"Kematian, perpisahan, kelahiran. Ini semua tidak akan berakhir. Mau sampai kapan."
Seulgi memakan mie cup panas yang sudah dibayarnya. Ia diam menikmati makanannya tapi pikirannya terus bergerak dari satu hal ke hal lain.
"Hah, setelah ini aku harus pergi cukup jauh darisini."
Seulgi menyeruput mie nya lagi.
"Selamat datang."
Kasir menyapa pelanggan yang masuk.
Suara lonceng supermarket itu berbunyi dan seorang gadis berjalan melewati punggung Seulgi yang sedang duduk menghadap keluar jendela, masih setia dengan mie cupnya.
Gadis itu menuju rak makanan ringan tak jauh dari Seulgi.
"Aish"
Seulgi menoleh sedikit kearah samping kanannya, ia mendengar suara gadis itu.
Ia tampak sedang membandingkan semua makanan di rak itu.
"Sedang apa sih."
Pikir Seulgi.
Dengan masa bodoh Seulgi melanjutkan makannya, tapi sedetik kemudian ia mendengar suara barang jatuh dan itu berasal dari gadis di belakangnya tadi.
Seulgi menoleh, gadis itu menjatuhkan beberapa bungkus snack ball ke lantai.
"Aigoo."
Seulgi berjalan mendekat dan berniat membantu gadis itu membereskan bungkusan snack yang ia jatuhkan.
Gadis itu diam saja melihat Seulgi memungut makanan yang jatuh di lantai.
Seulgi menatapnya.
"Ayo bantu, kenapa diam saja?"
"Ah, iya."
Seulgi melirik name tag di seragam gadis itu.
Irene.
"Mianhaeyo." ujarnya setelah dibantu Seulgi.
"Gwenchana."
"Kau pekerja baru?"
Tanya Irene dengan polosnya.
"Heh?"
Seulgi menatap Irene dengan bingung.
"Apa karena aku hanya memakai kemeja putih dan rok dia mengiraku pekerja baru?" sungut Seulgi dalam hati.
"ENAK SAJA PEKERJA BARU. AKU INI MALAIKAT PENCABUT NYAW-"
Seulgi menahan ucapannya. Setelah nyaris menyebutkan satu kalimat itu seutuhnya.
Irene masih menatapnya. Seulgi menghela napasnya, menjentikkan jarinya untuk menghentikan waktu dan menangkup pipi Irene sambil menatapnya.
"Lupakan ucapanku tadi. Iya benar aku pekerja baru. Namaku Seulgi. Dan aku bukan dewa kematian."
Seulgi menghipnotis Irene.
Setelahnya ia menjentikkan jarinya lagi, membuat kasir supermarket itu menghilang dan waktu berjalan kembali.
"Kau sedang mencari apa?"
Tanya Seulgi.
"Snack ball ini, aku berpikir beli yang kecil atau yang sedang."
"Yang sedang saja." saran Seulgi.
"Tapi harganya beda sampai 3000."
"Yasudah yang kecil saja?"
"Tapi isinya sedikit."
"Belinya dua!"
Seulgi berubah menjadi marketing supermarket.
"Nanti dulu, lebih banyak mana aku beli dua atau beli yang sedang."
"Kau hitung saja isinya satu-satu!"
Seulgi mulai geram melihat gadis dihadapannya ini.
"Yasudah, aku beli satu yang kecil!"
Irene berjalan ke kasir.
Seulgi membuntutinya.
"900"
Seulgi menyebutkan harga dengan datar.
Irene memandang Seulgi dengan sebal. Ia meletakkan uang koinnya dan mengambil makanannya.
"Simpan saja kembaliannya!" sungut Irene. Selanjutnya Irene berjalan hendak keluar.
"Hei ini kurang 100!"
Teriak Seulgi.
Irene berhenti berjalan dan segera kembali.
"Masa sih?" Ia hendak membayar lagi. Irene sudah membuka dompet kecilnnya.
"Eh, chakkaman. Aku salah hitung. Ini pas. Hehe."
Seulgi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Irene merengut sebal. Ia berjalan kembali keluar.
"Dia kan... teman anak itu?" pikir Seulgi.
Tak lama seorang pria berjalan mendekat kearah Seulgi.
"Hei, kau siapa? Mana Wendy?"
"ah... eh..."
Seulgi gelagapan. Sepertinya pria ini pekerja disini.
Seulgi menjentikkan jarinya.
"Kau tidak melihatku. Kau tidak melihatku. Kau tidak melihatku."
Dalam sekejap Seulgi mengembalikan kasir bernama Wendy, pindah keluar, dan segera pergi ke tujuan selanjutnya.
"Hah... Kenapa pertemuan dengannya malah bikin repot! Dasar menyebalkan!"
Seulgi memakai topinya, ia sudah mengenakan seragamnya kembali.
***
"Eomma, tadi aku bertemu penjaga supermarket yang baru. Dia menyebalkan sekali."
Irene sedang berdiri disamping Eomma-nya, membantu mengelap piring yang baru dicuci.
"Kau sedang membicarakan diri sendiri eoh?"
Jawab Eomma Irene dengan cuek.
"Aniya!"
Irene menggosok piringnya kuat-kuat.
"Hei! Hei! RUSAK!"
***
just for fun :-p
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionYou are the reason I cry, the reason I laugh, the reason I fall in love with.