itu berhubungan dengan dokumen yang kau pegang?" Ryuji bertanya tepat pada sasaran.
Mei ragu namun untuk apa juga ia menyembunyikannya, jika ia berbohong pun Ryuji dapat dengan mudah mencari tau kebenarannya.
"Ya, sepertinya dia memilikinya. Tapi walinya ini hanya ingin dihubungi jika memang keadaan benar-benar membutuhkannya. Selain itu, ia tidak akan mau datang," balasnya.
"Baik, lalu?" respon Ryuji terlihat santai.
"Terjadi kesalahan, salah satu staff baru saja menghubunginya," Dokter pembawa dokumen menjawab pertanyaannya.
"What?! Kau melakukan apa?!" Mei terlihat sangat kaget.
"Kau terlalu berlebihan. Jika mereka telah menelponnya maka biarkan saja dia datang. Dia pasti orang yang bekerja untum organisasi sosial atau semacamnya, karena hanya mereka yang tidak akan menolak menandatangani surat penunjukan wali untuk gadis seperti dirinya," jelas Ryuji santai.
Mei tidak mengatakan apapun, ia malah melirik si dokter, memberikan dokumen dan mendorongnya untuk segera pergi.
"Xiu Hui," dokter itu berkata. Mei langsung cepat-cepat mendorongnya.
Namun Ryuji bediri dan mendekati mereka berdua. "Kau tau nama itu sangat tidak boleh disebutkan di depan wajahku bukan?"
Dokter pun berbalik, Mei semakin mendorongnya pergi tapi entah kenapa tubuhnya bagaikan batu besar yang sama sekali tak mau bergerak. Tak kehilangan akal, Mei langsung berbalik menghadap Ryuji.
"Kau salah paham. Maksud dia adalah kakakku sedang dalam perjalanan ke sini dan sekarang aku akan menemuinya. Kau di sini saja. Aku akan pergi sekarang," Mei memberikan lambaian tangan yang kaku lalu menarik tangan si dokter yang masih saja terasa sulit untuk digerakan.
°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...