Jisoo berjalan cepat menuju kelasnya. Ia berangkat lebih pagi hari ini. Entah mengapa ia rasanya ingin menghindari Jennie saja hari ini. Tersadar di pagi hari bangun dalam kungkungan lengan Jennie yang masih setia melingkar di perutnya menimbulkan perasaan aneh dalam dirinya.
"Eits!" gadis pemilik sepasang sepatu putih di hadapannya ini terkejut karena tertabrak bahunya. Jisoo yang terkejut termundur ke belakang. Gadis itu menarik tangannya, menahan Jisoo yang sudah kehilangan keseimbangan agar tidak terjatuh. Mereka bertatapan sekarang. Gadis itu tersenyum.
"Makanya hati-hati. Pagi-pagi begini kau mau kemana sih?"
"Cha-chaeyoung?" Jisoo menormalkan detak jantungnya yang sempat terkejut tadi.
"Sudah sarapan? Mau makan dulu? Kutraktir." Tawar Chaeyoung.
"Kau juga, kenapa pagi-pagi sekali?" Tanya Jisoo.
Chaeyoung mengendikkan bahunya.
"Aku memang rajin datang pagi kok."
"Tapi biasanya tidak sepagi ini?"
"Curigaan mulu deh." Chaeyoung merasa seperti seorang tersangka penuh dosa sekarang.
"Aku ke kelas dulu." ujar Jisoo.
Jisoo melangkah ke kelasnya. Ia meletakkan tasnya, mengeluarkan buku dan alat tulisnya. Tangannya seperti biasa meletakkan barang-barangnya ke dalam laci.
"Hmm? Tumben hari ini tidak ada?" pikir Jisoo.
"Cari apa?" tanya Chaeyoung yang tiba-tiba sudah muncul lagi di hadapannya.
"Itu..."
"Makanan dan surat dari pengagum rahasiamu?"
Jisoo mengangguk.
"Kenapa kau peduli pada secret admirer-mu sih?" Chaeyoung menunjukkan wajah sebalnya.
"Sebenarnya aku harus cepat menangkapnya dan membuatnya menghentikan semua ini." balas Jisoo. Raut wajahnya serius, tampak berpikir.
"Itu, disana. Aku memindahkannya." Chaeyoung menunjuk loker Jisoo.
"Jangan bilang kau yang menaruhnya." Jisoo menatap Chaeyoung dengan tatapan penuh harap menemukan jawaban serius darinya.
"Aku tidak menaruh roti di lacimu."
Chaeyoung menjawab serius sambil menggeleng.
"Aku menaruh hati padamu." lanjutnya sambil tertawa.
Jisoo salah kalau menanti jawaban serius dari Chaeyoung.
"Haaah... Kau ini!" Jisoo memukul tangan Chaeyoung.
"Aw... Sakit... Tapi..." Chaeyoung diam, tidak melanjutkan kalimatnya.
"Tapi apa?" Tanya Jisoo.
"Tapi aku rela disakiti olehmu kok." lanjutnya.
"Chaeyoung!" Jisoo gemas dibuatnya.
"Hahaha. Ayo ke kantin. Kita makan saja berdua. Lebih baik makan berdua daripada berduaan di kelas, nantiiii..."
Chaeyoung mengarahkan jari telunjuknya dan memajukan wajahnya kearah Jisoo sambil menyipitkan matanya. Jisoo memundurkan kepalanya.
"Chaeyoung!"
"Iya, iya, ayo. Sebelum bel masuk." Chaeyoung menyeret Jisoo yang sudah melotot sebelum gadis cantik itu marah lagi.
***
"Selalu mengagumimu dari jauh. Jisoo, jangan lupa, kau selalu luar biasa."
Isi surat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.