"Tinggal tersisa satu bulan sebelum kompetensi Internasional, Hana. Apa kamu siap?"
"Bagaimana kamu yakin aku akan pergi?"
"Kamu tidak percaya diri?"
Hana tersenyum pada dosen yang membantunya selama ini. "Percaya diriku sangat cukup untuk membuatku pergi kemana pun aku inginkan tapi aku tidak yakin aku bisa pergi."
"Minggu depan akan menjadi kompetensi Internasionalmu, kamu pasti menang. Bukankah ini mimpimu untuk memenangkan penghargaan tertiggi, benar?"
Hana memandang hamparan langit dan membiarkan rambut panjangnya terbelai oleh angin, "Ya, benar."
Puk!
Dosen itu menepuk bahu Hana, memberikannya semangat, "Aku tau kamu sudah menderita cukup banyak, tapi jangan lupa kamu adalah pemilik dari hidupmu sendiri, tidak ada siapapun yang bisa mengatakan apa yang harus kamu lakukan. Kamu harus menjadi kuat dan mandiri, itulah yang kamu inginkan, benar?"
Hana menoleh, "Aku bersyukur kamu menjadi pembimbingku, kamu memberikan lebih dari apa yang bisa aku terima."
"Tidak, kamu salah. Kamu adalah yang memberikan lebih banyak. Anak lelakiku saat ini baik-baik saja semua karenamu."
Tidak ada lagi pembicaraan, baik Hana maupun dosen tersebut hanya melempar senyuman satu sama lain.
*****
Tok. Tok. Tok.
Ketukan di pintu terdengar, Mei yang sedang melihat rekam medis pasien merespon, "Silahkan masuk," dan langsung membereskan mejanya.
Cekrek.
Pintu terbuka, Mei langsung menyuruh tamunya untuk duduk.
"Anda siapa dan ada keperluan apa? Sepertinya saya hari ini tidak ada janji," jelasnya ramah.
"Anda dokter Mei? Saya melihat dari papan nama yang ada di luar. Saya Leon, Hana menyuruh saya untuk menemui anda."
Mei terlihat bingung, "Ya, saya dokter Mei dan saya juga kenal dengan Hana namun saya tidak mengerti kenapa Hana--" ia menjeda perkataannya dan melihat Leon dari atas sampai bawah, "--menyuruh adik untuk datang menemui kakak dokter ini."
Snap!
Leon merasa sarafnya baru saja putus setelah mendengar panggilan "adik" yang ditunjukan padanya.
"Ahh maaf, tapi panggil saja Leon."
Mei tersenyum, "Saya tidak bisa melakukannya. Sudah peraturan rumah sakit kami untuk memanggil pasien dengan penyebutan dan namanya. Saya tidak bisa menyebut "anda" terus menerus, maka dari itu Adik Leon harap bisa mengerti."
Leon menahan kesalnya, "Tapi saya bukan pasien."
"Oh seperti itu, tapi setiap orang yang datang ke rumah sakit kami, baik itu untuk berobat, menjenguk, atau keperluan lain akan tetap mendapat perlakuan yang sama. Salah satu misi kami adalah perilaku yang adil tanpa terkecuali," Mei menjelaskan dengan santai.
Leon menghela napasnya, baginya perempuan seperti Hana saja sudah membuatnya sakit kepala, sekarang ditambah dokter yang satu ini. Bisa-bisa kepala akan meledak.
"Whatever," ucap Leon, "Hana menyuruh saya menemui anda untuk meminta obat."
"Obat untuk?"
"Luka di kakinya masih membutuhkan obat. Dia bisa saja membeli di apotik luar, namun pria busuk itu menyuruhnya untuk meminta langsung padamu. Tapi hari ini dia sudah ada janji dan menyuruh saya untuk menemui anda," jelas Leon dengan sangat formal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...