Gujes, gujes...
Hana dan Leon sibuk memainkan ponselnya sementara kereta melaju dengan cepat. Sedetik kemudian Hana menghela napas berat.
"Lo ngapa sih? Kesel gue dengernya," sungut Leon yang asik memainkan game.
"Gapapa," jawab Hana.
Tanpa mengalihkan pandangannya, Leon membalas, "Ketika cewek bilang gapapa artinya cuma satu, berarti ada apa-apa."
"Yee... tau darimana lo?"
"Ya taulah, gue temenan sama lo itu udah lima tahun. Belum cewek yang ngejar-ngejar gue, gausah lo pertanyakan lagi kemampuan gue."
Hana langsung berdecih jijik.
"Nih gue kasih tau. Kalau lo ada sesuatu yang pengen lo katakan, ya katakan. Jangan disimpen terus, emang lo kira itu harta kartun? Ya engga lah."
"Yon, sumpah ya. Kenapa sih lo jadi nyolot ke gue? Lo masih marah? Lo mau kita berantem lagi?"
"Akh!" Leon menjerit, "Ketendang semua pion gue! Mana ga dapet-dapet lagi dadu angka enamnya!"
"Mau main berapa kali pun tetap aja ga ada sejarah buat lo menangin Ludo!" dan Hana langsung medesis sebal.
"Heh! Emang lo uler?"
"Iya! Gue telen lo bulet-bulet!"
Leon memutar bola matanya, "Jujur sama gue, lo ada masalah sama si om bangke? Dia ngapain lo? Sini biar gue tonjok!"
"Main tonjok aja lo. Lagian kenapa lo selalu nyebut dia dengan sebutan yang aneh-aneh? Om diabetes lah, om bangke lah. Dia punya nama, Yon. R-y-u-j-i." jelas Hana mengejanya.
"Bullshit! Gue ga peduli nama dia siapa, bagi gue dia busuk! Makanya nama om bangke lebih cocok buat dia--" Leon masih saja emosi, "--dan lo mending gausah mengalihkan topik, gue nanya ada masalah apa? Kalau lo gamau kasih tau, gue bakal turun di stasiun selanjutnya."
Hana menghela napas, "Ribet lo."
"Fine, gue turun," Leon berjalan pergi namun Hana langsung menjegal kakinya.
BHUK!
Leon sukses terjatuh dan menjadi pusat perhatian. "Na!!!" ia menatap tajam.
"Ups... sorry... kaki gue kepanjangan."
Pemberitahuan pemberhentian stasiun berikutnya terdengar, tanpa basa-basi Leon menarik tangan Hana untuk keluar.
"Gila ya lo?!" Hana menghempas tangan yang menariknya.
Leon tidak menjawab, ia malah terlihat tersenyum sinis ke arah kereta. "Asal lo tau, Na. Lo ga akan pernah lepas dari om bangke," dan ia beralih menatap Hana.
"Maksud lo apa sih?! Udah narik gue, ngomong ngelantur pula! Pergi deh lo, nyesel gue pulang bareng!" Hana pergi namun Leon menarik tangannya.
"Terima kasih ke gue karena gue ga balas dendam dengan ngejegal kaki lo."
"Lepas!" Hana menarik tangannya dengan kasar.
*****
Ring, ring, ring.
"Rokudaime-sama," salah seorang yakuza menyerahkan ponsel yang terus berdering, Ryuji menerimanya dengan tatapan tajam.
"Jangan kau ucapkan lagi panggilan itu. Panggil aku Ryuji," dan beep, ia mengangkat panggilan yang masuk.
"Ryuji-sama!" seru Takiro. "Maaf, tapi--"
"Kau kehilangannya?" potong Ryuji.
"Bagaimana anda tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...