Siapa bilang Hana akan dengan mulus diantar ke atas gedung? Nyatanya baru saja memasuki area gedung, mereka sudah di hadang oleh para petugas keamanan.
"Maaf, kami tidak bisa memberikan akses masuk kepada anda," jelas petugas keamanan.
"Ini keadaan darurat! Nyawa gadis ini tidak sebanding dengan peraturan kalian!" Mei membentak.
Ryuji sudah ingin memukul mereka, namun Mei menahannya karena keadaan hanya akan bertambah buruk. Sementara itu Mei dapat mendengar jelas suara helikopter mendekat.
"Berikan nomer telepon pemilik gedung ini, aku akan menelponnya," ucap Mei.
"Maaf, kami tidak bisa memberikannya. Sudah menjadi peraturan perusahaan untuk tidak memberikan nomor kepada sembarang orang."
Bhuk!
Petugas keamanan itu terjatuh dengan hidung yang mengeluarkan darah. Mereka semua menoleh ke belakang dan mendapati Leon berdiri di sana dengan terengah-engah.
"Pergilah, aku akan menangani para bajingan ini," perintahnya.
Mereka mengangguk dan mendorong troli dengan cepat, namun langsung dihadang kembali tapi Leon dengan mudahnya melumpuhkan petugas keamanan tersebut.
"Argh!" ringisan salah satu petugas keamanan yang diijak dadanya oleh Leon.
"Jika tidak ingat reputasi Daddy yang akan hancur kalau aku membunuhmu, maka sudah dari tadi kau melewati gerbang kematian!"
Leon pun menyusul kemudian setelah melumpuhkan semua petugas keamanan yang menyerangnya.
*****
Di dalam, keadaan benar-benar ricuh, semua para petugas keamanan keluar untuk menghentikan mereka. Sangat aneh mengingat ini adalah gedung perusahaan bukan sebuah gedung para petugas keamanan berkumpul.
Mengesampingkan keanehan tersebut, Ryuji menghajar siapapun yang menghadangnya. Ini membuatnya frustasi karena waktu yang mereka miliki benar-benar terbatas dan mereka malah harus berurusan dengan sesuatu yang sepele.
Sementara itu, Mei terlihat tidak dalam kondisi baik, ia memegang pegangan troli dengan erat. Tapi ia langsung berlari menuju meja resepsionis dan berkata kepada resepsionis yang bersembunyi di bawah meja dengan ketakutan.
"Sekarang, berikan padaku nomor bosmu. Cepat!"
Resepsionis itu meraih buku di mejanya dan membalik setiap halaman dengan yang tangan yang bergetar. Ketika mendapatkan nomor yang dimaksud, ia langsung menyerahkan buku tersebut ke Mei.
Dengan kening yang penuh peluh keringat, Mei menerimanya namun tubuhnya mendadak oleng. Ia hampir saja jatuh jika Leon tidak melingkarkan tangannya ke pinggang Mei dan menahan tubuhnya.
"Ini nomernya?" tanya Leon dengan wajah yang sangat dekat itu, dan Mei mengangguk.
Ring. Ring. Ring.
Ponsel berbunyi. Hans si boss of the boss sekaligus pemilik gedung mengangkat panggilan tersebut.
"Peraturanmu sangat bajingan, aku akan membeli gedung dan semua hal di dalamnya termasuk karyawan yang kau miliki dengan harga berapapun detik ini juga," Leon berkata tanpa basa-basi. Mei tentu terkejut mendengarnya.
"Memangnya bocah sepertinya memiliki uang?" batin Mei melihat intens Leon yang langsung dibalas oleh pria ini.
Di ujung telepon Hans tersenyum sinis, "Aku tidak mengerti, tapi aku mengerti arti bajingan dan membeli gedung. Jadi aku tebak kau ingin membeli gedungku, benar?"
"Benar, aku akan membeli gedungmu yang berlokasi di Jalan Kenanga, jadi jangan banyak bicara dan terima saja. Aku akan melakukan transaksi saat ini juga."
"Menarik," Hans menjentikan jarinya dan salah satu orangnya mendekat.
"Aku akan menerima transaksi ini. Gedung itu tidak lagi berguna untukku, jadi kau bisa mengambilnya secara gratis. Terimalah sebagai hadiah perkenalan kita, aku akan mengirimkan sertifikat dan surat nanti."
"Great," dan Leon langsung mematikan panggilan tersebut.
"Hey, boy. Kau punya uang sebanyak itu?" Mei bertanya.
"Tidak, tapi kau."
Mei berdecak, "Kau menggunakanku?"
Leon tak menjawab karena perhatiannya teralihkan dengan kedatangan sekumpulan pria berkemeja hitam yang keluar untuk mengepung mereka. Ryuji pun juga memasang badannya di depan Hana.
"Mister Leon?" ketua dari pria-pria tersebut berseru.
Leon melepaskan pegangannya pada Mei dan mendekati mereka. "Aku Leon dan siapa kau?"
"Bos kami mengatakan bahwa gedung ini sekarang milikmu. Jadi kami meminta maaf atas semua ketidaknyamanan." dan mereka semua membungkukan badan.
Leon tak peduli, ia langsung menyuruh Ryuji untuk membawa Hana. "Jaga dia," ucapnya.
Ryuji, Mei, dan wanita muda itu langsung mengikuti perintah. Tapi Leon menarik si wanita muda dengan paksa, "Kecuali kau."
*****
Setelah drama tidak berkesudahan tadi, Hana akhirnya dengan sukses tiba di atas gedung. Helikoper rumah sakit sudah menunggu.
Dokter Tyson langsung menyambut mereka dengan brankar yang sudah siap. Ia kemudian membantu memindahkan Hana ke atas brankar dan kemudian memasukannya ke dalam helikopter.
"Semuanya sudah siap?" tanya Mei melalui mikrofon headphone khusus yang ia pakai.
"ya, semuanya sudah siap."
"Sekarang kita perlu melakukan transfusi darah. Dia kehilangan banyak darah."
Tyson mengerti, "Apa golongan darahnya? Aku membawa semua golongan bahkan yang langka sekalipun."
Mei menyikut Ryuji yang sejak tadi hanya berfokus pada Hana, "Jawab dia, dia bertanya padamu."
*****
Meski terlambat satu menit, namun mereka berhasil sampai di rumah sakit dalam waktu empat menit. Perkiraan sepuluh menit yang Mei inginkan ternyata terwujud, lebih dari ini maka nyawa Hana akan lebih terancam. Sementara itu, sudah ada tim medis yang menanti kedatangan mereka.
Hana langsung mendapatkan CT Scan untuk memastikan luka yang ia alami. Kemudian ia langsung dipindahkan ke ruang operasi. Mei tidak ikut masuk ke dalam maupun ikut dalam operasi ini, ia mengajak Ryuji ke dalam ruang monitor operasi, dimana mereka bisa melihat secara langsung jalannya operasi.
"Jika kau bertanya-tanya kenapa aku tidak ikut dalam tim operasi darurat ini adalah karena spesialisasiku yang berbeda. Meski aku adalah psikiater sekaligus dokter bedah, namun aku hanya menangani bedah umum. Tapi sebagai kepala rumah sakit ini aku masih berkompeten dalam menjelaskan apa yang sedang kau saksikan dan akan menjelaskan prosedur operasi yang sedang dilakukan," jelas Mei.
Ia kemudian memperlihatkan layar khusus yang menampilkan gambar hasil CT Scan. "Singkatnya, melihat dari gambar tersebut, kondisi pasien kritis karena ia kehilangan banyak darah akibat patah tulang, trauma beberapa organ akibat kecelakaan, juga robeknya beberapa pembuluh darah."
Mei kemudian melanjutkan, "Pasien mengalami patah tulang belikat kanan yang cukup parah. Patahan tulangnya melukai daerah disekitarnya namun untungnya tidak melukai organ-organ yang ada. Tapi ini membuatnya mengalami luka terbuka yang cukup lebar dan dalam."
Ryuji mendengarkan setiap perkataan Mei dengan seksama, sementara matanya terus tertuju pada jalannya operasi.
"Sementara itu, tiga tulang rusuk kanan pasien mengalami keretakan. Beberapa organ juga mengalami trauma akibat hal ini. Ada beberapa pembuluh darah yang robek yang juga harus dijahit. Untungnya tidak ada trauma kepala yang bisa membuat keadaan menjadi semakin fatal. Sisanya keadaan pasien baik-baik saja."
Mei menghentikan perkataannya sebelum melanjutkan, "Aku harap."
°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...