Ryuji mendadak tuli, teriakan ramai orang-orang di sekitar tidak mampu membuat telinganya berfungsi menjadi normal. Ia tertunduk dan memandang tubuh Hana yang tergeletak bersimbah darah dengan ekspresi yang sukar diartikan.
Tangannya menggenggam erat tangan yang berlumur darah, napasnya serasa tercekat dan berat. Bahkan sekarang otaknya juga terasa ikut berhenti bekerja. Ryuji benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan.
Lalu lintas sendiri menjadi kacau. Banyak kendaraan yang akhirnya tidak bisa melanjutkan perjalanan karena banyaknya orang yang berkumpul dan juga karena tubuh Hana yang tergeletak persis di tengah jalan.
"Mas, adiknya bawa ke rumah sakit. Butuh penangan medis segera," ujar seorang wanita muda yang berani berbicara padanya karena tidak ada seorang pun yang berinisiatif.
Ryuji tak merespon apapun, ia hanya bergeming seraya mengeratkan genggamannya, berharap ini hanyalah ilusi.
Dari kerumunan terdengar suara seorang wanita yang berusaha membelah kumpulan manusia-manusia ini dengan tujuan mengetahui apa yang terjadi karena mobilnya kini harus terhenti karena sesuatu yang tidak ia ketahui.
"Tolong ya geser, saya mau ke depan sana," teriaknya dengan terus memaksa maju.
"Minggir, minggir, nanti kalau jatuh terdorong jadi marah," lanjutnya.
Wanita ini pun berhasil membelah kerumunan dan mendapati korban kecelakaan lalu lintas di hadapannya. Apa yang ia lihat cukup mengenaskan, seorang siswi karena ia jelas memakai seragam sekolah tergeletak bersimbah darah, belum lagi sekujur tubuhnya yang juga berlumuran darah membuatnya tidak dapat melihat jelas wajah korban.
Wanita ini pun menghela napas, "Aku bahkan belum sampai di rumah sakit dan sekarang sudah harus bekerja?" keluhnya namun mulai melangkah maju mendekati tubuh Hana seraya menggulung kemeja berwarna peach miliknya.
"Saya adalah dokter, bisa anda menyingkir sebentar, saya harus memeriksa keadaan korban," ucapnya kepada Ryuji yang hanya tertunduk.
Namun Ryuji yang sudah seperti robot rusak ini tentu tidak memberi reaksi apapun. Wanita ini kembali menghela napas dan menghiraukan pria yang ia yakini sedang dalam keadaan terkejut.
Ia kemudian berjongkok lalu meletakan jari telunjuk dan jari tengahnya untuk mengecek denyut nadi karotis yang terletak di leher.
Semua orang memperhatikan wanita ini tanpa banyak bicara. Ia kemudian menarik tangannya, dan mulai mengecek respon pupil mata Hana menggunakan senter khusus yang ia taruh di kantong depan kemejanya.
"Keadaan cukup parah. Korban sudah kehilangan banyak darah, nadinya pun terasa samar dan juga respon pupilnya tidak bagus. Anda harus segera membawanya ke rumah sakit. Rumah sakit terdekat dari sini adalah Rumah Sakit Mentari dan Rumah Sakit Huifu," lanjutnya.
"Tapi melihat dari kondisi korban, aku sarankan anda segera pergi ke Huifu karena mereka memiliki fasilitas yang sangat lengkap dan juga kebetulan aku adalah dokter di sana sekaligus pemiliknya. Aku akan langsung menyiapkan tim medis dan juga keperluan lainnya yang dibutuhkan."
Tak ada respon apapun, membuat wanita ini menjadi kesal. Ia pun menyenteri wajah pria yang sejak tadi hanya tertunduk ini.
"Saya tau anda sekarang seperti tidak memiliki nyawa, tapi anda sudah membuang waktu sepuluh menit di sini, semakin banyak waktu yang anda sia-siakan maka nyawa korban semakin dalam bahaya. Bahkan ia bisa saja meninggal di tempat," jelasnya.
Mendengar kata meninggal, Ryuji perlahan mengangkat wajahnya dan menatap wanita di depannya. Namun wanita ini malah terkejut.
"KAU??!!!" serunya penuh keterkejutan. Ia pun langsung memandang wajah korban yang berlumuran darah dengan seksama.
"Gadis ini?! Hana?!?" serunya kembali seraya memandang Ryuji dengan pupil yang membesar.
"Shit!!! Sooner or later I'm sure this will happen and now it has happened!" ia pun langsung berdiri dan melakukan panggilan.
"Selamat--" belum selesai orang diujung telepon mengucapkan salam, wanita ini sudah lebih dulu memotongnya.
"Dengarkan baik-baik, aku tidak akan mengulanginya dan tidak mau ada kesalahan. Sekarang cepat kirimkan--" namun ia terhenti, melihat keadaan sekitar yang sangat tidak memungkinkan untuk ambulans datang dalam waktu sepuluh menit, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk membawanya ke rumah sakit.
"Dokter Mei...? Anda meminta untuk dikirimkan ambulans?" tanya orang diujung telepon.
Mei melihat sekitar dengan cepat, dan berhasil menemukan gedung tinggi yang sangat ia yakini memiliki landasan helikopter.
"Tidak," tolaknya. "Sekarang kau terbangkan helikopter ke Jalan Kenanga. Aku akan berada di landasan helikopter gedung yang berwarna hijau tua. Suruh Dokter Tyson untuk ikut bersamanya, juga bawa persediaan kantung darah. Siapkan ruang operasi, semua dokter spesialis serta tim medis lainnya."
"Baik, saya mengerti."
"Aku ingin helikopter itu tiba di sini dalam waktu lima menit!" dan Mei menutup panggilan.
Ia kemudian beralih pada Ryuji dan melakukan hal yang mengejutkan. Ia menendang pria ini hingga terjungkal ke belakang. Ryuji tersadar dan menatap tajam Mei.
"Jika kau hanya terus bersikap seperti orang bodoh lebih baik kau pergi sekarang ke minimarket di sana untuk meminjam troli mereka. Pinjam dua troli dan bantu aku membawa Hana ke atas gedung itu jika kau ingin dia tetap hidup," tegas Mei.
"Troli? Bukankah kau meminta helikopter? Pasti mereka memiliki brankar bukan?" tanya Ryuji.
"Kau pikir gedung tersebut adalah rumah sakit? Tidak. Itu hanya gedung biasa. Elevator mereka bukan untuk tempat memindahkan pasien yang tertidur di brankar. Jadi lakukan saja apa yang aku katakan sekarang!"
Ryuji mengepal tangannya kencang dan segera bangkit melaksanakan perintah Mei. Sementara itu Mei sendiri mulai melakukan pemeriksaan untuk menemukan sumber luka yang terus mengeluarkan darah.
Ia harus berhati-hati karena jika salah menggerakan tubuh Hana sedikit saja, gadis ini bisa akan dalam bahaya besar. Tak lama Ryuji dan seorang karyawan minimarket datang dengan membawa dua troli.
"Kita harus memindahkannya ke atas troli. Tapi kita harus mengangkat tubuhnya bersamaan, tidak boleh ada gerakan yang fatal," jelas Mei.
Ia berdiri dan melihat sekitar, ia butuh bantuan namun tidak boleh dari sembarang orang. Setidaknya Mei harus yakin bahwa orang ini akan mengangkat tubuh Hana secara bersamaan dan benar.
Seorang wanita muda yang tadi berinisiatif menegur Ryuji mendekat, "Aku akan membantu," ucapnya seraya memasukan barang yang ia pegang ke dalam tas ranselnya.
"Aku tidak yakin kau bisa melakukannya," balas Mei meragu.
"Aku lebih baik dari siapapun di sini karena aku adalah mahasiswa profersi ners dan aku memiliki pengalaman untuk hal ini."
Mei menjetikan jarinya, "Nice! Very nice! Now, you can help me! Come on!"
Mei pun menjelaskan secara singkat kepada Ryuji cara mengangkat dan memindahkan tubuh Hana ke atas troli. Ini sangat mudah, Mei akan memegang bagian kepala, Ryuji memegang bagian tengan dan mahasiswa profesi ners ini akan memegang bagian kaki. Sementara karyawan minimarket bertugas untuk menjaga kedekatan antar troli dan juga menjaga agar troli tidak bergerak kemana pun.
Dengan usaha ekstra yang penuh kehati-hatian, Hana berhasil dipindahkan ke atas troli. Mereka bertiga pun membawa tubuh Hana menuju gedung yang dimaksud.
°•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•°
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang hidup di tengah keluarga yang...