"Jadi ini yang namanya bertemu dengan Honey Lee?."
.
.
"Jiyong?.""Kau menitipkan Jisoo di rumah eommaku sedangkan kau bertemu MANTAN kekasihmu?." Tanya Jiyong dengan tajam.
"Ji, kau.. kau salah paham." Ucap Dara merasa ketakutan.
"Aku tidak menyangka Dara. Apa yang aku katakan semalam terjadi. Dan kau. Kau sudah mempunyai istri. Tapi masih ingin mengambil istri orang lain??. Kalian hebat." Ucap Jiyong nada datar sebelum berlalu pergi dengan wajah memerah menahan marah.
"Ji.. kau salah paham.. Ji.. Jiyong.." Dara mengejar Jiyong dan berhasil meraih lengan Jiyong namun dilepas kasar oleh Jiyong. Dara kembali memegang erat lengan Jiyong.
"Ji.. kau salah paham." Kata Dara dengan nada bergetar dan air matanya pun sudah mengalir keluar.
"Lepaskan."
"Ji.."
"Aku bilang Lepaskan."
"Jiyong.. kau salah paham.. dengarkan penjelasanku terlebih dahulu. Kau salah paham."
"LEPASKAN !!!." Dara terjatuh karena hempasan kasar tangan Jiyong. Jiyong merasa tak tega. Namun rasa kecewanya menguasainya.
"Hyung, jangan begitu." Ucap Daesung menolong Dara yang terjatuh hingga lutut Dara tergores. Jangan lupakan hils nya yang kini membuat kakinya terkilir.
Wajah dan mata Jiyong memerah. Jiyong benar benar marah padanya. Dan baru kali ini bersikap seperti ini padanya.
"Ji.." panggil Dara lirih.
Jiyong memalingkan muka. Ia langsung masuk ke mobil mewahnya dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi.
"Noona.. kau baik baik saja?." Tanya Daesung.
"Aku harus mengejar Jiyong.. hiks.. Aku harus mengejar Jiyong, Daesung-a.. Jiyong salah paham.." Ucap Dara kalut. Jika wajah Jiyong memerah karena marah, sedangkan Dara sebaliknya. Wajah Dara memerah karena menahan raungan tangisannya.
Dara mencoba berdiri namun oleng dan langsung ditahan oleh Daesung.
"Noona, kau terluka. Biar aku yang menyetir. Akan bahaya jika kau yang menyetir." Ucap Daesung.
"Sandara.. "
Dara dan Daesung menoleh.
"Sandara.. suamimu apa salah paham?."
"Apa kau perlu berbicara seperti itu sedangkan kau sudah tau jawabannya?." Ucap Daesung sedikit sinis.
"Maaf, tapi aku tidak bermaksud membuatnya salah paham. Aku hanya ingin mengundang Dara dan keluarganya ke acara keluargaku yang aku adakan di Seoul."
"Acara?." Tanya Daesung lagi.
"Ne.. acara baby shower istriku. Jika kalian member Bigbang bisa, kalian juga bisa datang" Lanjut Joseph sambil memberikan undangan. Daesung menerima undangan itu.
"Daesung.. aku harus mengejar Jiyong."
"Sandara, sekali lagi aku ucapkan maaf karena membuat suamimu salah paham."
"Ne.. tak masalah. Aku pergi dulu. Maaf.."
Dara dan Daesung mengikuti mobil Jiyong yang sudah jauh di depan.
"Kita kemana Noona?. Langsung rumahmu?."
"Rumah eomma Jiyong. Jiyong pasti kesana." Jawab Dara dengan nada bergetar. Tak hanya suaranya, badannya pun ikut bergetar takut.
Tak sampai 30 menit mereka sudah sampai di kediaman keluarga Kwon. Dan benar. Mobil Jiyong terparkir disana. Dara langsung keluar. Di dalam mobil ia sudah melepas hillsnya. Alhasil Dara keluar berjalan pincang tanpa alas kaki.
"Noona, kakimu sakit. Biar aku papah." Tawar Daesung.
"Ani.. aku baik baik saja. Aku harus bertemu Jiyong."
"Noona, wajahmu sudah pucat."
"Ani.. hiks.."
Daesung berjaga jaga dibelakang Dara jikalau Data terjatuh ataupun pingsan.
Mereka masuk ke dalam rumah Kwon tergesa gesa tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Jiyyoong.. Jiyong kau dimana?." Panggil Dara.
"Dara.."
"Eommanim?."
"Ya Tuhan nak.. kau kenapa?." Tentu ia kaget saat melihat menantu kesayangannya yang berantakan.
"Jiyong-"
Semua mata menoleh kearah yang sama. Yaitu Jiyong yang turun dari tangga sambil menggendong Jisoo yang tengah tertidur.
"Ji.. kau-" Dara menghampiri Jiyong dan kembali menahan lengan Jiyong. Namun tetap ditepis. Dara dengan sigap memeluk Jiyong dari belakang membenamkan wajahnya disana.
"Ji.. kau salah paham sungguh. Hiks.. kau salah paham.. dengar aku dulu Ji.. hiks.. dengarkan aku.."
Jiyong terdiam. Hatinya sakit mendengar istrinya menangis hingga segininya. Ia juga menyesal telah membuat luka di kaki istrinya. Tapi ia benar benar kecewa. Sungguh kecewa. Kenapa Dara tidak Jujur?.
"Lepaskan Dara."
"Ani.. kau mau kemana. Jangan bawa Jisoo.. Hiks.. aku tau aku salah.. tapi kau salah paham.. hiks.. dengarkan aku. Aku mohooonn... Hiks. Jangan pergi. Jangan pergi."
Jiyong melepaskan paksa pelukan Dara. Jiyong berbalik menatap Dara yang menangis.
"Aku kecewa padamu."
"Kau salah paham..."
"Apa yang salah paham. Aku melihat dengan kedua mataku sendiri. Kalian berpegangan tangan dengan mesrahnya."
"Dengarkan aku dulu."
"APA YANG HARUS AKU DENGARKAN." Bentak Jiyong. Untungnya Baby Jisoo yang ada digendongnya hanya menggeliat.
"KAU SALAH PAHAM. KENAPA KAU SELALU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN KU !!!. KAU SELALU SEENAKNYA SENDIRI KWON JIYONG. KAU SELALU MENYALAHKAN KU TANPA MENDENGARKANKU. KAU-"
"Jiyong !!!."
"Hyung !!!." Seru eomma Kwon dan Daesung saat Jiyong akan menampar Dara.
Ucapan Darapun terhenti karena tangan Jiyong terangkat akan menamparnya. Dara memejamkan matanya takut.
Jiyong terpaku dengan nafas berburu. Hampir saja ia melukai istrinya. Ia memukul istrinya. Untung ia dapat menahan emosinya kembali. Jika tidak, ia tidak akan memaafkan dirinya karena memukul istrinya.
Jiyong berbalik dan kembali berjalan keluar. Air mata Jiyong menetes.
"Jiyong.. jangan pergi.. hiks.. jangan bawa Jisoo. KWON JIYONG !!!!" Raung Dara yang kemudian pandangannya gelap.
"Ya Tuhan Dara.." Ucap Eomma Kwon histeris.
"Noona... Astaga Noona. Bangun Noona." Ucap Daesung mencoba menyadarkan Dara yang sudah tak sadarkan diri.
"Daesung.. tolong bawa Dara ke kamar Jiyong."
"Ne, eommanim.."
Daesung menggendong Dara. Sedangkan eomma Kwon menelpon dokter pribadi keluarga mereka.
Jiyong tau. Jiyong tau jika Dara pingsan tak sadarkan diri. Hampir ia berbalik. Namun ego kembali menahannya.
.
.
.
.
TBC 😎Ciiee double up sungguhan. 😂😂
Ada yang masih bangun?.
Ada yang masih nungguin?.Hehe.. enjoy our story 😘