"Kenapa kau murung terus seharian?"
Irene bertanya pada Chaeyoung yang diam saja di mejanya. Chaeyoung hanya menggeleng pelan.
"Karena Jisoo atau... Lisa?"
Irene mencoba menebak-nebak.
Chaeyoung tidak menjawab, hanya mengalihkan pandangannya dari Irene.
Tak lama kemudian Lisa datang memasuki kelas dan mengambil botol minumnya. Ia berhenti di meja depan Chaeyoung.
"Loh? Kok? Kalian pisah tempat duduk?"
Irene menunjuk Lisa lalu menunjuk Chaeyoung.
Keduanya tidak menjawab. Suasana menjadi dingin.
"Ada apa ini? Aneh sekali. Jangan-jangan kalian juga pisah ranjang."
Chaeyoung mendelik tajam menatap Irene.
"Ups."
Irene berjalan keluar kelas.
"Chagiya?"
Chaeyoung menyentuh pundak Lisa namun tangan itu ditepis. Lisa tidak menoleh ke belakang.
"Mau juga aku yang marah, kan. Masa aku dicampakkan."
Sungut Chaeyoung.
Hari ini berlalu dengan cepat namun terasa sangat lambat bagi Chaeyoung. Pikirannya terganggu melihat Lisa begini.
Mata pelajaran terus berganti hingga bel berbunyi dan kelas itu perlahan-lahan mulai kosong. Tak disangka-sangka Lisa masih berdiri disana menatap Chaeyoung.
"Nanti malam jam 7, di rumahku. Orangtuamu juga akan datang. Mereka sudah tahu."
"Apa? Apa ini?"
"Kau pura-pura bingung? Tentu saja makan malam. Apalagi."
Setelah mengatakan itu, Lisa berlalu dari hadapan Chaeyoung.
"Chagiya, tunggu!"
Wajah Chaeyoung berubah cerah. Ia membuntuti Lisa.
***
"Lalu?"
"Tunggu sebentar."
Jennie masih menunggu telur dadarnya masak diatas teflon. Diatas meja di dekat kompor Jisoo sedang memandangnya sambil memberi instruksi. Video call memang bermanfaat untuk menunjukkan tutorial jarak jauh.
"Sekarang balik telurnya."
"Begini?"
"Iya, balik dengan spatula murahanmu itu."
Jisoo tertawa kecil sambil mengejek Jennie.
"Kurang ajar."
Jennie tertawa tertahan.
"Lalu? Tunggu sebentar lagi?"
Jennie memajukan wajahnya ke depan layar ponselnya. Jisoo memandangi Jennie yang mengenakan apron putih. Ia sangat merindukan sosok itu.
"Iya, awas jangan sampai mutung nanti pahit seperti wajahmu."
Jisoo memperingati.
"Kau ini baru ditinggal beberapa bulan bersama Irene sudah nyenyes begini."
"Cepat angkat."
"Wah, jadi. Kau mau Jisoo?"
Jennie memindahkan telurnya ke piring.
"Tidak. Pasti rasanya tidak enak."
Jennie tertawa diujung sana mendengar komentar Jisoo.
"Pasti enak kalau makannya bersamaku."
Jennie mengedipkan matanya.
"Oh iya, Jennie, kau..."
Jisoo mengelus layar ponselnya.
"Kenapa?"
"Kau terlihat berbeda mengenakan apron putih itu."
Jisoo tersenyum.
"Iya? Kau pasti merindukanku!"
Jennie tersenyum bangga.
"Nde. Kau terlihat berbeda mengenakan apron putih itu. Seperti..."
"Seperti?"
Jennie menatap Jisoo di layar ponselnya, menanti jawabannya.
"Seperti... Kontestan acara Master Chef!"
Setelahnya Jisoo tertawa keras.
"Jisoo kemari kau! Aku akan menangkapmu!"
Jennie marah, ia melepas dan melempar apronnya keatas kompor.
"Hei awas apinya!"
Jisoo masih tertawa. Ia puas mengerjai Jennie.
***
Suasana hangat antara orangtua Lisa dan Chaeyoung tidak bisa menetralkan dinginnya sikap Lisa malam ini.
Melihat ada yang aneh dengan sikap calon menantunya, Appa Chaeyoung pun bertanya.
"Lisa, kenapa diam saja daritadi?"
"Ada yang ingin kubicarakan."
Chaeyoung seketika membeku di kursinya. Ia menggeleng dan memberi kode "jangan" pada Lisa.
"Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan ini."
"Lisa!"
Chaeyoung tanpa sadar membentaknya.
"Aku tidak mencintai Chaeyoung, Appa."
"Tidak mungkin!"
Chaeyoung berdiri dari kursinya, menatap Lisa dengan tatapan tidak percaya.
"Aku mau kita mengakhiri pertunangan ini."
Lisa menatap lurus-lurus ke mata Chaeyoung.
"Kalau begitu coba katakan kau tidak mencintaiku."
"Aku tidak mencintaimu!" Bentak Lisa.
Kedua orangtua mereka yang terlalu terkejut tidak bisa berkata-kata.
"Katakan sekali lagi, sambil menatapku."
Chaeyoung menatap Lisa dengan tajam. Ia bisa menangkap sorot mata Lisa berubah.
Namun sedetik kemudian Lisa menatap Chaeyoung lagi.
"I don't love you, Park Chaeyoung."
Seketika Chaeyoung merasa lemas, ia terduduk, dan Lisa berjalan meninggalkan ruang makan itu.
"Chaeyoung...."
"Chaeyoung, tenanglah."
Appa dan Eomma Chaeyoung memegang pundak putrinya yang masih shock. Sedangkan orangtua Lisa saling menatap karena bingung dengan apa yang barusan terjadi.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/196186243-288-k829417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.