Part 28

1.5K 138 22
                                        

.
.
.
Pagi sudah hampir tergantikan oleh siang. Jam tengah menunjukkan pukul 10.30 KST. Terlihat seorang wanita dengan perut buncitnya menggeliat tanda ia bangun dari mimpinya. Ia meraba ke samping tempat biasanya seseorang yang membuatnya merasa nyaman saat tidur. Namun yang di dapatinya tempat itu kosong.

"Kemana jiyong?." Batin dara.

Dara terduduk kemudian mengarahkan pandangannya ke segala sudut kamarnya. Sepi. Hanya ada dia sendiri yang ada di ruangan itu.

Cklek~

Dara mengarahkan pandangannya pada pintu yang terbuka itu. Terlihat jiyong masuk dengan nampan yang berisi roti gandum, susu, dan buah.

"Oh kau sudah bangun?." Tanya jiyong masih dengan suara seraknya. Jujurnya badannya masih sedikit lemas. Namun dasar jiyong. Ia punya pikiran dia akan lebih merasa sakit jika hanya di buat diam saja.

Dara hanya diam sambil mengamati jiyong yang terlihat sedikit rapi.

Dara hanya diam sambil mengamati jiyong yang terlihat sedikit rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Nb : anggep aja jiyong pakek itu ye 😁)

"Kenapa kau diam?. Aku tau aku tampan sayang. Jangan melihat ku begitu."

"Kau mau kemana?." Tanya dara dengan wajah datarnya.

"Ne?."

"Kau sudah rapi. Kau mau kemana?."

"Aku mau ke studio. Yang lain sudah-“

“Terserah." Ucap dara kesal kemudian berlalu ke kamar mandi kemudian membanting pintunya.

Jiyong tau pasti akan menjadi seperti ini jika dara tau dia akan ke studio.

Jiyong memutuskan menunggu dara untuk berpamitan secara baik baik. Ia tidak mau istrinya semakin marah.

Dara sudah keluar dan langsung berlalu ke walk in closet miliknya dan jiyong tanpa memperdulikan jiyong yang masih ada disana. Jiyong mengikuti dara kemudian memeluk dara yang sedang memilih baju dari belakang.

"Mian.. Jangan marah." Bisik jiyong.

Dara diam.

"Dee.. aku hanya ke studio."

"Ya sudah berangkat saja sana. Kenapa kau masih disini." balas dara ketus kemudian melepaskan paksa pelukan jiyong dan keluar dari ruangan itu.

"Dee.. jangan begitu."

"Ya sudah pergi. Aku memang tidak punya hak melarang melarangmu. Memang kau selalu semaunya. Aku tau aku bukan siapa siapa. Jadi pergi saja. Kenapa menunggu ku."

"Kau istriku. Kenapa kau tidak punya hak?. Kau bebas melarangku apapun sayang."

"Untuk apa aku melarang kalau ujungnya kau semaunya."

"Dee.."

"Jangan sentuh aku." Tolak dara saat jiyong mau memeluknya.

"Jangan marah marah.. tidak baik untuk baby."

The Best Choice EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang