Part 72

1.3K 118 39
                                        

.
.
.
"Kau berubah Ji.. Hiks.."

Air mata Dara menetes. Jiyong yang menyadari jika istrinya menangis langsung berbalik badan.

"Heeii.. kenapa kau menangis?." Tanya Jiyong yang kelimpungan melihat istrinya menangis. Jiyong menghapus air mata yang mengalir di pipi wanita tercinta nya ini.

Bukannya tambah diam dara malah tambah menangis terisak.

"Sayang.. hei... Ssstt... Maaf maaf.. aku minta maaf kalau aku menyakitimu.. maaf sayang.. maaf.."

Jiyong merengkuh Dara ke dalam pelukannya dan dibalas Dara dengan pelukan erat pula.

Setelah setengah jam memeluk Dara dan mencoba menenangkan Dara, upaya Jiyong berhasil. Dara sudah lebih tenang. Walaupun masih sesenggukan.

Jujur saja. Kaki Jiyong mulai pegal berdiri.

"Ayo duduk dulu.." Jiyong menggiring Dara yang masih bersembunyi di pelukannya.

Jiyong mendudukkan Dara yang masih sesenggukan menangis di pangkuannya.

"Ssstt.. sudah.. aku ambilkan minum ya?."

Dara menggeleng.

"Dara, hei.."

Jiyong memegang kepala Dara dan menghadapkan agar Dara menatap kepadanya. Hatinya seperti tercubit melihat istrinya menangis hingga matanya sembab dan mukanya memerah.

"Sayang, katakan. Kenapa kau menangis?." Tanya Jiyong lembut dengan menghapus pipi Dara yang basah.

"Kau.. hiks.. kau berubah.."

"Berubah?. Aku berubah bagaimana?."

"Kau mengacuhkanku selama seminggu ini.. hiks.. kau keterlaluan..hikss..huaa.."

"Ssstt sstt kenapa menangis lagi?. Sudah sayang."

"Kau berubah Ji.."

"Aku tidak berubah."

"Ya. Kau berubah. Kau berubah. Kau berubah." Ucap Dara sambil memukul mukul pelan dada Jiyong.

"Arraseo.. Arraseo.. aku berubah bagaimana?."

"Kau selalu saja tidak sadar dengan kesalahanmu."

"Sayang.."

"Kau mendiamkanku selama seminggu. Kau jahat. Hiks.. kau jahat padaku."

"Mianhae.. aku tidak bermaksud mendiamkanmu. Sungguh.."

"Lalu kenapa kau bersikap begitu." Tanya Dara kesal.

"Aku.. eem.. aku.. bagaimana cara bicaranya ya."

"Mwohae?."

"Aku hanya.. hanya takut lepas kendali." Jawab Jiyong pelan.

"Lepas kendali?."

Jiyong dengan polosnya mengangguk.

"Lepas kendali apa Ji?."

"Lepas kendali itu.. aku ingin itu dara.."

"Itu apa Ji?."

"Itu.. ber.. bercinta." Jawab Jiyong pelan namun masih dapat didengar oleh Dara.

"NE???."

"Iya Dee.. aku takut lepas kendali. Aku takut kau masih trauma."

"Trauma?."

"Em ne.. Trauma karena keguguran itu."

Dara diam. Ia sangat tidak kepikiran jika suaminya itu mendiamkannya selama seminggu hanya karena takut meminta kebutuhan nya?. Ya Tuhan.. Dara merasa buruk disini. Ia membuat suaminya hingga seperti ini.

The Best Choice EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang