You 78: Still Plan B

629 91 35
                                    

 "Kau sudah pulih?" Jisoo bertanya pada Chaeyoung yang hari ini masuk sekolah.

"Sudah."

"Kau yakin? Kau terlihat pucat." Komentar Irene.

"Tidak usah sok perduli! Kau tidak melihatku saat aku sakit!" Chaeyoung sedikit galak.

"O-ow. Maaf. Aku sibuk." Irene tersenyum, menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Sibuk apa kau?" Chaeyoung menatapnya.

"Ngggg... mengepel rumah?" Irene menjawab dengan setengah ragu.

"Bagaimana Lisa?" Jisoo mengharapkan ada perkembangan diantara keduanya.

Chaeyoung menggeleng.

Dia memang menjengukku, tapi sepertinya aku masih harus berusaha. 

"Kenapa?" Jisoo cemas.

"Dia menolak bekal yang kubuatkan untuknya tadi pagi." 

Chaeyoung tampak kecewa.

"Mana bekalnya?" Jisoo penasaran.

Chaeyoung masuk ke kelasnya dan mengambil kotak bekal itu, tanpa ia sadari Lisa memperhatikannya.

"Ini. Buatmu saja."

Chaeyoung menyerahkannya pada Jisoo.

"Benar?"

"Benar."

"Lalu? Selanjutnya apa rencanamu?" Irene berniat membantu Chaeyoung kali ini.

"Pingsan?" Saran Jisoo.

"Tidak ah." Chaeyoung lemas.

"Pura-pura kesurupan?" saran Irene.

"Kau ini, itu seram tau." Jisoo melotot mendengar jawaban Irene.

"Pura-pura gila?" saran Irene lagi.

"Kurasa Lisa akan segera mencari pasangan lain kalau Chaeyoung gila."

"Yak! Bubar saja kalian sana!" jerit Chaeyoung. Moodnya tidak membaik.

"Hei, pura-pura jatuh depan Lisa!" saran Irene yang kali ini agak lumayan.

"Hmmm... memang dia mau melihatku?" Chaeyoung sedikit ragu.

"Tapi kalian menemaniku?"

"Pasti." ujar Jisoo.

"Tentu saja." jawab Irene.

"Baiklah." Chaeyoung mempersiapkan dirinya untuk rencana selanjutnya memikat hati Lisa.

***

"Kau ini kemana saja?! Terlambat sehari mengumpulkan laporan! Kau kira menjemput nyawa itu main-main ya?!"

Seulgi sedang diceramahi oleh seniornya.

"Aku dinas luar."

"Yang kudengar adalah kau meminta pergantian rute!" teriak senior Seulgi.

"Ya. Aku yang meminta Vernon untuk rotasi rute sehari denganku, London-Korea. Itu kan dinas luar!"

"Jangan seenakmu saja!"

"Dewa neraka sudah memberi izin."

Jawab Seulgi dengan datar.

Kali ini seniornya terdiam.

"Dan kau, sebaiknya urus saja pekerjaanmu. Jangan bisanya mencampuri urusan orang lain dan menyuruh saja."

Seulgi melangkah melewati seniornya, meninggalkan hawa dingin sedingin es.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang