You 27: Who?

1.3K 224 67
                                    

Aku membaca kertas kecil berwarna kuning yang ditempel diatas sebungkus chocopie yang kutemukan di laci mejaku.

"Semoga pelajaran hari ini tidak membosankanmu. Jangan lupa tersenyum."

Tulisan diatasnya. 

Aku berjalan menuju loker di belakangku, membukanya, mengambil beberapa lembar kertas yang berukuran sama dengan warna yang berbeda.

"Semoga kau bisa melalui hari ini dengan baik, Jisoo."

Kertas hijau ini kudapat sekitar dua minggu lalu, sehari setelah kejadian di toilet gedung olahraga itu.

"Jangan lupa tersenyum, aku selalu menunggu untuk melihatnya."

Kertas biru ini ditempel bersama sekotak susu, dua hari setelah aku menerima kertas pertama.

Dan masih ada beberapa kertas lainnya di hari-hari selanjutnya. Sebenarnya siapa yang meletakkan semua kertas dan makanan di laciku diam-diam? Dan kenapa dia melakukan ini? 

Hal ini salah satu yang mengganjal di pikiranku. Hal lainnya yang mengganjal di pikiranku adalah perubahan sikap Krystal. Ia tidak menggangguku lagi dan lebih banyak diam. Aku tidak tahu apakah ini ada kaitannya dengan Jennie waktu itu, atau dari apa yang aku dengar dari Chaeyoung bahwa Jennie menemuinya. Tapi sungguh ini membuatku sangat lega sekarang.

"Pagi."

Dan Chaeyoung yang semakin sering menemuiku setiap hari. Dia selalu tersenyum setiap pagi, menularkan semangatnya padaku. Ketika aku bertanya padanya kenapa dia jadi datang ke kelasku setiap pagi dia menjawab, "hanya ingin memastikan kau tidak diganggu Krystal."

"Memangnya kau bisa apa kalau dia menggangguku?" tanyaku waktu itu.

"Menjewernya dan melaporkan pada eomma-nya."

Aku hanya tertawa kecil mendengar jawaban Chaeyoung yang polos seperti anak kecil. Pagi ini aku akan bertanya hal lain padanya. 

"Chaeyoung, kenapa kau selalu tersenyum setiap pagi?"

"Kalau kujawab karena bahagia melihatmu nanti dibilang gombal." dia tersenyum jahil sambil menunjukku.

"Apasih?"

Aku memukul lengan Chaeyoung sambil tertawa kecil, menahan perasaan lucu yang timbul karena mendengar jawabannya.

"Hehe. Karena energi positif kita itu bisa dirasakan dalam radius 20 meter di sekitar kita, loh."

"Jinjja?"

"Iya! Makanya tersenyum itu bagus, Jisoo, apalagi jika kau yang tersenyum."

Chaeyoung senyum-senyum tidak jelas. Kalimatnya membuatku teringat sesuatu.

"Eh? Tunggu? Jangan-jangan kau yang meletakkan kertas-kertas itu di laciku, ya?"

"Hah? Kertas-kertas apa, Jisoo?"

Chaeyoung tampak bingung melihatku.

"Loh?"

Jadi bukan Chaeyoung? Lalu siapa?

"Kertas ujianku dengan nilai 20?"

Chaeyoung melanjutkan kalimatnya.

"Bukan..."

Aku berdiri, menarik tangan Chaeyoung, mengajaknya ke loker.

"Ini."

Tunjukku.

"Hmm... Kok bukan tulisan tangan sih?"

Chaeyoung mengerutkan keningnya melihat kertas mencurigakan itu.

"Siapa sih?"

Ia tampak berpikir sambil membaca kertas-kertas itu.

"Hei, Jen, coba kesini sebentar!"

Chaeyoung tiba-tiba memanggil Jennie yang baru masuk dan mengantar tugas-tugas pesanan Chanyeol. Kulihat Krystal yang duduk di tempatnya menoleh kearah Jennie.

"Ada apa?"

"Ini, ada yang meletakkan ini di laci Jisoo."

Chaeyoung menunjukkan kertas-kertas itu pada Jennie.

"Haaah, bertambah lagi..."

Jennie mengeluh sambil menghela napasnya.

"Cuma ini?" Tanyanya, menatapku.

"Tidak, kadang dikirim bersama roti, kue, atau susu."

Jawabku.

"Besar mana sama roti yang kuberikan setiap jam istirahat? Setiap hari. Ingat itu. Ini masih tidak ada apa-apanya dibandingku."

Jennie menunjuk-nunjuk kertas yang dipegangnya itu dan mengembalikannya pada Chaeyoung.

"Loh kok kesal sih? Kenapa?"

Chaeyoung tampak kebingungan melihat Jennie yang pergi begitu saja.

"Dia minta diganti ya uang beli roti setiap jam istirahatnya?"

Pikirku. Chaeyoung merangkul bahuku.

"Tenang, nanti aku akan menggantikan Jennie membelikannya setiap hari untukmu." Bisiknya.

"Ah, tidak usah, Chaeyoung."

"Usah!"

Seru Chaeyoung.

"Aku pergi dulu ya, sudah masuk. Dan kau, jangan tersenyum!" Ujarnya dengan wajah serius.

"Kenapa?" Aku bingung.

"Karena senyumanmu mengalihkan dunia."

Ia menatapku sambil mengucapkan kalimat itu pelan-pelan.

"Jangan ngawur, bambank."

Aku menoyor kepalanya.

"Hehehe. Sampai jumpa, Jisoo."

Chaeyoung mengacungkan finger heartnya.

Makhluk lucu dan menggemaskan itu pamit sambil berlalu dari hadapanku.

***











YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang