Bagian 79 - Angry Leon

1.6K 81 1
                                    

Leon yang hendak keluar mobil mengurungkan niatnya karena ia kembali melihat Ichirou di jalur yang berlawanan sedang berbicara dengan seorang pria dengan wajah Jepangnya yang kental.

Leon kemudian mengambil ponsel di saku celananya untuk menangkap beberapa gambar dan mengirimkannya ke Handoko--ayahnya.

Ring. Ring. Ring.

Ponselnya berbunyi, Handoko menelponnya. "Apa pria itu masih di sana?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Ichirou atau..?"

"Yang dewasa."

"Ya, mereka sepertinya sedang beradu argumen. Ichirou tampak tenang sedangkan pria itu terlihat sangat emosi. Siapa dia? Intelijen?"

"No," Handoko dengan tegas menjawabnya, "Jika dia intelijen maka dia tidak akan muncul di publik dengan mudah apalagi bertemu dengan sosok seperti Ichirou."

"Lalu?"

"Mungkin hanya pekerja pribadi. Kamu sudah menemukan Hana?"

"Belum, aku terkena macet, entah kenapa tiba-tiba macet total. Orang-orang bahkan meninggalkan kendaraannya hanya untuk melihat apa yang terjadi."

"Kamu tidak khawatir dengannya? Aku pikir kamu akan berlari secepat mungkin dan meninggalkan mobil."

Leon terdiam sejenak, "Aku memang khawatir tapi aku pikir Ryuji bisa menemukannya lebih dahulu. Aku sudah mengirimkannya pesan. Dia pasti akan menemukannya, juga dia lebih tau tentang kondisinya saat ini. Aku hanya pendukung di sini."

Handoko pun tak bisa berkomentar apapun, karena bukan ia yang menjalani semua ini.

"What?!" tiba-tiba Leon berbicara sedikit memekik.

"Apa yang terjadi?" Handoko bertanya.

"That man just slapped Ichirou, really hard. His lips corner is bleeding."

Pembicaraan mereka terganggu ketika banyak orang yang baru saja kembali ke mobilnya masing-masing membicarakan apa yang terjadi.

"Kasihan ya, Yah. Masih muda tapi sudah kritis seperti itu. Apa masih ada harapan hidup?" tanya anak perempuan pada ayahnya.

"Stt...! Kakak ngomongnya dijaga, yang namanya musibah ga ada yang tau."

"Ya maaf, Yah. Tapi tadi kan Ayah lihat sendiri seberapa banyak darah yang keluar, bahkan dia ga bergerak sedikit pun."

"Kakak..." sang Ayah kembali mengingatkan perkataannya.

Lub. Dub. Lub. Dub.

Jantung Leon berdetak kencang mendengar obrolan mereka.

"Kayanya itu teman sekolahnya," jelas seorang pria pada temannya yang berjalan melewati mobil Leon.

"Seragam sama belum tentu temenan goblok."

"Yee, santai dong. Kan kali aja bener temannya."

Jantung Leon semakin berdebar tak karuan. Ia langsung memikirkan Hana, tapi sangat tidak baik jika ia berpikir bahwa korban kecelakaan itu Hana.

Tanpa basa basi lagi, Leon mematikan mesin mobil, menguncinya, dan langsung berlari menerjang kerumunan orang. Lalu ia mendapati korban sudah tidak ada di tempat, hanya genangan darah yang tersisa.

Ia kemudian berpaling ke orang di sebelahnya, "Mas, kenal dengan korban?" dan orang itu menggelengkan kepalanya.

Leon mengeluarkan ponsel untuk menunjukan foto Hana, "Apa ini korbannya?"

"Mas temannya? Wajahnya ga keliatan mas karena tadi terkena darah dan tertutup rambut-rambut juga. Tapi seragamnya sama seperti mas."

Leon merasa jantungnya akan segera meledak, "Berapa panjang rambutnya?"

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang