"Apa yang dia maksud?"
"Mengobati? Bukannya dia yang perlu diobati? Kenapa malah anak kecil itu?"
"Polisi atau ambulance, mana yang harus kita telepon?"
Para pelanggan terus saja berbisik.
"Kakak akan pinjamkan lengan kakak. Kamu boleh mengigitnya dengan keras jika terasa sakit, bagaimana?" Bintang meragu tapi Hana tidak kehilangan akal. "Nanti om di sana itu akan memberikan hadiah. Bintang suka hadiah?" Bintang akhirnya setuju tapi Ryuji tentu saja kebingungan.
Hana memulainya, ia membuka sepatu sebelah kanan milik Bintang perlahan-lahan. Segera setelah sepatu itu lepas, semua dapat melihat tumit bocah ini yang berwarna kemerahan dengan cairan merah yang menetes.
"Darah!" satu pelanggan berteriak, "Anak itu terluka!" Mereka langsung menatap tajam Ibu Bintang yang juga sama terkejutnya.
"Ini akan sakit, Bintang boleh--" belum selesai perkataan Hana, Bintang sudah lebih dulu menggigit dan meremas kuat lengannya. Hana meringis namun ia menahannya, "Anak baik," ia segera mencabut satu pecahan kaca yang menancap dan menutupnya dengan napkin lalu ia menarik dasi Ryuji begitu saja untuk digunakan untuk membalut luka.
"Selesai," Hana mengusap kepala Bintang, "Sekarang kita pergi ke dokter." Hana berdiri namun tubuhnya malah terangkat ke udara. Ryuji yang melakukannya, ia tidak akan membiarkan Hana berjalan dengan luka di kakinya itu.
"Bi--bintang!!!" Ibu Bintang memanggil tapi Bintang menyembunyikan wajahnya, merasa takut dengan ibunya sendiri.
*****
"Sekarang kau mengerti?" wanita blonde menyadarkan Leon dari diamnya.
"Tidak, aku tidak mengerti," Leon melepas tangan yang sejak tadi dicengkram.
"Hana...? Bukankah itu berarti bunga?" Wanita itu membeo dan Leon langsung menoleh tajam. "Kau tidak usah berpikiran negatif. Lebih baik kau pulang, ini bukan sesuatu yang dapat diurus oleh anak dibawah umur," wanita itu memberikan kartu namanya dan pergi.
"BINTANG!!!" jeritan Ibu Bintang yang melihat anaknya pergi semakin jauh dibungkan oleh secarik kartu nama.
"Madam," ibu bintang menoleh dan di depan matanya sudah ada selembar kartu nama.
"Saya Laura, perwakilan Indonesia di UNICEF sekaligus petinggi di Komisi Perlindungan Anak Indonesia," jelas si wanita blonde.
*****
"Kemana kita akan pergi?" Hana bertanya sementara ia sendiri memeluk erat Bintang di dalam pelukannya.
"Kamu bilang ingin pergi ke rumah sakit, benar? Kita akan pergi ke sana."
"Rumah sakit yang mana? Kamu tau kita sudah melewati dua rumah sakit, rumah sakit manapun tidak masalah. Kita harus mengobati Bintang terlebih dahulu."
Mendengar namanya disebut, Bintang hanya bisa melihat namun ia sama sekali tidak mengerti pembicaraan mereka berdua.
"Huifu hospital, kita akan ke sana."
"Hu...apa?" Hana bertanya.
"H-u-i-f-u," Ryuji mengejanya.
"Dimana itu?"
"Kamu bertanya terlalu banyak."
"Maaf, tapi aku tetap butuh jawaban."
Ryuji menghela napasnya seraya mengatur kecepatan mobil agar tidak terlalu cepat karena sekarang ia membawa anak kecil di dalam mobilnya. "Pemilik rumah sakit itu adalah kenalanku. Itu adalah rumah sakit yang bagus meskipun masih dibawah rumah sakitku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...