Mereka melewati banyak stan di lapangan tapi Jisoo tidak berminat untuk membeli makanan apapun, membuat Chaeyoung sedikit tersiksa karena Jisoo menolak berbagai makanan yang ia tawarkan. Chaeyoung jadi tidak bisa makan karena dia tidak mau makan semuanya sendirian. Seseorang menepuk pundaknya.
"Kau kemana saja?!"
"Lisa?"
"Kami mencarimu daritadi tau! Malah pergi tanpa bilang-bilang, dasar bodoh."
"Kan di chat bisa? Telepon?"
"Ponselmu mati." Lisa melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ah masa sih?" Chaeyoung merogoh saku rok seragamnya, mengambil sebuah benda yang sudah menjadi separuh nyawanya itu.
"Eh iya, hehe. Maaf."
"Bodoh." Lisa memutar matanya malas.
"Eh iya, Jisoo ini-" Chaeyoung menoleh ke belakang, ia mencari sosok Jisoo yang sekarang entah dimana.
"Jisoo?"
Chaeyoung menyebut namanya lagi, matanya masih mencari sosok Jisoo ditengah kerumunan sebelum sesuatu menggeplak kepalanya dari belakang. Benda itu lebar: telapak tangan Lisa.
"Kau cari apa sih?"
"LISAAAA!!" Chaeyoung kesal, ia meneriaki Lisa sambil meringis memegangi kepalanya.
"Lupakan! Mana Jennie? Ayo pergi!" Chaeyoung menarik tangan Lisa dan pergi dari sana.
Di tempat lain, Jisoo berjalan semakin keujung. Ia merasa tidak enak ketika melihat Lisa mencari Chaeyoung. Tak ingin mengganggu keduanya, ia pergi menjauh darisana. Tak tahu mau kemana, tanpa sadar ia sudah berjalan sampai diujung.
"Itu apa ya? Sepertinya bukan stan makanan."
Jisoo menyipitkan matanya melihat sebuah stan di bawah pohon dengan kain penutup tenda berwarna ungu tua.
"Apa stan barang antik ya?"
Jisoo berjalan mendekati sebuah stan yang berdiri sendirian dibawah pohon.
Tidak ada orang di stan itu. Jisoo melihat barang-barang di meja. Sebuah bejana keramik berisi air, bejana cokelat kecil yang terbuat dari tanah liat, sebuah bola kaca dengan penyangganya, kartu-kartu di meja, tengkorang di rak belakang, dan-
"Selamat datang, anak muda. hihihi" seorang nenek tua menyapa Jisoo. Nenek itu muncul dari bawah meja.
Dari pakaiannya tidak ada yang aneh, sosoknya biasa saja tidak seperti penyihir yang memakai jubah dan topi, namun Jisoo merasakan pakaian nenek ini terlalu kolot untuk orang-orang tua di jaman sekarang ini.
"Nenek jualan apa?" tanya Jisoo polos.
"Ini fortune teller. Ingin melihat nasibmu?" Nenek itu tersenyum miring, sedikit menyeramkan.
"Eh? Uh?" Jisoo sedikit ragu, ia ingin lari saja dari situ rasanya.
"Kau!" nenek itu menunjuk Jisoo tiba-tiba.
"Kuncup bunga yang sepi dalam diam akhirnya mekar. Yang kuat akan bertahan. Duri akan melukai pada waktunya. Ribuan buah simalakama jatuh dari pohonnya, anjing langit akan mengusir petaka." ucapnya, dengan cepat, lebih cepat dari Eminem.
"Maksudnya nek?"
"Temukan sendiri jawabannya. Jangan sia-siakan orang yang peduli padamu." Nenek itu berjalan ke balik tenda.
Jisoo yang kebingungan melangkah menjauh. Ia tidak mengerti kata-kata nenek itu.
"Jisoo!" seseorang menarik tangannya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanficYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.