Bagian 52 - Problem

3K 178 1
                                    

Sudut bibir yang berdarah dan lebam di sudut mata tetap tidak membuat Leon menghentikan tatapan tajam dan gertakannya kepada sederat siswa yang sudah babak belur dia hajar.

Bam!

Kepala sekolah menggebrak meja melihat tingkah laku Leon yang tanpa takut tersebut.

"Kamu pikir kamu jagoan?!"

"Jagoan atau bukan, mereka semua pantas dipukul."

"Diam kamu!"

"Yon..." Hana mencoba meredam kemarahan sahabatnya itu.

"Kamu ini bukan hanya memukul satu tapi sepuluh siswa! Belum lagi siswi yang kamu takut-takuti itu! Ini bukan permasalahan sepele yang bisa diselesaikan dengan skorsing oleh guru konseling!"

Leon hanya memutar matanya jengah.

"Dan kamu, Hana. Apa penjelasan kamu setelah absen selama ini? Kamu pikir sekolah hanya tempat rekreasi yang kamu datangi ketika bosan?!" dan Hana hanya terdiam.

"Pfft..." Leon menahan tawanya, "Tempat rekreasi yang didatangi ketika bosan? Lelucon macam apa itu?"

"Leon!" Kepala sekolah kembali menegurnya.

"Maaf pak, tapi saya kalau bosan ga akan pernah datang ke tempat seperti ini, yang semua isinya cuma sampah."

"Tolong dijaga ucapan kamu, Leon," ujar guru konseling ikut berbicara.

Kepala sekolah memegang kepalanya, pusing dengan sikap Leon yang memberontak itu.

"Apa yang akan kamu lakukan sekarang? Mereka sudah babak belur, tidak mungkin melupakan masalah hanya dengan permintaan maaf."

"Siapa juga yang mau minta maaf? Lagi pula permasalahan semua sudah kelar. Saya bilang untuk menyelesaikannya sekarang juga dengan melawan saya, dan mereka semua maju. Saya dan mereka sudah sama-sama melawan, jadi semua permasalahan selesai. Kalau babak belur itu salah mereka, siapa suruh menjadi lemah?"

Hana kesal mendengar omongan Leon yang tidak masuk akal itu, ia akhirnya mencubit paha Leon yang duduk tepat disebelahnya.

"Akh! Hana...!"

"Maaf pak, ini semua kesalahan saya. Leon hanya mencoba membela saya dan pada akhirnya semua terjadi. Saya meminta maaf atas nama Leon," ucap Hana.

"Loh, Na? Ga bisa gitu dong. Lo ya lo, gue ya gue. Jangan main ambil permasalahan orang aja," sanggah Leon.

Hana meliriknya tajam, "Keep your bacot, please!"
(Tolong jangan banyak bacot!)

Ia kembali menghadap ke kepala sekolah, "Saya akan mengambil semua konsekuensi semua permasalahan hari ini, juga termasuk ketidakhadiran saya selama ini."

"Ga ada! Ini masalah gue!" ujar Leon keras kepala.

Guru konseling menghela napasnya, dan menyuruh para siswa yang babak belur untuk keluar dan membiarkan ini menjadi obrolan hanya diantara mereka berempat.

"Jadi mau kamu apa, Hana? Mengambil semua tanggung jawab bisa membuat kamu dikeluarkan. Meskipun kamu siswi kebanggaan sekolah, tetap tidak ada dispensasi untuk kamu."

Hana mengangguk mengerti, "Saya sangat tau itu, pak."

"Kalau bapak melimpahkan semua kesalahan ke Hana. Saya pastikan kredibilitas bapak akan jatuh bahkan bapak akan dipecat! Bagaimana mungkin seorang kepala sekolah mengkambinghitamkan seseorang atas semua masalah? Saya tidak main-main."

Beep.

Kepala sekolah menekan tombol telepon mejanya, "Halo, sekuriti? Tolong amankan satu siswa yang anarkis sekarang."

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang