.
.
Jarum jam menunjukkan pukul 06:15 KST. Dara membantu sang mertua yang tengah menyiapkan sarapan yang juga dibantu oleh para maid."Kau duduk saja dara. Jangan terlalu lelah."
"Aniyo eommanim. Aku tidak lelah."
"Heissh kau ini. Sama saja dengan suamimu, keras kepala." Kesal eomma kwon namun tetap dengan nada yang lembut.
Menyebut kata suami, dara jadi ingat jika ia tengah marah pada suaminya itu yang berujung saling mendiamkan satu sama lain. Lebih tepatnya ia yang mendiamkan lelaki itu.
Tadi saat ia bangun tidur dara kembali merasa bersalah karena ia melihat jiyong tidur dengan pulasnya walaupun di sofa. Sangat ketara sekali jika suaminya itu dalam keadaan lelah. Tapi bagaimana lagi. Ia kesal dan marah pada jiyong karena tidak mau jujur jika kiko sering menghubunginya. Dara takut. Dara takut jika jiyong kembali berpaling lagi darinya kepada wanita itu.
"Dara.. Hei.." Panggilan dan goncangan di bahu oleh mertuanya itu membuat dara tersadar akan lamunannya.
"Ada apa nak?. Kau melamunkan apa?."
"A..aniyo eomma." Jawab dara dengan terbata.
"Kau ada masalah?."
"Aniyo eomma. Aku baik baik saja."
"Jangan berbohong nak. Matamu tidak bisa membohongi eomma. Kalau kau ada masalah, ceritakan. Berbagilah pada eomma, appa, dami, jiyong atau siapapun. Jangan dipendam sendiri. Kau sedang hamil. Kau bisa merasa stress dara. Dan itu tidak baik untuk kandunganmu." Jelas eomma kwon.
Dara berkaca kaca. Air matanya hampir turun. Eomma kwon yang melihatnyapun menarik dara untuk kepelukannya. Disitu tangisan dara pecah. Dara membalas pelukan eomma kwon dengan eratnya.
"sssstt... sudah.. sebenarnya ada apa hm?." Tanya eomma kwon lembut sambil melepas pelukannya kemudian menghapus air mata dara.
Dara hanya menggeleng dengan sesegukannya. Ia tidak mau menceritakan ini pada orang lain karena dara belum tau kebenarannya.
Dari kejauhan jiyong melihat semuanya. Ia melihat dara yang menangis di pelukan eomma nya. Jiyong berpikir kenapa masalahnya dengan dara semakin rumit. Memang ia salah tidak memberi tahu dara jika kiko menghubunginya kembali dan membuat dara seperti ini. Ia takut. Ia takut masalah ini berpengaruh pada dara dan kandungannya. Dari semalam jiyong berpikir bagaimana cara agar dara memaafkannya.
.
.
.Semua sudah berkumpul di meja makan. Hanya jiyong yang belum.
"Jiyong kemana dara?." Tanya appa kwon.
"Sepertinya masih tidur appa. Aku akan panggilkan." Jawab dara.
"Tidak perlu. Aku sudah ada disini." Sahut jiyong yang tiba tiba sudah berjalan dan langsung duduk disebelah dara.
"Selamat pagi.." Sapa jiyong.
"Selamat pagi sayang.Cup~ ... Selamat pagi baby kwon.Cup~" Sapa jiyong seperti biasa. Menyapanya dan baby kwon dengan kecupan. Seperti tak terjadi apapun.
Dara menatap jiyong lekat dengan tatapan tajamnya.
Eomma kwon tambah yakin jika anak dan menantunya itu tengah bertengkar karena dara tidak seperti biasanya. Dara akan tersenyum manis setiap jiyong seperti itu. Namun yang ia lihat barusan dara yang diam sambil menatap jiyong tajam dan saat mulai makan dara tak ada senyum namun tetap melayani jiyong seperti biasa.
"Ji, ada titipan dari dami tadi. Tapi ada dikamar eomma. Setelah makan ikut eomma ne."
Jiyong mengerut heran. Tumben sekali noonanya tidak memberikan padanya langsung. Lagian noonanya kan besok berkunjung kemari. Kenapa tidak besok saja.