Bagian 76 - Save Her

2K 113 0
                                    

"Terima kasih tapi aku tidak berhutang budi padamu karena aku tidak memintanya," jelas Hana.

Laura tidak merespon apapun, ia malah memakai kacamata hitamnya dan melambaikan tangan sebelum pergi.

"Sampai kapan kau terus bersembunyi?" pertanyaan Hana menghentikannya, ia berbalik dan menurunkan sedikit kacamtanya.

"Aku pikir kau tidak punya hak untuk bertanya. Lagi pula kau tau apa jawabanku," jawabnya.

"Dia akan menerimamu dengan penuh haru atau dia akan membencimu. Aku rasa jawaban yang kau maksud adalah yang terakhir."

"Aku memang membantumu tapi bukan berarti kau bisa mencampuri keputusanku."

Hana tersenyum, "Aku tidak mencampuri, hanya saja ketika kau tidak berkomentar apapun saat aku akan mendekatinya, aku pikir kau memang memiliki keinginan untuk membuatnya tau bahwa-" perkataannya terjeda, "-kau ada," lanjutnya dengan penuh penekanan.

Laura membenarkan posisi kacamatanya dan berjalan mendekat, memandang manik mata gadis ini yang setara dengan manik mata miliknya.

"Aku perjelas. Urusan kau dengannya adalah urusanmu sendiri. Aku tidak terlibat, maka dari itu aku tidak berkomentar. Itu hakmu untuk mendekati siapapun, aku tidak akan pernah melarang dan tidak pernah memiliki alasan untuk menyetujuinya," jelas Laura.

"Lalu kenapa kau menyuruhku berhenti sekarang?"

"Hey, girl. Aku mengatakan padamu untuk keluar karena sekarang kamu membuat dirimu sendiri berada di dalam masalah negara lain. Aku tidak ingin investasiku pergi begitu saja seperti tidak pernah berada di sana."

Hana menghela napasnya, "Aku akan memutuskannya kemudian."

Laura pun menyerah dan meninggalkannya. Hana pun juga memilih untuk pergi, namun saat ia berbaik, tiba-tiba napasnya tercekat.

Hanya berjarak 500 meter, Hana melihat keluarganya berdiri menatapnya tanpa ekspresi. Namun ekspresi itu perlahan berubah menjadi bengis dan tidak suka.

Hana menelan ludah dan mencoba bernapas kembali, ia bersikap biasa dan berjalan menuju mereka karena itulah jalan keluar. Ia mengangkat kepalanya dan berusaha tidak peduli.

Bruk!

Dengan sengaja Mama menabrakan tubuhnya, membuat Hana dengan sukses terjatuh.

"Maaf nak, kau terlalu mengambil jalan lawan jadi aku tidak sengaja menabrakmu," Mama pun mengulurkan tangannya.

Hana memandang tangan itu dan perlahan memandang wajah Ayah yang berada di samping Mama. Wajahnya benar-benar acuh, ia bahkan membuang muka dan berjalan mendahului mereka semua.

Hati Hana terasa berat, ia pun tidak meraih tangan Mama dan bangun dengan kekuatannya sendiri.

"Ahh kalau begitu sampai nanti," ucap Mama. Ia kemudian berjalan namun saat ia tepat berada di samping Hana, mulutnya mengucapkan kalimat yang membuat Hana membatu.

"Aku pikir kau sekarang terkunci di kamar dan menjadi pelampisan seks pria asing itu. Tapi nyatanya kau malah berada di sini, bahkan memakai seragam sekolahmu? Heh... Apa sekarang pelacur juga diberikan izin untuk sekolah? Padahal mereka hanya menggunakan tubuhnya," Mama menatap sinis dan pergi menyusul suaminya.

Kirana yang juga ada di sana memperhatikan semuanya, ia pun berjalan mendekat.

"Mereka membencimu karena sikapmu benar-benar memuakan! Mereka lelah karena kau selalu saja mengabaikan orang lain dan merasa paling benar! Kau hanya akan sendiri, tidak ada satu pun orang yang akan mau mendekatimu bahkan membantumu! Kau egois!!!" ucapnya dan berlalu begitu saja.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang