"Sejak dulu kamu tidak pernah berubah, Laras," jelas Leon lalu menenggak air minum yang baru saja ia beli.
"Jika tidak perlu kenapa harus berubah," dan ia langsung mengambil air minum Leon begitu saja.
Leon mendesah dan duduk di ayunan kosong sebelah Laras, "Kenapa kamu ke sini?"
"Salah seorang wanita menemui kekasihnya?"
"Kita bukan lagi kekasih, jangan bicara omong kosong."
"Tapi aku belum mengiyakannya."
"Terserah..."
Laras hanya tersenyum melihat wajah dingin dan datar milik Leon, "Jika kamu memutuskan aku karena dia, kenapa sekarang wajahmu tidak terlihat bahagia?"
"Aku sudah bilang jangan bciara omong kosong."
"Tidak juga. Saat ini kamu mengirimku pesan singkat hanya untuk mengatakan bahwa kamu akan mulai jujur. Aku pikir itu akan berkerja tapi sepertinya tidak. Apa dia menolakmu?"
Leon tidak menjawab.
"Wah... kamu memutuskanku hanya untuk ditolak wanita lain? Luar biasa..."
Leon bangkit, ia jengah mendengar semua kalimat menusuk hatinya tersebut namun Laras menahan tangannya.
"Aku datang untuk memutuskanmu."
Leon menghembuskan napasnya dan melepas tangan yang memegangnya, "Maaf," ucapnya.
Laras menggeleng, "Tidak, jangan minta maaf. Baik aku ataupun kamu seharusnya tidak ada yang meminta maaf. Ini keputusan kita untuk saling menjalin hubungan, kita sudah mencobanya namun ini benar-benar tidak berhasil. Sekarang aku hanya ingin kita menjadi teman."
"Sejak dulu kita memang sudah menjadi teman."
Dengan gaya dramatis, Laras memegang dadanya, "Ah... hatiku sangat sakit. Bagaimana mungkin kamu mengatakan kata teman begitu mudahnya?" namun ia tersenyum kemudian. "Jadi, kamu ingin cerita dengan temanmu ini? Aku khawatir mukamu akan membeku dan muncul retakan di mana-mana. Ekspresimu itu sangat dingin, marah, kecewa, dan juga sedih. Benar bukan?"
Lagi, Leon mengembuskan napasnya, "Bahkan aku sepertinya akan berubah menjadi banteng. Aku terus menghembuskan napas bagai banteng yang marah di arena."
*****
Mobil sport merah milik Ryuji membelah jalan, mobilnya terus melaju tanpa henti dan mulai memasuki kawasan yang sangat asri, membuat Hana membuka kaca mobil dan mengeluarkan kepalanya.
"Ini benar-benar bagus tapi dimana ini?" tanyanya.
"Rumahku," jelas Ryuji.
Hana melihat lima rumah yang berdiri namun tidak yakin yang mana yang dimaksud oleh Ryuji, "Ah... karena kamu kaya, apa rumah besar itu milikmu?" ia menunjuk rumah yang paling besar.
"Semua bangunan itu milikku, termasuk kawasan ini," jawabnya.
Hana menoleh perlahan dan memandang pria ini dengan mata yang terbuka lebar. "You kidding,,,"
"I'm not. Bukannya kamu sudah tau yakuza itu kaya jadi jangan terkejut."
"Tapi--" Ryuji memotongnya.
"Tentu aku tidak tinggal di kelima tempat tersebut, dua diantaranya adalah rumah Soji dan Takiro. Bangunan paling besar yang tadi kamu tunjuk bukan rumah, melainkan kantorku. Aku sengaja membangun semuanya dalam satu kawasan untuk memudahkan pekerjaan."
Hana melihat rumah paling besar seraya memincingkan matanya, "Apa di sana juga banyak pria-pria berjas hitam seperti waktu itu? Maksudku yakuza."
"Ya, tapi mereka tidak seperti yakuza yang kamu lihat sebelumnya. Mereka lebih seperti pekerja kantoran."
![](https://img.wattpad.com/cover/148468207-288-k539594.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...