You 54: Saranghae Jisoo

1.5K 175 46
                                    

"Kau tahu kenapa langit mendung?"

Jennie bertanya padaku. Siang ini kami hanya memakan semangka di teras kayu yang menghadap ke halaman belakang rumah.

"Karena mau hujan?"

"Itu satu. Ada alasan lain?"

"Kau ini, mau ulangan fisika atau apa sih?"

Jennie mendengus, ia tertawa lalu menggulung lengan kaos putihnya yang sudah pendek itu.

"Langit mendung karena mau hujan, karena mataharinya hilang tertutup awan."

Jennie memandang langit diatas kami. Matahari sore ini masih terik dan tidak tertutup awan, walaupun ada awan-awan disekitarnya.

"Kau tahu Jisoo? Kau itu matahari dan aku langit."

Jennie memandangku.

"Hmm?"

Aku menatapnya, bingung, dan menunggu kelanjutan kalimatnya.

"Kau itu matahari, dan aku adalah langit. Makanya, kau jangan sampai tertutup awan-awan lain agar langit ini tidak mendung."

Jennie tersenyum kecil, ia mengambil sepotong semangka merah diatas piring biru disamping kami.

"Lihat."

Jennie menunjuk langit.

"Awannya bergerak. Tebak mereka kemana."

"Ke barat, mencari kitab suci."

Jawabku, asal.

"Eh, absurd sekali jawabanmu."

Jennie tertawa, dia mencubit pelan pinggangku.

"Ya kemana memangnya? Awannya semakin dekat ke matahari."

Aku jadi ikut memperhatikan awan-awan putih yang berarak-arak pelan diatas sana, lambat laun sedang mendekati matahari.

"Ya, benar. Awan-awanya bergerak mendekati matahari. Saingan langit banyak, kan?"

"Iya. Banyak."

Jennie cemberut menatapku.

Aku tertawa melihat wajah lucunya. Aku tahu benar maksudnya. Paham dengan baik perumpamaannya.

"Yah, walau banyak saingan, langit tetap butuh matahari. Karena tanpa matahari bahkan langit pun tidak akan terlihat, bukan? Dunia tidak ada artinya lagi tanpa matahari."

Jennie menatapku dengan tatapan penuh arti. Ingin mengalihkan mataku, tapi aku seperti terbius oleh tatapannya.

"Kan ada bintang."

"Aish Jisoo! Aku sedang membangun suasana malah kau patahkan."

Jennie beringsut kesal, ia membelakangiku. Sesaat kemudian ia menoleh.

"Tapi matahari juga bintang."

Oh, masih bisa jawab anak ini.

"Kata siapa?"

Aku mulai tersipu.

"Wikipedia."

"Ah kau ini!"

Aku memukul lengannya, gemas.

"Kesal kan? Hahaha."

Jennie menunjukku dengan jarinya.

"Matahari itu bintang dan pusat tata surya. Tetaplah bersama langit dan terangi dunianya."

Jennie berdiri.

"Tak perduli seberapa banyak awan yang mendekati matahari, langit akan tetap mencintainya."

Aku tertegun mendengar ucapannya.

Jennie merunduk, ia berbisik di telingaku.

"Dan meskipun besok langit akan runtuh, matahari tidak boleh hilang. Kau dengar itu, Jisoo?"

"Maksudmu, Jen?"

"Maksudku?"

Ia menatap mataku.

"Saranghae, Jisoo."

Dan sedetik kemudian Jennie mengecup bibirku, melumatnya sedikit, dan meninggalkanku yang masih belum sadar dari keterkejutan beberapa detik yang lalu.

"Hah??!"

***

"Kependekan thor!"

Upcoming comment wkwkwk

Gapapa pendek, biarin Jennie confess dulu ke Jisoo yak wkwk

Selamat malam dan selamat menggerutu

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang