Irene merogoh ponselnya setelah membawa Jisoo ke gerbang sekolah.
"Hah? Ponselku?"
Ia memegang seluruh kantong yang ada di seragamnya.
"Ah, di tas. Aku lupa. Tunggu sebentar ya Jisoo."
Irene menarik ranselnya ke depan, mencari ponselnya, dan menemukan banyak panggilan dan pesan disana.
2 panggilan dari eomma nya, 3 panggilan dari Jennie, 5 panggilan dari Chaeyoung, 31 panggilan dari Lisa.
"Waduh waduh."
"Kenapa?"
Jisoo yang sedang duduk pun menoleh keatas, melihat Irene yang kelihatan sedang gusar.
"Kau dicari, banyak yang mencarimu."
Irene tersenyum.
"Sebentar ya."
Orang pertama yang ia telepon tentu saja Lisa yang sudah menerornya sebanyak 31 panggilan.
Setelah beberapa menit, Irene gagal menghubungi Lisa. Tidak diangkat. Maka, ia menelepon eomma nya.
"IRENE KAU DIMANA? KAU MASIH DI SEKOLAH? TUPPERWARE MU JANGAN SAMPAI KETINGGALAN! "
"Nde eomma, nde."
"Kenapa kau belum pulang jam segini?"
"Mencari tupperware mu! Sudah dulu ya eomma, aku pulang sebentar lagi!"
Irene menghela napasnya.
"Kau pulang saja. Aku bisa pulang sendiri."
"Eh, tidak, Jisoo. Aku sedang menunggu Jennie, Lisa dan Chaeyoung. Dan tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu sendirian disini."
"Hah?"
"Kami semua mencarimu."
"Mwo?!"
Jisoo panik. Merasa telah merepotkan banyak orang.
Irene berusaha menelepon lagi.
"Chaeyoung, kami di depan gerbang."
Tak menunggu waktu lama, Jisoo dapat melihat wajah panik Chaeyoung dan Lisa dari arah gedung sekolah berlari menuju gerbang luar.
"Maaf, aku-"
Ucapan Jisoo terhenti ketika tepat saat sampai di depannya, Chaeyoung memeluknya erat sekali.
"Irene, tadi kami mencari pelakunya. Pegang surat panggilan ini, dari Gong Yoo seonsaengnim. Chakkaman, aku mau ambil botol minumku."
Lisa memberikan selembar kertas pada Irene.
"Hmm."
Irene mengambilnya.
"Maaf, harusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian."
Suara Chaeyoung bergetar. Ada sesal di dalamnya.
"Gwenchana. Yak, uljimarayo."
Jisoo menghapus airmata Chaeyoung, harusnya dia yang menangis sekarang karena badannya luka-luka habis dipukuli.
Irene membuang muka, mengalihkan pandangan ke arah luar gerbang sekolah. Wajahnya mendadak panas. Ia meremas kertas di tangannya. Melihat itu, Lisa tersedak.
"Mmmh! Uhuk! Uhuk! Jangan diremas, hei! Kertasnya!"
"Ah... Hah?! Mian, Lisa.."
Irene memandangnya dengan wajah polos polos terkejut. Sedikit merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.