"Kau, mulai besok jangan sampai ada yang tau kalau kita kakak beradik. Lebih baik kau berpura-pura tidak mengenalku kalau kau mau selamat dan hidup tenang di sekolah."
Ucapan Jennie sejak hari pertama ia mengetahui jika Appa mendaftarkanku di sekolah yang sama dengannya.
"Pergi! Jangan pernah masuk ke kamarku apalagi berani menggangguku!"
Yang ini saat aku mencoba menyapanya saat ia berada di dalam kamar.
"Tidak usah perduli padaku dan jangan mencampuri hidupku! Kau, tidak akan pernah mendapat tempat di hidupku. Status kita, hanya kakak adik tiri yang bahkan beda orangtua sama sekali! Jadi anggap saja aku tidak ada dan kau bukan siapa-siapa."
Bentak Jennie ketika aku menegurnya saat ia pulang larut malam entah darimana. Kata-katanya terdengar menyakitkan, seperti ia telah melalui hari-hari yang sulit, suram, dan menyedihkan.
"Enyahlah. Makan saja sendiri sarapanmu."
Yang ini ketika aku mengajaknya sarapan bersama sebelum berangkat ke sekolah. Tidak masalah, aku hanya mencoba menjadi sosok teman yang dapat menenangkannya di dalam rumah. Setelahnya aku selalu bangun lebih pagi dan berangkat lebih dulu ke sekolah setelah menyiapkan sarapan untuk kami, dan yang kuketahui belakangan bahwa Jennie menghabiskan sarapan yang kubuatkan untuknya.
"Ah, kunci lokerku ketinggalan."
Aku kembali berjalan ke rumah setelah sampai di lorong luar kompleks. Aku membuka pintu rumah.
"Uhuk! Uhuk!"
Dan Jennie terbatuk, mulutnya penuh roti. Buru-buru ia menghabiskan susu putih yang tinggal setengah.
"Jennie, pelan-pelan saja. Tidak apa-apa."
Aku mendekatinya, mengelus punggungnya pelan. Tapi Jennie segera berdiri.
"Jen."
Aku menarik tangannya, tapi Jennie tepis dengan keras. Setelahnya ia pergi keluar, yang kutebak segera menuju ke sekolah.
Aku tersenyum mengingat kenangan lucu itu. Bisa kutebak Jennie orang yang sangat keras kepala tapi lucu, ia hanya gengsi.
"Heh, berikan uangmu kalau kau mau selamat hari ini."
Krystal menarik kerah bajuku.
"Lepas!"
Aku berusaha melepas tangannya di kerahku.
"Berani melawan?! Sini! Kau lupa rasanya disiksa ya?!"
Krystal menarikku hingga aku berdiri, ia menyeretku ke loker lalu menghempasku hingga punggungku menghantam loker di belakangku.
"Ah!"
Percuma aku melawan, tenaganya lebih besar.
"Dasar jalang!"
Krystal akan melayangkan tangannya ke pipiku, aku memejamkan mata.
1 detik, 2 detik, aku membuka mataku. Cengkeraman tangan Krystal di kerahku tak kurasakan lagi.
"Dasar berengsek."
Kulihat Krystal tersungkur di lantai. Mataku tak percaya melihat Jennie mengatai Krystal berengsek. Krytal tampak kesakitan seperti habis diterjang sesuatu, ia meringis memegangi tangannya.
"Kau, enyah sekarang kalau tidak mau urusan jadi panjang."
Jennie menatap Krystal dengan tatapan tajam yang mengerikan. Aku bergidik ngeri, belum pernah melihat Jennie semarah ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.