"Dia berjalan tapi tak tahu tujuan.
Bicara tapi tanpa niat.
Makan tapi tidak berharap hidup.
Menjalani rutinitasnya dengan kosong.
Berharap sesuatu yang bahkan tidak bisa ia dapatkan."
Seulgi menatap orang yang berdiri di sebelahnya.
"Apa yang bisa kita lakukan untuknya?"
"Tidak ada."
"Kau yakin? Kau bohong kan? Kau bisa melakukan apapun!"
Dewa pencabut nyawa itu hanya diam saja disamping Seulgi tanpa melihatnya, tapi Seulgi tahu nenek itu sedang meliriknya diam-diam.
"Oh ayolah bantu Jisoo! Pertemukan ia dengan Jennie! Buat mereka segera bersama bukannya memisahkan mereka seperti ini!"
Seulgi berteriak geram.
"Kita biarkan dulu seperti ini dan jangan ikut campur. Lagipula itu keinginan anak itu sendiri."
"Tapi itu menyakitkan."
"Nikmati rasa sakitnya." ujar Dewa Kematian.
"Dasar nenek gila psikopat!"
"Apa kau bilang?" Dewa pencabut nyawa menatapnya dengan tatapan tajam.
"Ah.. Eh.." Seulgi pucat seketika.
"Kemari. Sekarang kau punya tugas tersendiri. Kesana. Kita lihat seberapa hebat kau."
Dewa Kematian menjentikkan jarinya, dan Seulgi berubah menjadi seekor kupu-kupu.
Ia tidak bisa bicara, ia hanya bisa terbang perlahan-lahan sesuai kehendak Dewa Kematian, tidak bisa memilih arah semaunya.
Bergerak mendekati Jisoo yang sedang termenung disamping Irene yang sedang berbicara dengan Lisa dan Chaeyoung.
Tidak ada yang bisa mengubah ekspresi datar Jisoo beberapa bulan ini hingga Seulgi menempel di bahunya, dan...
"Eh, ada kupu-kupu di bahumu." gumam Irene.
"Cantik." sahut Chaeyoung.
"Yang kau maksud cantik itu kupu-kupunya atau Jisoo? Hm?" sungut Lisa.
Sedetik kemudian Jisoo berteriak dan menarik buku yang sedang dipegang Irene kemudian memukul kupu-kupu itu berkali-kali.
"Mwo?!" Chaeyoung kaget melihat Jisoo.
"Hei nanti itu bisa mati!" Irene panik melihat kupu-kupu naas itu. Sudah dipukul, terbang pun masih dilempari Jisoo.
"Hei, dia kembali." Berbeda dengan Lisa yang tersenyum lega melihat Jisoo bisa berekspresi setelah berminggu-minggu ditinggal Jennie.
Chaeyoung menoleh pada Lisa.
"Kau mengamatinya?"
"Iya." Lisa mengangguk, masih tersenyum menatap Jisoo yang kedua tangannya sedang dipegang Irene.
"Hmmm..." Chaeyoung tampak berpikir.
***
"Bagaimana?" Dewa Kematian tersenyum setelah mengembalikan Seulgi ke wujud aslinya.
Seulgi menepuk-nepuk celana dan setelan jasnya, membersihkan debu.
"Terima kasih sudah mengajariku arti dari kematian. Aku benci buku mulai sekarang!"
***
Jisoo berbalik ke belakang. Ia was-was. Belakangan ini ia merasa dibuntuti seseorang.
Jika kemarin ia mempercepat jalannya, hari ini ia berhenti dan menatap tepat kearah belakangnya.
Ia menunggu, tapi tidak terjadi apa-apa.
"Mwo? Sedang apa dia dibalik situ?" Seulgi mengamati dari atas atap. Ia sedang ingin menjemput nyawa di dekat sini.
Orang itu menangkap citra Jisoo ke dalam kameranya.
"Hei, itu ilegal!"
"Jangan banyak berkomentar! Ayo!" Dewa kematian memukul kepala Seulgi dari belakang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.