You 81: Rejection

697 96 23
                                    

"Kembali ke rumah, sekarang." 

Appa Krystal sudah cukup lama membujuk Eomma Jennie untuk kembali bersamanya.

Perangainya persis seperti Krystal, suka memaksa.

"Tidak."

Park Joo Mi menolaknya.

Persis seperti Jennie yang menolak Krystal.

"Kenapa kau kembali ke rumah ini? Kau tau rumah ini menyimpan banyak kenangan pahit!"

Park Joo Mi diam, mengabaikan Cha Seung Won. Dia merapikan rangkaian bunga yang sedang dipegangnya.

"Dia sudah meninggal."

Tiga kata ini berhasil membuat Park Joo Mi menghentikan gerakan tangannya yang sedang menarik sebatang mawar merah dan kemudian menatap Cha Seung Won.

"Ada yang sudah meninggal, tapi tidak bisa dilupakan."

"Kau isteriku. Ingat itu."

Cha Seung Won mendekat, mengintimidasi Park Joo Mi sambil membisikkan kata itu.

"Ada yang bisa kau tinggalkan, tapi tidak dapat kau lupakan. Ada yang bisa kau nikahi, tapi tidak dapat kau miliki. Lepaskanlah dan lupakan."

Sederet kalimat menyakitkan bagai rentetan tembakan peluru itu sukses menghancurkan hati Cha Seung Won.

Cha Seung Won mengepalkan tangannya, ia menatap Park Joo Mi dengan tatapan tajam.

"Kau, kejam."

Ucapnya dengan sangat jelas sebelum meninggalkan Park Joo Mi.

Jennie berjalan mendekat, perlahan ia keluar dari kamarnya. 

Sebenarnya ia dan Jisoo sudah menguping daritadi namun karena suara keduanya tidak dapat terdengar oleh mereka, Jennie memutuskan untuk bertanya langsung pada Eommanya.

"Eomma, kenapa Eomma tidak ikut pulang bersamanya?"

"Karena aku tidak mencintainya."

"Tapi kau meninggalkan Appa dan pergi bersamanya." 

Jennie tidak mengerti.

"Aku hanya kabur."

Jawab Eomma Jennie dengan santai.

"Kabur untuk melihat apakah dia cukup perduli padaku, kabur untuk melihat apakah dia masih cukup mencintaiku, kabur untuk melihat seberapa besar harapanku agar dapat kembali bersamanya."

Sambungnya.

"Dan ternyata kabur itu bukan jalan keluar. Itu hanya jalan pintas yang bisa saja berujung buruk. Dia bahkan tidak mengejarku sama sekali. Dia membenciku."

Jennie tertegun mendengar penjelasan Eommanya.

"Sungguh miris."

"Cha Seung Won kelihatannya tulus?"

"Tulus? Kau yakin?" 

Eomma Jennie menata bunganya ke dalam vas.

"Dia terlihat sangat mencintaimu."

"Dia tidak mencintaiku. Itu hanya obsesi."

Eomma Jennie mengangkat tangan kanannya dan merentangkan jemarinya. 

"Ketika kau ingin menangkap sesuatu yang tidak dapat kau miliki dan terus mengejarnya, hanya untuk mendapatkannya dan memilikinya tanpa perduli akibatnya..."

Tangan Eomma Jennie menggapai dan mengepal.

"...itu obsesi. Aku hanya target buruannya. Jadi aku hanya memanfaatkan obsesinya saja."

"Bagaimana dengan Appa?"

Jennie duduk di kursi sambil menopang dagunya diatas meja, sikutnya juga setia menempel disana.

"Appamu terlalu emosi untuk melihat kebenaran yang tersirat."

Eomma Jennie tersenyum.

"Ketika dua orang yang saling mencintai berpisah, yang tersisa di hati mereka hanya anak-anaknya, walau mereka masing-masing merindukan sosok pasangannya dan mengingat semua kenangan sampai waktu sebelum mereka benar-benar berpisah."

"Dan yang membuat Eomma tidak berjuang lagi adalah kenangan itu."

Jennie tersenyum. Sepertinya dia sudah berdamai dengan semua hal buruk yang terjadi di masa lalunya.

"Benar." Eomma Jennie menyeduh segelas teh panas.

"Memang tidak mudah menjalani hubungan dibayangi oleh cinta masa lalu."

Maksudnya adalah Eomma Jisoo.

"Tapi aku salut pada Cha Seung Won, walaupun dia licik."

"Dia bisa melupakannya dan menggantikannya denganmu?"

Jennie mendengus sebal.

"Ya. Benar."

"Memang dia berbeda dengan Appa."

Jennie mulai membandingkan.

"Hidup ini selalu berupa pilihan. Kau yang menentukan mau bagaimana pilihannya. Bertahan atau pergi, melupakan atau menemukan kenangan baru, meninggalkan atau ditinggalkan, cinta atau obsesi, melekat atau melepas."

"Aku akan bertahan, menemukan kenangan baru, tidak akan pernah meninggalkan, mencintai dan tidak akan melepaskan Jisoo."

Jennie meminum tehnya.

"Aigoo. Coba saja dia mendengarnya."

Eomma Jennie tertawa mendengar jawaban Jennie.

"Tidak dengar pun akan kuberitahu."

Jennie tersenyum dan melangkah masuk ke kamarnya.

***

"Appa kenapa?"

Krystal bingung melihat Appanya minum sendirian di ruang tamu.

"Ada yang bisa kau tinggalkan, tapi tidak dapat kau lupakan. Ada yang bisa kau nikahi, tapi tidak dapat kau miliki. Lepaskanlah dan lupakan."

Ujar Cha Seung Won setelah meneguk sojunya. Setelahnya ia minum lagi dalam sekali teguk.

"Terserah."

Krystal tahu jelas penyebab galau appanya.

"Untung saja aku tidak mengikuti jejaknya lagi."

Ia berjalan menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

***



YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang