Bagian 73 - No, Thanks

1.8K 103 0
                                    


Beep.

Panggilan terputus dan Handoko langsung mengemas barangnya seraya memijit tombol telepon kantor.

"Siapkan helikopter sekarang."

"Akan siap dalam sepuluh menit, Pak. Kemana tujuannya? Saya perlu melakukan pencatatan," balas pegawai yang berada di ujung telepon.

"Sepuluh menit?! Kita terbang sekarang, saya harus pulang sekarang."

Pegawai itu pun terkejut, "Maaf pak, tapi helikopter ini bukan untuk urusan pribadi, ini milik kantor dan hanya bisa digunakan untuk--"

"Kamu pikir saya bodoh? Saya tau semua regulasi itu! Saya akan jelaskan kepada atasan kamu nanti, sekarang kamu hanya perlu siapkan keberangkatannya. Saya menuju ke sana sekarang!"

"Baik--" dan beep! belum selesai pegawai ini berkata panggilan telepon sudah lebih dulu ditutup.

*****

Hana keluar dari kamar mandi dengan pakaian basah, ia mengusap wajahnya frustasi.

"Ah... benar-benar..." ujarnya. "Kenapa tubuhnya--" perkataannya terhenti ketika ponsel yang ia letakan di meja terdekat berbunyi.

Ring. Ring. Ring.

Nomor dengan kode negara luar muncul di layar ponselnya. Hana merasa curiga namun ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Halo, selamat siang," ucap seorang wanita diujung telepon.

"Ya, selamat siang."

"Apa benar ini dengan Hana Naomi Sachie?"

"Ya, saya sendiri," jawab Hana seraya melangkahkan kaki ke kamarnya.

"Saya Mei, tempo hari kita pernah bertemu di Rumah Sakit Huifu, kamu ingat?"

"Ya, tentu saja."

Di ruangannya, Mei melihat layar monitor yang menampilkan jadwal prakteknya. "Apa Ryuji sudah mengatakannya padamu?"

"Ryuji?"

"Ahh sepertinya belum, kalau begitu saya yang akan mengatakannya. Secara resmi saya memperkenalkan diri sebagai dokter spesialis kejiwaan di Rumah Sakit Huifu. Beberapa waktu yang lalu Ryuji datang menemui saya untuk--"

"Sebentar," Hana memotong perkataan dan membuat panggilan itu dalam mode speaker dan meletakannya di meja, ia sendiri berniat untuk mengganti pakaiannya yang basah. "Ya, sekarang bisa dilanjutkan."

Mei tersenyum, "Singkatnya, Ryuji meminta saya untuk melakukan beberapa konsultasi denganmu, Hana."

"Hmm... aku? Kenapa?"

"Apa akhir-akhir ini kamu sering bermimpi buruk? Ah... aku dengar kamu juga mengonsumsi MAOI, apa itu benar?"

Hana membuka bajunya satu per satu, "Ya benar, sudah sekitar dua tahun aku mengonsumsinya, sekarang sudah tidak lagi. Mengenai mimpi buruk, aku rasa itu bukan masalah besar."

Mei memandang rekam medis milik Hana yang ia dapatkan, membuka lembar demi lembar, "Kamu tau bukan bahwa MAOI bukan sembarang obat yang bisa kamu hentikan penggunaannya begitu saja? Jika kamu menghentikannya secara tidak berkala maka akan ada efek samping yang muncul."

"Aku tau."

Mei menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia merasa menjadikan gadis ini sebagai pasiennya akan menghabiskan banyak energi. Mendengar dari suaranya saja, Mei sudah tau bahwa gadis ini adalah tipe yang keras kepala.

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang